Terbongkar

39 0 0
                                    

Terkadang manusia selalu mengeluh dengan masalah yang mereka hadapi, tapi mereka lupa bahwa selama ini banyak kebahagiaan yang telah mereka rasakan.
***
"Saya Marvel, calon suami Andin".
Jlebbbbb
"Calon suami?" Tanya kak Radit.
Aku hanya mengangguk saat kak radit bertanya. Mata kak Radit seperti meminta penjelasan tentang Marvel.
"Anda siapa? Dan ada hubungan apa anda dengan calon istri saya?" Tanya Marvel.
"Saya Radit, saya hanya temannya Andin".
"Sepertinya saya tidak asing mendengar nama itu. Ohh iya saya inget waktu itu sahabatnya Andin sering nyebut nama kamu". Ucap Marvel.
"Jadi gini kak, teman-teman BEM masih sering bicarain soal kakak jadi waktu itu Marvel gak sengaja denger. Maklum lah vel kak Radit udah familiar di kampus jadi banyak banget fans nya hehe..". Ucapku supaya tidak terjadi kesalah pahaman.
"Kamu sangat beruntung bisa dapetin Andin vel, yang saya tau Andin sangat menjaga batasan dengan laki-laki". Ucap kak Radit.
"Aku dan Andin emang udah lama berteman dan akhirnya orang tau kami sepakat untuk menjodohkan kami berdua".
"Selamat ya untuk kalian berdua. Kalau begitu saya duluan ya masih ada urusan. Assalamualaikum." Ucap kak Radit yang kemudian pergi menunggalkan aku dan Marvel.
***
Sore hari aku dan Marvel tiba di rumah. Disana sudah ada ayah, bunda dan kak Fahri. Aku pamit ke kamar untuk bersih-bersih, sedangkan Marvel duduk di ruang tamu bersama keluargaku.
Saat menaiki tangga tiba-tiba kepalaku sakit dan pandanganku terasa kabur.
Brughhh...
***
Perlahan aku membuka mata. Disini sudah ada ada ayah, bunda, dan kak Fahri.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar din". Ucap ayah.
"Aku kenapa?" Tanyaku.
"Kamu tadi pingsan sayang. Kenapa kamu gak pernah jujur sama kami kalau kamu mengidap tumor otak?"
Tanya bunda.
"Aku..."
"Sudah bun, biarkan Andin istirahat dulu jangan banyak ditanya dulu". Ucap ayah.
"Kamu istirahat ya sayang, ayah sama bunda mau ketemu dokter dulu." Ucap bunda.
Ayah dan bunda pergi keluar. Hanya ada aku dan kak Fahri disini.
"Kak kenapa ayah sama bunda bisa tau?"

Flashback on
"Gimana za keadaan Andin?" Tanya kak Fahri.
"Sepertinya ini memang efek dari penyakitnya".
"Apa maksud dokter Riza? Andin sakit apa?" Tanya bunda.
"Fahri minta maaf. Sebenarnya sudah hampir satu tahun Andin mengidap penyakit tumor otak".
"Astagfirullah.. kenapa kamu menyembunyikan dari kami?" Tanya ayah.
"Maafin Fahri, ini semua permintaan Andin. Andin bilang ini adalah permintaan terakhirnya jadi Fahri dan Riza gak bisa nolak".
Bunda sudah tak bisa menahan tangisnya lagi, sedangkan ayah mencoba mencari jalan keluar untuk pengobatan sakitku.
"Sudah bun, lebih baik sekarang kita cari cara untuk kesembuhan Andin".
"Fahri janji, Fahri akan berjuang untuk kesembuhan Andin".
Flashback off

"Kamu inget kakak pernah bilang seandainya suatu saat terjadi sesuatu sama kamu kakak tidak akan tinggal diam. Kakak minta maaf udah bilang ke ayah dan bunda tapi kakak mau kamu sembuh, kamu tidak harus melakukan pengobatan secara sembunyi-sembunyi. Kakak yakin ayah sama bunda akan melakukan yang terbaik buat kamu".
"Tapi kak gara-gara aku ayah sama bunda sedih".
"Apa bedanya dengan mereka tau saat kondisi kamu sudah semakin parah? sekarang atau pun nanti mereka tetap sama-sama sedih".

Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan dokter Riza bersama ayah dan bunda. Dokter Riza memeriksa keadaan tubuhku. Dokter Riza bilang untuk sementara aku harus dirawat disini.
***
Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, akhirnya aku sudah bisa pulang. Rasanya sangat bosan berada di rumah sakit. Sesampainya di rumah, aku langsung pergi ke kamar untuk beristirahat. Bunda menyiapkan bubur dan air putih serta obat yang diberikan dokter Riza di kamar sehingga aku tidak harus keluar kamar untuk mengambilnya. Semenjak mengetahui penyakitku, keluarga ku jadi over perhatian padaku.

Tiba-tiba pintu kamar ku terbuka dan menampilkan ketiga sahabatku. Mereka langsung menanyai aku berbagai hal tentang penyakitku. Dari awal aku sudah menduga jika mereka mengetahui semua ini pasti akan memperlakukannku dengan istimewa.

"Kenapa sih loe gak pernah bilang sama kita kalau selama ini loe sakit parah?" Tanya Mei.
"Apa loe udah gak anggap kita sahabat loe lagi?" Lanjut Aisyah.
"Bukan gitu, aku cuma enggak mau aja kalian jadi bersikap beda sama aku. Aku enggak mau kalian jadi mengistimewakan aku. Aku mohon biarkan aku menghabiskan hidup dengan menjalani aktivitas seperti biasanya". Ucapku.
"Kamu jangan bilang gitu, kita yakin kamu akan sembuh." Ucap Titania.
"Iya din, optimis kamu bisa melewati ini semua".
"Nanti kalau kamu mau sesuatu, atau mau jalan-jalan kemana, kamu tinggal hubungi kita aja ya pokoknya kita standbye 24 hours for you".
"Dan satu hal lagi kamu harus jujur sama kita".
"Iya aku janji, you're my best friend". Ucapku.

Dan akhirnya kami semua berpelukan seperti teletabis hehe..

Allah..
Terima kasih Engkau telah memberikan aku orang-orang yang menyayangiku dengan tulus.
Engkau telah memberikan kesempatan aku untuk hidup dengan sempurna.
Untuk itu tak ada alasan lain jika aku harus mengeluh dengan rasa sakit ku ini.
Buatlah mereka ridha dengan  penyakitku seperti aku ridha dengan yang aku rasakan.
Jika pada akhirnya aku harus kembali lebih dulu menghadap-Mu, kembalikan lah aku tanpa harus membuat mereka merasakan kehilangan.
Semoga aku bisa terus bersama dengan orang-orang yang aku sayang dan orang-orang yang menyayangiku sampai Jannah-Mu.
-APP-

Bersambung...

Sebaik-baik bacaan adalah Al-Qur'an.

Al-Kahfi Time 😇

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary Untuk AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang