Chapter XII

1.2K 219 18
                                    

Setelah pembicaraan serius mereka malam lalu, hubungan Yohan dan Hangyul menjadi sedikit canggung. Hangyul biasanya akan menyapanya dengan ceria dan bergurau dengannya, namun pemuda itu kini hanya akan menyapa seadanya dan tersenyum kecil pada Yohan.

Sungguh, Yohan sangat membenci hubungan mereka yang seperti ini. Ia tidak suka melihat Hangyul memperlakukannya seperti ini, rasanya seperti ia tidak sedang berhadapan dengan Hangyul melainkan sedang berhadapan dengan orang asing. Ia sendiri merasa hubungan antara dirinya dan Hangyul sudah jauh dari sekedar orang asing, maka kondisi saat ini terasa sangat tidak nyaman.

Sebenarnya Yohan tidak menyangka pembicaraan mereka malam itu bisa menyebabkan hubungan mereka menjadi seperti ini. Kini ia bisa menyimpulkan bahwa topik itu memang sangat sensitif bagi Hangyul. Namun mau bagaimana pun, Yohan tetap tidak ingin menyerah begitu saja. Seperti tekadnya sebelumnya, bila Hangyul tidak mau berusaha maka ia yang akan berusaha untuk mewujudkan impian pemuda itu.

Maka setelah semalaman berpikir keras tentang apa yang harus ia lakukan, ia memutuskan untuk menemui Hangyul di kafe tempat paruh waktu Hangyul siang itu, Han's Cafe. Ia meneguk ludahnya gugup saat ia telah berada di depan pintu kafe tersebut sebelum mulai membuka pintu dan memasuki kafe aesthetic tersebut.  Suasana nyaman dan bau khas kopi langsung menyambutnya saat ia sudah berada di dalam kafe. Kakinya pun melangkah otomatis menuju meja kasir, tempat di mana Hangyul biasanya berada.

Di luar dugaan, alih-alih Hangyul, dirinya justru menemukan pria tinggi berponi di balik meja kasir. Kalau ia tidak salah lihat, pria itu adalah pria yang sama dengan pria yang Hangyul mintai izin untuk lembur sampai pukul 6 sore. Bila benar, maka itu berarti pria itu merupakan pemilik dari kafe ini. Persetan dengan itu, satu hal yang pasti adalah Hangyul tidak ada di sana.

Netranya sempat berpendar sebentar untuk mencari sosok Hangyul namun hasilnya tetap nihil, ia sama sekali tidak menemukan batang hidung pemuda itu di seluruh kafe.

"Ada yang bisa saya bantu? Ada yang sedang Anda cari?" sebuah suara lembut mengalihkan pikiran Yohan yang tengah mencari Hangyul tersebut kepada sang pria berponi di balik kasir. Ia tersenyum manis sambil menatap Yohan lembut.

"A- ah, itu," Yohan menggaruk lehernya gugup saat tertangkap basah mengedarkan pandangannya ke seluruh kafe, "aku mencari Hangyul. Apa ia sedang tidak di sini?"

"Hangyul?" netra pria berponi itu sedikit membelalak mendengar nama tersebut, sedetik kemudian ia kembali tersenyum lembut, "aku menyuruhnya istirahat dan mengambil hari libur hari ini. Ia terlihat sedikit kurang baik."

"Begitukah?" Yohan mengerjapkan matanya kaget, meskipun lebih banyak sirat khawatir di sana. Entah kenapa Yohan jadi takut bahwa dialah penyebab Hangyul menjadi kurang baik akhir-akhir ini. Niatnya murni untuk menolong pemuda itu sebagai balas budi karena telah menolongnya selama ini, tapi kenapa hasilnya malah jadi seperti ini?

Sang pria berponi itu mengangguk, "kalau ada perlu dengannya mungkin kau bisa kembali lagi besok?" tanyanya disertai senyuman, "ah iya, aku hampir lupa. Apa kau juga akan memesan sesuatu? Sebentar lagi waktunya pelanggan akan banyak datang, aku takut membuat antrean terlalu panjang bila kita terlalu lama mengobrol."

"Oh, iya, maaf," Yohan meringis mendengar penuturan terakhir sang pria berponi lalu mengganggukan kepalanya, "kalau begitu aku pesan Thai milk tea saja."

Pria berponi itu terlihat mengangguk lalu memproses transaksi Yohan. Tak lama setelah itu, nama Yohan pun dipanggil oleh bartender yang sama dengan waktu itu sebelum ia pun memutuskan untuk duduk di salah satu kursi di pojok kafe. Ia menyeruput minumannya dengan sesekali menghela napas pasrah. Niatnya untuk menemui Hangyul setelah berpikir keras semalaman malah berakhir sia-sia. Apakah ini tandanya ia harus menyerah mencoba mewujudkan impian Hangyul? Tapi mau bagaimana pun, ia tetap harus berusaha sangat keras dulu sebelum benar-benar menyerah kan?

It's A Lot More Than A Taekwondo • YohangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang