Chapter X

1.3K 224 16
                                    

Yohan dan Hangyul kini berjalan beriringan menuju warung tteokbokki kesukaan Yohan, lebih tepatnya warung tersebut merupakan tempat ia mentraktir Sihoon waktu itu.

Perjalanan mereka diselingi oleh obrolan ringan dan candaan di sana sini. Terkadang mereka sampai harus mengelus perut mereka karena sakit terlalu banyak tertawa.

"Sungguh, aku juga tidak tahu kenapa kaus kaki Dohyon bisa bolong. Yang jelas setelah ia melaporkannya pada Ibu lewat telepon, aku langsung disuruh mengantarkan kaus kaki baru padanya," Hangyul lanjut bercerita pada Yohan, "coba kau bayangkan. Ia sedang berkemah di gunung dan aku harus mengantarkannya. Anak itu benar-benar.." Hangyul menggelengkan kepalanya sembari tertawa.

Yohan kembali tertawa. Sebenarnya ini kejadian miris, tapi entah kenapa ia tidak bisa untuk tidak menertawakannya. Masalahnya, ekspresi Hangyul saat bercerita baginya begitu lucu.

Hangyul ikut tersenyum melihat Yohan tertawa, "omong-omong. Apa masih jauh warung tteokbokkinya?"

"Oh?" Yohan berusaha menghentikan tawanya dan menggelengkan kepalanya, "tidak kok, sebentar lagi. Tuh, warung yang itu!" jawab Yohan lalu menunjuk warung tteokbokki yang terlihat cukup ramai itu. Tentu saja karena itu memang warung yang terkenal dengan rasa tteokbokkinya yang enak.

Hangyul mengikuti arah yang ditunjuk oleh Yohan. Alih-alih memperhatikan warung tteokbokki yang terlihat ramai, netranya justru menangkap seorang pemuda tinggi yang seperti digiring oleh beberapa pria dengan perawakan muka tegas dan baju terlihat berantakan. Pria itu sendirian, sedangkan pria yang menggiringkan berjumlah sekitar 4 orang. Hangyul kembali memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas pemuda tinggi itu, karena demi apapun ia merasa sangat familiar dengan pemuda itu. Meskipun begitu, dalam hatinya ia ingin sekali penglihatannya salah.

"Apa kau tidak melihatnya?" suara Yohan memecah konsentrasi Hangyul, membuat pemuda itu sontak menoleh padanya.

"Sebentar, ikut aku sebentar," ujar Hangyul tiba-tiba sembari menarik tangan Yohan dan berjalan cukup cepat entah kemana. Yohan memang merupakan atlet Taekwondo dengan kekuatan yang tidak biasa, tapi perlu diakui bahwa tenaga Hangyul cukup kuat sehingga ia hampir terseret oleh pemuda itu jika saja ia tidak segera tanggap dan mengikuti langkah sang pemuda.

"Ada apa?" tanya Yohan bingung saat Hangyul kini justru berlari menerobos orang-orang. Dilihatnya warung tteokbokki yang merupakan tujuan awal mereka justru menjauh dari pandangan.

"Aku seperti melihat Dohyon tadi sedang dibawa segerombolan pria. Aku harus pastikan dia tidak apa-apa," jawab Hangyul cepat. Untung saja Yohan masih menangkap perkataan pemuda itu dibalik bisingnya jalanan kota malam itu.

Yohan mengangguk mengerti. Tentu saja sebagai kakak yang baik Hangyul akan merasa khawatir apabila melihat adiknya dalam kondisi seperti itu. Ia pun memutuskan untuk mengikuti saja kemana pun Hangyul membawanya saat itu.

Netra keduanya kini menangkap dengan jelas segerombolan pria dengan pemuda jangkung di antara mereka. Sang pemuda terlihat menundukkan kepalanya dan berjalan patuh, sedangkan 4 pria lainnya terlihat berekspresi marah. Tak lama mereka pun berbelok memasuki sebuah gang gelap.

Hangyul dan Yohan mengikuti mereka secara diam-diam, berusaha melihat dan mendengar apa percakapan mereka. Hangyul terutama, ia berusaha memastikan bahwa benar pemuda itu adiknya atau bukan.

"Kau pikir kau siapa, hah?" ujar seorang pria yang kini berhadapan dengan pemuda yang tengah menunduk itu, "kau pikir kata maaf saja cukup, bocah sialan?" tanyanya dengan penekanan.

Pria tersebut terlihat memperhatikan sang pemuda dari atas sampai bawah dan menarik pelan pakaian, tas serta menendang sepatu pemuda itu, "kau berpakaian dengan bagus, pasti kau anak orang kaya kan? Meminta maaf dengan uang seharusnya tidak masalah bagimu."

It's A Lot More Than A Taekwondo • YohangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang