Dua Puluh Enam

1.3K 232 54
                                    

Sabaku Gaara tak bisa menahan mulutnya untuk tidak mengumpat. Uchiha sialan itu sudah mengusik keluarganya dan juga memaksa Sakura kembali padanya. Dasar brengsek.

“Lalu kita akan diam saja setelah mengetahui ini semua? Membiarkan lelaki itu melakukan sesukanya pada kita dan Sakura?” Tanyanya tak terima.

Temari diam. Dia tak berniat ikut berkomentar seperti yang disarankan suaminya.

“Nee-chan!”

“Tolong jangan berteriak pada istriku.” Tegur Shikamaru.

Gaara mengusap wajahnya frustasi. “Kita harus melaporkannya. Lelaki itu pantas dipenjara.”

“Tenangkan dirimu dulu, Gaara.” Shikamaru kembali berbicara. “Jangan biarkan kemarahan membuat kau bertindak gegabah.”

Kedua matanya menyipit kesal. “Oh, maksudmu diam saja dan membiarkan si brengsek itu menginjak-injak keluarga kita, seperti yang kau lakukan sekarang.”

Temari berdiri dan menatap marah adiknya. “Jaga ucapanmu, Gaara!”

Ini gila. Membuatnya frustasi dan marah.

Dia harus melakukan sesuatu. Sendirian. Karena sepertinya kakak perempuan serta suaminya tidak berniat untuk melawan. Sementara kakak lelakinya, kankurou, sepertinya tidak akan membantu. Kakaknya itu lebih mendengarkan Temari dibandingkan dirinya.

Apapun itu, Gaara tak akan tinggal diam.

***

Sudah hampir dua mingguan ini Sakura terkurung di mansion mewah Uchiha Sasuke. Tak banyak yang bisa ia lakukan di kediaman itu meski Sasuke sudah memenuhi rumahnya dengan berbagai hal yang dulu Sakura biasa lakukan untuk mengisi waktu luangnya. Tapi tetap saja itu membosankan, dan sudah tak menarik lagi baginya.

Perlu dicatat bahwa dulu dia dibuat bodoh. Sasuke membuat ia tak tau jika dunia luar bisa semenyenangkan itu.

Selama tiga tahun Sakura menghabiskan harinya dengan berkeliaran di luar ruangan, berinteraksi dengan orang-orang, bekerja keras hingga sendi-sendi tubuhnya sakit. Dan Sasuke dengan entengnya berharap Sakura akan kembali menjadi nona muda yang diam saja seperti dulu.

Tidak bisa.

Dengan semua kemudahan ini malah membuat dirinya bingung. Tubuhnya jadi tak tenang.

Terlebih tak ada satupun orang yang bisa diajaknya bicara. Semua orang yang bekerja di mansion besar itu takut padanya! Oh Tuhan. Mereka bahkan langsung kabur jika mendengar langkah kakinya mendekat. Keterlaluan Sasuke.

Sakura merindukan Rin. Setidaknya Rin bisa menjadi temannya berkeluh kesah. Wanita yang lebih tua darinya itu juga selalu ada di sampingnya selama hampir enam tahun lamanya.

Apa kepala pelayannya itu masih bekerja pada Sasuke? Semoga Sasuke tak tau jika Rin yang membantunya kabur tempo dulu. Dia ingin Rin ada di sini.

Jika dulu wanita itu pernah membantunya, kali ini mungkin dia akan membantu Sakura lagi. Kalaupun tidak, dengan hadirnya Rin, Sakura tidak akan merasa terlalu kesepian.

Hanya saja bagaimana caranya ia membawa Rin ke sini?

***

Sasuke tak pernah pulang di atas jam tujuh malam sejak ia tinggal di sana. Lelaki itu selalu pergi setelah sarapan pagi, dan pulang sebelum makan malam. Tak pernah sekalipun dia membiarkan Sakura makan seorang diri semingguan ini.

Padahal dulu Sasuke hampir tak pernah menyempatkan diri untuk sekedar makan di meja yang sama dengannya. Bisa dihitung dengan jari berapa kali mereka makan bersama selama sebulan. Lelaki itu selalu pergi sebelum pagi tiba. Dan jika Sasuke berkunjung, Sakura lebih sering berada di atas kasur dibandingkan tempat lain. Jadi momen makan bersama cukup spesial bagi Sakura.
Untuk urusan ranjang pun Sasuke berubah.

Sakura berpikir Sasuke akan langsung menyerangnya begitu mereka masuk ke dalam kamar yang ditempatinya. Namun tak ada yang dilakukan lelaki itu selain memeluknya sepanjang malam. Benar-benar hanya memeluknya. Dan tak lebih dari sebuah kecupan panjang.

Padahal dulu lelaki itu memiliki kendali yang buruk dalam hal menahan nafsunya di sekitarnya. Sasuke akan mudah sekali terangsang, bahkan hanya karena sebuah belaian ringan. Dan setelahnya mereka akan menghabiskan waktu berjam-jam dengan bergelung di atas ranjang. Saling menempel tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh mereka.

“Kupikir kau sudah tidur.”

Sasuke baru selesai mandi. Tubuhnya terbalut jubah handuk yang diikat kendur. Dari jarak ini saja Sakura bisa mencium wangi Sasuke. Lelaki itu beraroma sama dengan wangi sabun yang digunakan Sakura.

Jujur saja, Sasuke memiliki tubuh yang indah. Meski lelaki itu punya kebiasaan buruk dalam mengkonsumi alkohol, tetapi Sasuke mengimbanginya dengan olahraga teratur. Sakura mengakui jika Sasuke dan tubuh seksinya itu menggoda.

Sasuke mengerutkan dahinya melihat Sakura diam sambil terus menatapnya. “Kau sedang memikirkan apa?”

Dia membuka lemari pakaian dan mengambil celana kain yang biasa digunakannya untuk tidur. Sasuke tak suka memakai atasan. Dia biasa tidur dengan dada telanjang.

“Bagaimana dengan kepindahan Sasori nii-san?”

“Sedang dilakukan. Juugo berada di sana untuk mengurusnya.” Sasuke membuka jubah handuknya dan memakai celananya dengan santai. Sakura memperhatikan sesuatu yang keras dan menonjol itu. Sasuke yang menangkap basah arah pandang Sakura, menyeringai. “Suka dengan yang kau lihat, sayang?”

“Sepertinya tidak ada yang berubah.” Jawabnya berusaha kalem. Menyembunyikan detak jantungnya yang mulai berdetak tak normal.

Sasuke mendekat ke tempat tidur. Langkahnya pelan tetapi pasti. Dia duduk di samping Sakura yang sedang duduk bersandar dengan buku di tangannya. “Aku dan diriku tak pernah berubah, sama sekali.” Dia menarik wajah Sakura dan memberinya lumatan basah.

“Ya.” Ucapan Sakura begitu ciuman itu terlepas. “Dengan siapa kau tidur selama ini? Wanita panggilan? Atau mungkin tunanganmu?” Nada datar yang digunakan Sakura, entah mengapa membuat Sasuke lumayan kesal.

Dengan suara rendah dan sedikit geraman kesal, Sasuke menjawab. “Aku tidak pernah meniduri wanita manapun selain kau.”

“Oh, benarkah?” Kini nada suaranya berubah mencemoh. Sakura mendengus geli melihat bagaimana wajah Sasuke semakin masam. “Maafkan aku. Tapi kau pikir aku akan percaya Sasuke? Bahwa selama tiga tahun ini kau tidak melakukannya sama sekali. Dengan semua malam panas yang pernah kita lewati. Dengan semua gairahmu yang besar. Dan dengan, itu.” Dengan ekor matanya, Sasuke menunjuk gundukan kecil di antara paha Sasuke yang terlihat makin membesar.

Sasuke menggertakan gigi.  “Aku tak pernah sekalipun tidur dengan wanita lain.” Katanya lagi, lebih tegas. Dia menarik buku yang dipegang Sakura dan melemparnya. Sakura baru akan protes, namun Sasuke justru meraih tangan wanita itu dan meletakkannya ke atas miliknya yang semakin mengeras di balik kain celana. “Dan ini terangsang karena kau, Saku. Hanya kau.”

***

Yaelah, ngga usah disuruh megang juga dong pak 😑😑
.
.
.
.
Minimal langsung colok gitu 😆😆😆

Btw kepalaku mumet nih ngerjain translate manhwa 🥴🥴🥴 mau baca versi english ko kepala keliyengan, ditranslate juga ternyata angel hahaha

Oh iyya, sekalian aku mau rekomendasiin novel cry even better if you beg (baru versi novel doang) sama problematic prince (kalau yang ini udh ada versi manhwa walaupun belom tamat)

Serius bagus banget buat yang suka historical romance dengan karakter male lead red flag mirip sasuke hahaha

Pokoknya kalian harus banget baca 😄😄😄

Terus kalau ada rekomendasi novel mirip-mirip dua itu kasih tau aku dong 😘😘😘

Kalau gitu see u next chap 😚

Eh tapi aku rada sedih deh, yang kasih bintang dikit soalnya 🥺🥺

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang