Sebelas

6.5K 645 130
                                    

Brak!

Juugo bergeser sedikit menjauh dari posisinya berdiri saat itu. Dia tak berniat menjadikan dirinya sasaran lemparan barang-barang dari atasannya. Sasuke yang sedang mengamuk tidak pandang bulu pada apapun, atau siapapun.

Matanya melirik sekilas pada laptop yang tergeletak tak berdaya setelah dipaksa menghantam tembok. Juugo membuat reminder untuk dirinya sendiri, dia harus pergi menemui bagian IT dan meminta mereka untuk menyelamatkan semua file yang ada di sana.

Prang!

Kali ini sebuah stik golf yang beradu dengan bingkai foto besar. Dan belum cukup dengan menghantamnya sekali, Sasuke memukulkan stik golf itu berkali-kali hingga buku-buku tangannya memutih.

"Dasar perempuan sialan!" Teriaknya. Dia memukulkan stik golf itu pada tembok di hadapannya sebelum akhirnya melemparkan stik golf tersebut ke sembarang arah. "Berani-beraninya dia mendatangi Sakura." Desisnya geram.

Kedua sisi rahang Sasuke mengeras mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

"Pergi."

Sasuke langsung mengatakannya dengan penuh penekanan begitu ia berdiri di depan wanita pirang tersebut. Dia bahkan sama sekali tak peduli dengan perubahan ekspresi wajah Shion setelah ia mengatakannya. Karena yang terpenting adalah jangan sampai Sakura melihat keberadaan wanita ini.

"Haruskan responmu seperti ini?" Shion mendengus tak senang dengan sambutan tunangannya tercinta itu. "Aku menempuh jarak yang jauh untuk sampai ke sini. Setidaknya biarkan aku masuk untuk sekedar beristirahat sejenak di dalam." Shion beusaha menekan nada kesalnya semaksimal mungkin. Sasuke tidak akan didapatkannya jika ia tak bisa mengendalikan amarahnya.

"Pergi." Ucap Sasuke lagi. Kali ini dengan tatapan menakutkan yang membuat siapa saja memilih untuk mundur jika melihatnya.

Sasuke memang tak pernah bersikap ramah padanya selama ini. Lelaki itu cenderung besikap defensive padanya

Tapi tak pernah sekalipun Sasuke memberikan tatapan sedemikian bencinya. Tak pernah lelaki itu menatapnya dengan pandangan seperti ini. Shion merasa Sasuke seperti ingin membunuhnya.

Shion mengenyahkan perasaan takutnya dan balas menatap, meski dengan sedikit keberanian dalam dirinya."Kenapa kau terlihat begitu takut, Sasuke? Apa yang kau sembunyikan dalam rumah ini? Seorang simpanan? Sampai-sampai kau tak mengijinkan tunanganmu sendiri untuk menikmati secangkir teh." Ejeknya, berpura-pura tak terintimidasi sedikitpun

Sasuke maju dan mencengkeram leher Shion. Wanita pirang itu tercekik dan memberontak dengan memukul lengan Sasuke. Kedua onyx hitam milik Sasuke menyipit tajam, mengabaikan wajah pucat . "Pergi, atau kau akan melihat neraka secepat mungkin." Ancamnya. Kemudian ia melepaskan cengkeramannya dan mendorong wanita itu hingga jatuh.

Lalu tanpa mengatakan hal lain lagi, Sasuke masuk ke dalam gerbang dan membentak pelayan-pelayan yang ditemuinya selama perjalanan.

Sasuke berjalan menuju meja kerjanya dan menumpu kedua tangannya di atas sana. Pandangannya tertuju lurus ke luar jendela.

Menyembunyikan Sakura di sana, tidaklah terasa benar lagi. Selain karena Shion sudah mengetahuinya, si pada merah sialan dari kelaurga Rei itu terus saja mengusik wanitanya. Lelaki menyedihkan itu berusaha terus menempel pada Sakuranya.

Sakura harus segera pergi secepatnya dari sana.

"Setelah pesta pertuangan sialan itu, langsung bawa Sakura ke Ame." Perintah Sasuke.

Juugo mengangguk patuh. "Baik, Sasuke-sama."

"Bagaimana dengan persiapannya?"

"Anda hanya perlu memberi perintah."

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang