Chapter XIII

1.1K 209 13
                                    

Yohan menatap Hangyul yang terlihat tenggelam dalam pikirannya. Jujur, ia tahu bahwa hal ini bukan hal yang mudah bagi Hangyul. Masa lalunya pasti sangat menghantui pemuda itu namun impiannya juga sama besar. Keputusan pasti tidak dapat semudah itu ia lakukan.

"Aku akan membantumu, Gyul," ujar Yohan berusaha meyakinkan Hangyul lagi. Berkutat dengan pikirannya sendiri pasti sangat rumit, ia butuh orang lain untuk dapat meyakinkannya juga.

Ibu Hangyul terlihat mengelus pelan tangan Hangyul, entah berusaha menenangkan atau meyakinkannya. Hangyul menghembuskan nafasnya pelan.

"Kita bahkan belum tahu apa aku benar bisa melakukan Taekwondo lagi atau tidak," ujar Hangyul kemudian melihat ke arah Yohan, "tapi bila aku bisa, jaminan seperti apa yang bisa kau berikan hingga aku tak mungkin gagal?"

Mata Yohan berbinar mendengar pertanyaan Hangyul. Pertanyaan barusan berarti ada kemungkinan Hangyul mau berjuang bersamanya kan?

"Aku, aku akan pastikan kau tidak akan cedera. Aku akan bilang pada pelatihku agar kau bisa masuk klub kami dan dimasukkan ke kelas khusus denganku. Setelah itu, kita bisa berlatih bersama. Istirahat cukup namun tetap latihan maksimal. Aku akan selalu berada di sampingmu dan memastikan semuanya baik-baik saja!" jawab Yohan penuh semangat, "kau sudah hebat, hanya perlu latihan untuk membiasakan diri lagi. Kau pasti bisa melewati tes beasiswa kali ini!"

Ibu Hangyul terlihat mengangguk dengan mata berbinar saat mendengar penuturan Yohan, berusaha untuk meyakinkan sang anak pula, "dengar nak, Yohan bahkan ingin melakukan sejauh itu untukmu. Kau akan berhasil, percaya pada Ibu."

Hangyul menatap jijik Yohan setelah ia menyelesaikan penuturannya, "jangan berlebihan begitu. Aku geli," ujarnya lalu tertawa namun kemudian meringis setelah sang ibu mencubit tangannya. Yohan terlihat salah tingkah mendengar hal tersebut lalu menggaruk tengkuknya malu. Sejujurnya, hati Hangyul menghangat saat mendengar penuturan Yohan barusan. Meskipun ia memang benar geli dengan pujian yang dilontarkan Yohan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kepercayaan diri dan keyakinannya menjadi terangkat oleh penuturan tersebut. Ditambah lagi ibunya terlihat senang. Rasanya senang sekali bisa membuat orang tuanya senang. Hatinya kini menjadi lebih mantap.

"Baiklah kalau begitu," ujar Hangyul lagi, membuat Yohan memperhatikannya, "kita periksa dulu ke dokter baru kita bisa jalankan rencanamu."

Yohan langsung menganggukkan kepalanya antusias, "tentu! Katakan saja kapan kau bisa pergi ke dokter, aku akan menemanimu. Kebetulan aku sedang libur kuliah jadi aku selalu siap sedia!"

Hangyul terkekeh, "baiklah. Nanti kukabari lagi."

Perbincangan mereka pun berakhir saat Ibu Hangyul mengajak Yohan untuk ikut makan malam dengan keluarga mereka. Awalnya Yohan merasa tidak enak dan ingin menolak, namun Ibu Hangyul memaksanya sedemikian rupa sehingga akhirnya ia pun tinggal sampai makan malam. Tentu saja juga bersama Ayah Hangyul dan Dohyon yang pulang bersamaan beberapa saat sebelum makan malam.















Hangyul kini telah berada di halte bus tempatnya dan Yohan janji untuk bertemu hari itu. Sesuai dengan kesepakatan mereka waktu itu, Yohan akan menemaninya memeriksa keadaannya ke dokter saat Hangyul punya waktu. Kebetulan, hari ini Hangyul mendapat jatah libur dari kerja paruh waktunya di kafe jadi ia bisa periksa ke dokter.

Bohong kalau Hangyul berkata ia tidak gugup. Sebenarnya masih banyak ketakutan yang berada dalam dirinya, ia sangat takut dengan apa yang akan dikatakan oleh dokter nanti. Ia takut kalau ternyata perkiraan Yohan salah dan ia sebenarnya masih tidak dapat melakukan Taekwondo lagi. Ia takut harapannya yang mulai berani ia tumbuhkan untuk mendapatkan beasiswa lewat jalur Taekwondo itu kembali sirna. Tapi lagi, toh harapan itu memang sudah pernah sirna kan? Seharusnya sekarang ia santai saja karena ia pernah merasakan ditampar kenyataan yang lebih pahit dari kemungkinan hari ini.

It's A Lot More Than A Taekwondo • YohangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang