It's A Lot More Than A Taekwondo • Yohangyul

Chapter IX

"Woaaah, ini benar nilaiku kan, Sihoon?" Yohan menatap layar laptopnya yang tengah menampilkan halaman nilainya selama satu semester ini. Pada halaman tersebut terlihat jelas nilai delapan mata kuliah yang diambilnya semester tersebut. Nilainya memang tidak sebagus itu, namun bisa dilihat dengan jelas bahwa tidak ada nilai C sama sekali di sana. Sebuah pertanda baik selain fakta bahwa tidak ada mata kuliah yang tidak lulus, namun juga ia berhasil lulus dengan nilai cukup memuaskan.

"Itu benar nilaimu, Han. Lihat saja di atasnya, itu kan namamu," ujar Sihoon terkekeh lalu menunjuk nama Yohan tepat di atas daftar delapan mata kuliahnya tersebut. Sihoon ikut merasa senang akan nilai yang diperoleh Yohan. Meskipun nilai Yohan tidak bisa dikatakan sangat bagus seperti meraih nilai straight As , namun ia sendiri tahu sebesar apa perjuangan Yohan untuk meraih nilai tersebut.

Saat ini mereka tengah berada di kantin kampus. Sebenarnya perkuliahan mereka sudah berakhir cukup lama dan hari ini merupakan hari nilai mereka diumumkan melalui laman website kampus mereka. Yohan tidak berani melihat nilainya sendiri sehingga ia mengajak Sihoon untuk melihatnya bersama-sama. Nilai yang terpampang di layar laptopnya itu tentu saja nilai yang sama sekali tidak ia duga. 

Yohan terharu sekali, sampai-sampai rasanya ia ingin menangis. Perjuangannya selama kurang lebih empat bulan ini berusaha menyeimbangkan Taekwondo dan akademiknya akhirnya sekarang membuahkan hasil yang cukup membuatnya senang. Ia merasa setiap harinya yang akan meminta saran pada Hangyul mengenai Taekwondo dan tidur lebih cepat serta berusaha lebih fokus pada tiap penyampaian materi di kelas itu benar-benar berpengaruh sangat besar. Jangan lupakan Sihoon yang akan dengan senang hati membantunya untuk memahami hal-hal yang belum ia pahami. Bila dipikir-pikir lagi, sebenarnya menyeimbangkan Taekwondo dan akademik tidaklah sesulit itu asalkan ia mau berusaha dengan ikhlas.

"Sihoon, ayo aku traktir lagi hari ini!" ujar Yohan lalu merangkul tubuh Sihoon yang lebih kecil darinya itu. Senyuman lebar masih tercetak di wajahnya, "hari ini mau makan apa, hm? Kamu sudah sangat membantuku, jadi kamu boleh memilih!"

"Ah, itu.." Sihoon menggaruk tengkuknya pelan. Mukanya terlihat tidak enak dan menatap Yohan ragu, "aku sudah ada janji dengan seseorang hari ini, jadi tidak bisa. Tidak apa-apa kan, Yohan?"

"Wah, iyakah?" Yohan menatap Sihoon kecewa, "sayang sekali.. haruskah kita memilih hari lain?"  tanyanya lagi, masih berusaha untuk mentraktir pemuda itu. Entah kenapa Yohan punya kebiasaan mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan mentraktir orang tersebut.

Sihoon menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum, "tidak perlu, Yohan ah. Simpan saja uangmu. Dengan melihatmu senang saja aku sudah ikut senang kok!"

Yohan memeluk Sihoon secara tiba-tiba, "kau memang orang yang baik sekali, Sihoon ah! Ku doakan kau sukses terus pokoknya!" ujarnya sambil menepuk punggung pemuda itu beberapa kali.

"Sihoon hyung?" sebuah suara menginterupsi pelukan antara Yohan dan Sihoon, membuat mereka (lebih tepatnya, Yohan.) melepas pelukan itu dan menatap seorang pemuda dengan perawakan badan cukup tinggi. Dilihat dari tubuh dan mukanya, Yohan merasa pemuda itu mungkin seumuran dengannya dan Sihoon, tapi dengan fakta bahwa pemuda itu memanggil Sihoon dengan 'hyung', sudah pasti pemuda itu lebih muda. Tapi pertanyaan paling pentingnya sekarang, dia siapa? Yohan mengernyit bingung.

"Oh, Junghwan ah? Kau sudah datang?" Sihoon terlihat terkejut saat melihat pemuda itu dan semakin menjauhkan dirinya dari Yohan, "tolong jangan salah paham. Ini Yohan, teman yang sering kuceritakan itu," jelasnya sambil menunjuk Yohan yang masih memasang wajah bingung.

"Ah? Yohan hyung?" tanya sang pemuda dengan mata sedikit membelalak. Ia pun membungkukkan badannya di depan Yohan dan tersenyum, "perkenalkan, hyung. Namaku Yoon Junghwan, hyung bisa memanggilku Junghwan saja. Aku pa-"