Dua Puluh Lima

1.3K 221 45
                                    

Udara di Konoha memang yang terbaik. Semilir angin juga lembut sekali menyentuh kulitnya. Belum lagi matahari yang bersinar hangat. Jika bukan karena Sasuke, Sakura tak akan pernah meninggalkan kota ini. Lelaki itu menyebalkan.

Pagi ini saja contonya, Sakura bangun seorang diri, lagi. Padahal dia yakin semalam lelaki itu tidur di ranjang yang sama dengannya. Rasanya dejavu. Dan itu membangkitkan kenangan-kenangan lama saat ia merasa sebagai seorang simpanan. Sakura sampai tertawa sinis saat mengatakannya.

Sakura bahkan sampai termenung lama di atas tempat tidur pagi itu. Memikirkan hidupnya. Memikirkan pilihannya (jika keadaannya saat ini bisa disebut sebagai sebuah pilihan bukannya paksaan). Ironisnya hidup ini.

Selain harus hidup terkurung di sini, yang paling menyebalkan adalah semua pelayan yang melihatnya akan membungkuk hormat lalu buru-buru pergi menghindari. Sepertinya Sasuke membuat peraturan aneh untuk mereka agar menjauhinya.

Baru saja seorang pelayan wanita yang sedang memotong tanaman berjengit kaget saat meilihatnya mendekat dan langsung bergegas pergi, sampai tak sadar jika alat pemotongnya tertinggal di pohon. Padahal Sakura tak melakukan apapun. Dia hanya berjalan-jalan karena bosan.

Semua ini karena Sakura tak bisa menemukan dimana ponselnya berada. Padahal dia harus menghubungi banyak orang. Mereka pasti cemas karena Sakura pergi sangat mendadak. Sakura curiga jika Sasuke yang menyembunyikan ponselnya.

Kepalanya menengok ke sekeliling. Tempat ini masih asing baginya. Selain itu tak ada satu orang pun yang ia kenal. Sakura jadi merindukan Rin dan orang-orang di kediaman lamanya.

***

Sasuke menatap ponsel murahan di tangannya lamat-lamat. Dahinya mengerut tak suka. Berkali-kali dia berpikir untuk menghancurkan benda mungil itu. Tetapi kewarasannya masih bertahan. Sakura akan semakin marah jika tau nanti. Wanita merah muda itu pasti menanyakan keberadaan benda menyedihkan ini.

Padahal Sasuke bisa dengan mudah membelikan gantinya, yang tentu saja lebih mahal dan berkali-kali lipat lebih bagus dibandingkan ponsel jadul itu.

Pintu ruangannya diketuk pelan. “Permisi, Sasuke-sama.”

Juugo masuk dengan membawa beberapa kantung belanja dari brand-brand mahal dunia. Dia mendekat ke meja, lalu meletakan salah satu kantung yang paling kecil ke atasnya.

Wajah Sasuke mendadak cerah. Dia meraih kantung itu dan langsung membukanya. Di dalamnya ada seperangkat perhiasan dengan berlian kualitas nomor satu yang dipesannya untuk Sakura. Sasuke sampai mengganti desainnya beberapa kali hingga membuat pengerajinnya sedikit frustasi. Dia benar-benar ingin yang terbaik dari yang paling baik untuk Sakura.

Onyx-nya kembali lagi menatap Juugo. “Dimana yang lain?”

“Sisa barang yang lain akan langsung dikirim ke mansion anda sore ini, Sasuke-sama.” Dilihatnya Sasuke mengangguk paham. “Selain itu, mengenai tugas kepindahan Akasuna Sasori, mereka tidak bisa menariknya dari tempat itu dalam waktu dekat. Kemungkinan baru bisa dilakukan dalam satu minggu. Saya akan memberikan info lagi saat sudah memastikannya.”

“Sakura tidak akan senang mendengarnya. Dan jika Sakura tak suka, maka aku akan lebih tak suka. Kau mengerti?” Kata Sasuke memperingatkan.

Juugo membungkuk. “Maafkan saya. Saya akan mencoba lagi agar Akasuna Sasori bisa ditarik secepat mungkin dari sana.”

“Lakukan yang bisa kau lakukan.” Ucap Sasuke. Dia lalu mengibaskan tangannya, kode agar Juugo meninggalkannya sendiri.

“Maaf Sasuke-sama, tapi ada info dari Miko Group.” Sela Juugo. “Nona Shion sudah berpulang siang ini.”

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang