"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya". (HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).
***
Pagi ini aku sudah siap dengan pakaian gamisku untuk ikut ke rumah sakit bersama kak Fahri. Ya, dua hari yang lalu aku melakukan pemeriksaan CT-Scan brain dan hasilnya akan keluar hari ini.
Aku melihat ayah dan bunda sedang duduk di depan rumah sambil menikmati teh manis dan kue bolen."Andini bukannya hari ini libur ya, tumben rapi banget. Mau kemana anak bunda?" Tanya bunda.
"Hmm... Andin mau ikut Fahri ke rumah sakit bun katanya dia ada tugas gitu". Jawab kak Fahri.
"Iya udah kalian hati-hati ya, kak jagain ade nya". Ucap ayah.Aku memang sudah besar tapi tetap saja bagi keluargaku aku adalah putri kecil mereka.
"Siap laksanakan komandan. Kalau gitu kita pamit ya, Assalamualaikum."
Aku dan kak Fahri mencium tangan ayah dan bunda.Maafin Andin ya ayah, bunda, Andin gak jujur sama kalian. Kak Fahri maafin aku, gara-gara aku kak Fahri jadi harus ikutan bohong.
***
"Apapun hasilnya kamu harus siap ya de".
"Iya kak, bismillah apapun hasilnya Andin siap sekalipun hasilnya nanti pahit."Aku dan kak Fahri memasuki ruangan dokter Riza, dia adalah dokter spesialia bedah saraf di rumah sakit ini.
"Selamat pagi dokter Riza". Sapa kak Fahri.
"So formal banget sih ri panggil dokter biasanya juga Riza hehe".
"Iya kan beda cerita biasanya kita partner, sekarang pasien sama dokter haha."
"Hmm... mau nanya hasil CT-Scan Andin kemarin ya ri?."
"Iya za gimana udah ada hasilnya?"
"Bentar ya gua cari dulu".Dokter Riza dan kak Fahri bersahabat saat kuliah jadi maklum mereka sangat akrab. Bila di depan pasien mereka memanggil dengan sebutan dokter tapi jika tidak ada pasien mereka terlihat lebih santai dengan memanggil nama.
"Dari hasil pemeriksaan CT-Scan, terdapat tumor di otak Andini."
"Pasti ada yang salah dengan hasilnya Riz, ini gak mungkin".
"Bisakah kita ulang pemeriksaannya? Mungkin alatnya rusak atau dokter radiologi salah membaca." Lanjut kak Fahri.
"Ri, jika kita ulang apa kamu tidak memikirkan bahaya radiasi untuk Andini? Lagi pula kamu tau sendiri kalau alat radiologi di rumah sakit ini baru di kalibrasi dan dokter radiologi kita juga enggak mungkin salah membaca".
Aku masih terdiam mendengarkan perdebatan antara kak Fahri dan dokter Riza. Jujur aku masih terkejut mendengar hasil bahwa aku menderita kanker otak. Tapi aku percaya inilah hasil terbaik yang Allah berikan untukku.
"Ri, aku akan berusaha mengobati Andin supaya dia bisa sembuh." Ucap dokter Riza.
"Andin kita akan melakukan biopsi hari ini dan hasilnya bisa diketahui sekitar satu minggu ke depan". Lanjut dokter Riza.
"Baik dok. Kak Fahri, dokter Riza, Andin boleh minta sesuatu hal?"
"Apa itu?" Tanya dokter Riza.
"Andin cuma minta tolong rahasiakan penyakit Andin sama siapapun termasuk ayah sama bunda".
"Tapi Andin ini penyakit serius. Ayah sama bunda harus tau".
"Andin mohon kak, Andin enggak mau orang-orang disekitar Andin sedih dan jadi mengistimewakan perlakuan mereka sama Andin. Andin ingin menghabiskan sisa umur Andin dengan hidup seperti biasanya".
Tak terasa air mata ku jatuh. Aku tau kak Fahri juga sedih dan kecewa namun dia masih bisa menahan air matanya karena mungkin dia tidak ingin membuat aku sedih.
"Andin mohon kak, ini permintaan terakhir Andin."
"Bagaimana ri?" Tanya dokter Riza.
"Baiklah tapi kakak tidak sepenuhnya janji, jika suatu saat terjadi sesuatu sama kamu kakak akan menceritakan semuanya sama ayah dan bunda."
"Riz gua mohon bantu gua buat kesembuhannya Andin."
"Pasti kita akan kerja sama untuk kesembuhan Andin".
***
Malam harinya aku dan keluargaku duduk di ruang tengah menonton televisi bersama sambil menikmati cemilan.
"Gimana tadi tugas kamu dirumah sakit din?" Tanya ayah membuka suara.
Aku bingung mau jawab apa, sudah pasti jawabanku adalah kebohongan. Inilah alasannya kenapa kita tidak boleh berbohong karena satu kebohongan bisa menimbulkan kebohongan berikutnya.
"Hmm... Alhamdulillah lancar ayah." Jawabku.
"Ohh iya tadi tante Maya telepon bunda, katanya besok sore tante Maya sama anaknya siapa ya bunda lupa namanya mau main kesini. Katanya anaknya pengen ketemu teman kecilnya".
"Maksud bunda Marvel ya?" Tanyaku.
"Iya iya Marvel, yang dulu sering main sama kamu, tapi dia pindah ke London pas SMA. Sekarang dia kuliah di London juga, hebat kan?"
"Lebih hebat aku lah bun, udah hafiz, dokter, tampan, dan..."
"Masih jomblo hahaha" Jawabku.
Ayah dan bunda tertawa dengan perkataanku.
"Apa sih kamu de kayak sendirinya udah punya calon aja wleee, atau jangan-jangan laki-laki yang kakak temuin depan kampus pacar kamu ya?"
"Apaan sih itu mah kakak tingkat aku, lagian sombong banget sih aku aja yang kaya gini udah uyuhan enggak pernah sombong".
"Sombong dikit gapapa kali".
"Udah-udah ayah pusing denger kalian, ayah mau ke kamar aja inget ya pesan ayah jangan pacaran kalau mau langsung nikah." Kata ayah sambil pergi ke kamarnya.
"Siap komandan". Jawabku dan kak Fahri bersamaan.
"Lagian kamu juga ri bukannya cepet cari jodoh ini mah malah betah ngejomblo".
"Emang bunda fikir cari jodoh semudah membalikan telapak tangan".
"Kak Fahri mah emang pemilih bun mangkanya enggak ada cewek yang mau sama dia".
"Yang penting itu cari yang seiman. Udah ah bunda mau otw ke alam mimpi juga. Kalian juga jangan begadang besok kamu kerja ri dan kamu juga besok kuliah din". Ucap bunda.
Bunda pergi menyusul ayah ke kamar. Kini hanya tinggal aku dan kak Fahri. Wajah kak Fahri berubah menjadi serius menatapku.
"De..."
"Hmm.."
"Kamu yakin gak mau bilang soal ini sama ayah dan bunda?"
"In syaa Allah yakin kak, aku enggak mau lihat mereka sedih".
"Iya udah apapun keputusan yang kamu ambil kakak tetap dukung kamu, kakak percaya kamu orang yang kuat, kamu pasti sembuh, kakak dan Riza akan berusaha untuk kesembuhan kamu."
"Iya kak makasih selalu dukung aku".
"Kakak ke kamar ya". Kak Fahri pergi ke kamar, aku tau kak Fahri mencoba menahan tangisnya karena dia tak ingin melihat aku semakin sedih. Padahal berbeda dengan kak Fahri, aku sudah ikhlas dengan hal yang terjadi padaku. Aku percaya inilah takdir terbaik ku, takdir yang Allah berikan untukku, takdir yang membuat aku menjadi orang yang lebih kuat, karena aku percaya dengan sakit ini Allah akan menggugurkan dosa-dosaku, dan aku ikhlas apapun yang terjadi kelak do'aku satu Semoga aku mati dalam keadaan husnul khatimah.Bersambung...
Sebaik-baik bacaan adalah Al-Qur'an.
Jangan lupa vote nya ya readers😘😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Untuk Allah
Spirituelles"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersama dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunya". (HR. Al Bukhari dan Muslim).