Chapter III

1.9K 291 19
                                    

Yohan menidurkan tubuhnya di atas matras tempat latihan Taekwondonya. Tubuhnya sudah lelah sekali, apalagi mengingat ia terus saja mengulang gerakan tendangan yang belum juga dapat memuaskan hati pelatihnya meskipun ia telah mengerahkan segenap tenaganya hari itu.

Tentu saja seperti kata pelatihnya kemarin, Yohan benar-benar menyesal. Pelatihnya berkata bahwa ia menyerah dalam melatih Yohan dan mengharuskannya memasuki kelas latihan yang biasa kembali. Selama ini, Yohan memang mendapat jadwal latihan khusus dari sang pelatih karena bakatnya dalam Taekwondo yang berkembang lebih pesat dibanding teman-temannya yang lain. Kini, sang pelatih tidak lagi ingin mengajarinya secara khusus karena ia merasa hanya menghabiskan waktu melihat kondisi Yohan yang tidak berkembang sama sekali, bahkan terlihat ada kemunduran.

Ia menutup matanya dengan lengan tangannya sembari mengatur nafasnya, pikiran dan tubuhnya terasa kacau setelah latihan intensif dan kabar menyedihkan barusan. Rasanya Yohan ingin menangis karena segalanya terasa tidak berjalan dengan baik bagi dirinya.

Air mata baru saja akan lolos dari matanya kalau saja suara getaran ponselnya tidak tertangkap oleh indera pendengarnya. Dengan berat hati, Yohan bangun dari posisi berbaringnya dan mendekati tasnya. Dirogohnya tas tersebut untuk meraih ponselnya dan membuka pesan yang didapatinya.

From : Angel Sihoon

Yohan ah, boleh aku minta foto-foto presentasi kelas minggu lalu? Aku tidak sengaja menghapusnya. Aku membutuhkannya untuk tugas yang akan dikumpulkan besok : ( Terimakasih Yohan ah! Maaf mengganggu waktumu.

Mata Yohan sontak membelalak membaca pesan tersebut. Benar juga! Yohan punya tugas yang harus dikumpulkan besok, namun ia sama sekali belum mulai mengerjakannya. Syukurlah Sihoon mengirimi pesan ini padanya, atau ia tidak akan dapat mengumpulkan apapun besok. Sepertinya ia memang harus mentraktir Sihoon sesuatu karena ia selalu datang bagaikan anugerah bagi kehidupan Yohan yang rasanya berantakan ini.

"Astaga, berarti aku tidak bisa tidur lagi hari ini.." gumamnya kecil dengan sebuah helaan nafas saat ia menyadari bahwa Yohan dan tugas tak pernah berdamai. Otaknya sangat sulit digunakan apabila mengerjakan tugas, yang berujung dia hanya akan terdiam sebelum akhirnya pasrah dan mengerjakan apapun semampunya. Tak lagi memikirkan bagaimana seharusnya hal tersebut dikerjakan. Itu pun kalau ia tidak ketiduran. Kalau ketiduran, maka hasil tugas itu semakin apa adanya saja.

Yohan menggelengkan kepalanya, "tidak, tidak. Aku sudah menghancurkan dunia Taekwondoku hari ini, setidaknya aku harus bagus dalam bidang akademik kali ini," ujarnya yakin sambil menganggukkan kepalanya dan tersenyum yakin.

Setelah mengirimkan foto-foto presentasi yang diminta Sihoon, Yohan pun beranjak mengambil tasnya untuk mandi dan berganti baju sebelum keluar dari ruangan latihan Taekwondo tersebut.





















"Hoam.." Yohan menutup mulutnya yang menguap lebar. Tidak dapat dipungkiri bahwa ia merasa sangat lelah dan juga mengantuk. Sayangnya, tidur akan jadi hal terakhir yang harus dilakukannya saat ini. Ada hal yang lebih penting untuk ia lakukan, yaitu mengerjakan tugas kuliahnya.

"Baiklah, sepertinya aku harus beli kopi lagi," gumam Yohan kala netranya menangkap mini market yang tak jauh dari tempatnya latihan. Saat ia memasuki mini market tersebut, sebuah sapaan dan senyuman ramah ia dapatkan dari seorang pemuda di balik kasir. Pemuda tadi sore, pemuda yang merendahkannya karena dikira tidak bisa membuka kaleng kopi. Melihatnya saja rasanya Yohan jadi agak kesal. 

Hanya membalas dengan senyuman kecil, Yohan pun melangkahkan kakinya menuju lemari pendingin tempat ia membeli kopi tadi sore. Kali ini ia juga mengambil dua kaleng sebelum beranjak menuju kasir dan meletakkan dua kaleng tersebut di meja kasir.

It's A Lot More Than A Taekwondo • YohangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang