Chapter I

4.7K 425 17
                                    

"Ya! Kim Yohan! Tendang lebih kuat lagi! Mana bisa kau menang melawan lawanmu bila tendanganmu masih selemah itu, hah?"

Yohan mendongakkan kepala dan memijat hidungnya pelan. Ia kesal, sungguh. Badannya kini sudah penuh dengan peluh dan rasanya lengket sekali. Belum lagi kakinya mulai terasa sakit. Bagaimana tidak? Sudah sekitar lima jam Yohan melatih tendangan Taekwondonya, namun sang pelatih masih saja belum puas dengan kekuatan tendangannya itu.

"Sudahlah, kita sudahi saja latihan hari ini. Melihat hasil latihanmu yang tidak mencapai ekspektasi membuatku muak," sang pelatih kembali berbicara dengan nada kesal. Ia berjalan menuju pinggir ruangan dan menyampirkan tas olahraga di pundaknya, "bila pada pertemuan selanjutnya kau tidak juga bisa menendang lebih kuat, akan kupastikan kau akan menyesal."

Dengan sebuah dentuman keras, pintu ruangan Taekwondo tersebut ditutup dan meninggalkan Yohan sendirian di dalamnya dalam diam.

Yohan menghembuskan nafasnya pelan. Ia berjalan menuju pojok ruangan untuk mengambil air mineral di tasnya kemudian meminumnya sembari menyandarkan badannya yang lelah di dinding.

"Hahhh!" Yohan meremat botol minum yang telah habis itu keras. Yohan kesal, marah, frustasi.

Jujur, ia selalu mencintai Taekwondo dan akan terus berusaha menjadi yang terbaik. Tak ada yang bisa membantah hal tersebut karena Yohan berhasil membuktikannya dengan selalu menjadi juara tiga besar pertandingan-pertandingan Taekwondo yang ia ikuti. Bahkan ia berhasil mendapatkan julukan "Mangwon Dong High Kick" oleh teman-temannya.

Yohan tak pernah menyerah maupun kesal apabila ia belum berhasil mencapai ekspektasi sang pelatih karena ia akan terus berusaha. Biasanya. Namun kali ini tidak.

Suara getaran dalam tasnya membuat pikiran Yohan yang kacau harus teralihkan sejenak. Ia merogoh isi tasnya dan melihat benda pintar berbentuk persegi panjang itu.

Panggilan dari teman kampusnya, Kim Sihoon.

Tanpa berlama-lama, Yohan segera menggeser lingkaran hijau pada layar ponselnya dan menaruh benda itu di samping telinganya.

"Halo, Sihoon? Ada apa?" tanya Yohan langsung menanyakan intinya. Pikirannya sedang kacau dan ia tidak ingin berbasa-basi lagi.

"Ah, kau to the point sekali ya?" Sihoon terdengar terkekeh di seberang sana, "itu, masalah tugas penelitian yang diberikan Guru Lee waktu itu. Apa sudah kau kerjakan? Aku sudah mengumpulkan hasil dari teman-teman yang lain, tinggal memasukkan bagianmu maka penelitian kita selesai."

Yohan terdengar menghela nafas dan menggigit bibirnya pelan, "ah itu... aku belum selesai mengerjakannya. Boleh aku kirim nanti malam? Aku janji akan mengerjakannya sebelum pukul 10 malam!"

"Kim Yohan memang benar-benar sibuk ya~" Sihoon kembali terkekeh. Yohan hanya bisa meringis mendengar kata-kata Sihoon yang sebenarnya cukup menyindir dirinya. "Ah, tapi sebelumnya aku minta maaf, Yohan. Aku tidak bisa menggabungkannya bila kau baru mengirimnya nanti malam, ada acara yang harus kudatangi. Bagaimana kalau aku mengirim hasil yang sekarang padamu? Jadi kau yang akan menggabungkan semuanya."

"A- ah, iya. Begitu juga boleh," Yohan menggangguk, "kalau begitu nanti kirim saja. Akan aku gabungkan nanti malam. Maaf merepotkanmu, Sihoon."

"Tidak apa-apa, aku tau kau memang sibuk. Semangat latihannya, Yohan!" Yohan tersenyum mendengar perkataan Sihoon. Setelah sama-sama mengucapkan salam, sambungan telepon pun terputus.

Yohan menaruh kembali ponselnya dalam tas lalu menghela nafasnya. Inilah hal yang membuatnya frustasi. Taekwondo tentu segalanya bagi Yohan. Semua akan baik-baik saja bila ia hanya harus fokus ke Taekwondo.

Sayangnya, orang tua Yohan ingin lebih dari itu. Ia ingin anaknya berkuliah dan menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Yohan tak pernah suka belajar. Ia kurang suka menggunakan otaknya untuk memikirkan hal-hal berbau teori. Ia lebih suka untuk langsung menggunakan tubuhnya dalam bertindak, itulah mengapa ia merasa Taekwondo lebih baik.

Namun orang tua tetaplah orang tua, Yohan tak bisa membantah sedikitpun. Syukurlah Yohan tak perlu terlalu menggunakan otaknya dalam ujian masuk universitas karena ia berhasil mendapatkan bangku kuliah melalui jalur prestasi Taekwondonya.

Kini, secara resmi Yohan menjadi mahasiswa Produce University. Semua terlihat begitu mudah di awal. Yohan hanya perlu pergi kuliah, lalu kemudian ia akan latihan Taekwondo seperti biasanya. Tak ada yang sulit dari itu kan?

Nyatanya, semua tidak semudah itu. Menyerap materi-materi perkuliahan terasa sangat berat bagi Yohan. Belum lagi tugas-tugas yang menguras otak dan waktu. Semua mungkin akan baik-baik saja bila itu satu-satunya hal yang harus Yohan usahakan, namun di sisi lain ia juga harus mengembangkan dirinya di Taekwondo. Ia memang sudah dapat dikatakan baik, tapi manusia tidak ditakdirkan untuk merasa puas, jelas Yohan tetap harus terus menambah kemampuannya.

Siklus hidupnya kini berputar antara pergi belajar ke kampus, latihan dan mengerjakan tugas kuliah. Bisa dibilang dalam berhasil melakukan segalanya, Yohan kini harus merelakan jam tidurnya berkurang.

Jam tidur kurang, berarti Yohan menjadi lebih cepat lelah. Yohan cepat lelah, berarti ia tidak bisa mengeluarkan energinya secara maksimal. Energi tidak maksimal, berarti Yohan tidak bisa menendang lebih kuat lagi.

"Aaarrrghhh!!!" Yohan berteriak frustasi menyadari hidupnya terasa kacau. Dua hal dalam hidupnya kini terasa tidak ada yang berjalan balik, justru saling menghancurkan satu sama lain. "Baiklah Yohan, mari kita kerjakan tugas dulu lalu tidur lebih banyak malam ini sehingga besok tendanganmu bisa lebih kuat."

Yohan mengangguk meyakinkan dirinya. Dengan sebuah senyuman yakin, ia menyampirkan tasnya di pundak lalu berjalan pulang untuk segera melakukan rencananya.















"Benar umurmu 20 tahun?" seorang pria paruh baya menurunkan kacamatanya sedikit demi melihat pemuda di hadapannya. Alisnya sedikit bertaut seolah tidak percaya. Di baju pria paruh baya itu tersemat nama, 'Lee Seokhoon'.

Pemuda di hadapannya itu tersenyum sambil mengangguk. Ia mengambil kartu identitasnya dan memberikannya pada Pak Seokhoon, "tahun lahirku tertera di sana. Mungkin mukaku terlihat lebih tua tapi umurku memang segitu, Pak."

Pak Seokhoon mengambil kartu identitasnya dan melihatnya secara bergantian dengan wajah sang pemuda. Ia mengangguk-anggukan kepalanya lalu mengembalikan kartu tersebut, "baiklah. Jadi kau melamar kerja paruh waktu kan? Apa kelebihanmu sehingga aku harus menerimamu? Apa kau ada riwayat belajar bela diri atau bagaimana?"

Pemuda itu tersenyum dan mengangguk, "ada pak! Kebetulan saya pernah belajar Taekwondo beberapa tahun jadi saya mengetahui beberapa jurus Taekwondo. Meskipun saya telah berhenti, saya tetap memiliki kekuatan dari bela diri itu, Pak!"

Seokhoon mengusap dagunya tampak berpikir, kemudian ia mengangguk-anggukan kepalanya, "baiklah. Kau bisa bekerja mulai besok. Jangan telat ya, Lee Hangyul ssi?"

Pemuda bernama Hangyul itu mengepalkan tangannya senang. Ia menganggukkan kepalanya semangat, "baik, Pak! Saya tidak akan telat! Terimakasih sudah menerima saya!"

Setelah membungkuk hormat, Hangyul keluar dari minimarket tersebut dengan senyum sumringah.

Satu tempat paruh waktu sudah aku dapatkan. Tinggal mencari satu tempat lagi hingga aku menjadi kerja penuh waktu. Hangyul semangat! Kau tidak boleh mengecewakan lagi kali ini!

To be continue . . .

Author's note:
Halo semuanya! Ini pertama kalinya aku nulis ff tentang Produce X 101, terutama X1. Sebenernya aku penumpang kapal Yuyo alias Yuvin x Yohan, tapi karena Yuvinnya gak berhasil debut di X1 *hiks* aku jadi 'ngelirik' kapal ini karena kayaknya mereka lucu juga. Satunya lawak, satunya receh. Mana sama-sama pernah Taekwondo. Seumuran pula.
Sebenernya ini dibuat karena iseng-iseng jadi aku gak yakin bakal update cepet atau gimana. Tergantung responnya juga sih banyak yang suka atau enggak, hehe.
Yaudah segini dulu. Uhm... see you? 👀

It's A Lot More Than A Taekwondo • YohangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang