Chapter VI

1.4K 238 31
                                    

"Selamat pagi, anak tampanku. Bagaimana tidurmu semalam? Apakah nyenyak?"

Hangyul tersenyum lebar kala ia mendengar sapaan pagi dari sang ibu. Ia menghampiri sang ibu yang tengah mencuci sayuran di dapur dan mengecup pipi wanita paruh baya itu sekilas, "aku tidur dengan nyenyak, Bu. Ibu sendiri?"

"Tentu saja Ibu tidur dengan nyenyak, sayangku," jawab sang ibu dengan senyum menawannya, "ayo segera makan. Kamu bilang pekerjaan paruh waktumu itu mulai pukul 10 kan? Kau harus mengisi energimu sebelum pergi bekerja!"

Hangyul tersenyum semakin lebar, sudah senang sendiri dengan fakta sang ibu ingat tentang apa yang harus dia lakukan, "ibuku memang yang terbaik!" ujarnya lalu terkekeh. Ia pun berjalan ke meja makan dan mulai mengisi piring kosong di meja itu dengan nasi dan lauk-pauk yang ada.

Sebetulnya, hari sudah termasuk cukup siang saat itu. Lauk-pauk dan nasi yang ada di meja juga tidak banyak lagi, namun jelas cukup untuk jatah makan seorang Lee Hangyul sampai kenyang. Hangyul tentu tak masalah dengan hal itu, ia tahu benar bahwa ayah, ibu dan adik kecilnya pasti sudah memakan bagian mereka tadi pagi.

"Hangyul ah, kau benar-benar tidak ingin berkuliah?" tanya sang ibu yang sepertinya telah selesai mencuci sayuran dan kini memutuskan untuk duduk di hadapan putranya yang tengah makan, "ibu dan ayah tidak masalah jika kamu ingin kuliah. Kita masih bisa-"

"Tidak apa-apa, bu," Hangyul memotong perkataan sang ibu dengan senyuman, untung saja suapan terakhirnya sudah berhasil ia telan, "aku tidak apa-apa. Aku akan kuliah nanti jika aku ingin. Sekarang ibu dan ayah fokus saja pada Dohyon, oke? Masa depannya masih panjang."

Sang ibu terlihat menghela nafasnya panjang, rasa bersalah pada putra pertamanya seakan menggerogoti dirinya sekarang. Ingin rasanya ia membantah dan meyakinkan anaknya itu sekali lagi, tapi sebagai seorang ibu, ia tahu persis bahwa Hangyul bukanlah anak yang mudah goyah. Hangyul selalu tahu apa yang ingin ia lakukan dan ia selalu melakukannya dengan sungguh-sungguh. Ibu Hangyul sangat tahu hal tersebut.

"Baiklah..," ujar sang ibu kemudian setelah hening lama yang hanya diisi oleh dentingan sendok dan piring akibat aktivitas makan sang anak, "pokoknya, katakan pada kami kalau kamu ingin kuliah. Kami benar-benar tidak masalah dengan hal itu, oke?"

Hangyul meneguk minumnya kala ia telah menyelesaikan acara makannya. Ia pun mengangguk dan tersenyum pada sang ibu, "iya, bu. Tenang saja, oke? Aku tahu apa yang ingin aku prioritaskan," jawabnya lagi. Netranya melirik sekilas ke arah jam dinding sebelum bangkit dari kursi, "aku harus berangkat sekarang sebelum terlambat. Aku pamit dulu ya, bu?"

Sang ibu menganggukkan kepalanya dan mengusak pelan rambut sang putra sebelum akhirnya sosok putra pertamanya itu menghilang dari balik pintu rumah. Ia tersenyum kecil. Memang beruntung sekali ia memiliki anak seperti Lee Hangyul.














"Yo! Hangyul! Akhirnya kau datang juga!" teriak seorang pemuda heboh saat Hangyul baru saja memasuki kafe bernuansa aesthetic itu. Ia tahu benar siapa pemuda heboh itu. Cho Seungyoun, sepupu dari pemilik kafe ini, sekaligus rekan kerja paruh waktunya. Yah, walaupun diterimanya Seungyoun bekerja paruh waktu di kafe ini karena 'orang dalam', namun pemuda itu tetap bekerja dengan baik dan dapat diandalkan.

Hangyul menghampiri pemuda itu dan menaikkan sebelah alisnya sebelum terkekeh, "jam kerjaku baru mulai jam 10. Sekarang bahkan masih jam 10 kurang 10 menit dan kau sudah berteriak seperti aku datang sangat telat, hyung."

Seungyoun tertawa mendengar jawaban pemuda yang lebih muda darinya itu. Ia menepuk pundak sang pemuda beberapa kali, "baiklah, baiklah. Kau benar. Aku hanya butuh sedikit bantuan untuk memindahkan instrumen-instrumen ini dan kehadiranmu sudah kunantikan sejak tadi."

It's A Lot More Than A Taekwondo • YohangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang