Semesta

29 1 0
                                    

“Aku ingin mendeklarasikan, bahwa hari ini, aku sedang Patah Hati. Jangan diberi tahu kan kepada siapapun, cukup aku dan alam semesta saja yang tau.” Nadhifa, menghela nafas perlahan, setelah itu dia langsung melanjutkan menulis nya.

       “Seandainya saja aku bisa tau akan jatuh cinta kepada siapa. Kepadamu atau kepada yang lain, jika mencintaimu hanyalah sebuah kesalahan. Aku akan pergi ! untuk apa aku mencintai namun kamu tidak mencintai ku. Besar sekali mimpi ku, di lihat dan lebih di perhatikan saja tidak. Tidak ada yang lebih kecewa dibandingkan dengan cinta yang tak terbalas. Bicara tentang cinta, hidup saja masih belum benar.
          Entah, aku juga bingung jatuh cinta kepadamu dulu pakai apa. Sampai jadi begini. Kasihan ya, terlalu sering merasakan sakit sampai saat aku ingin jatuh cinta lagi, belum apa-apa aku sudah tau ujungnya bagaimana. Aneh.. Memang ! Itu juga berlaku saat aku jatuh cinta padamu, sudah terlalu hafal. Hanya saja kadar sakit hatinya berbeda. Itu yang membedakan.
            Sebelum-sebelumnya kalo cinta nya tak terbalas biasa saja, malah cepat lupa. Mungkin sekedar mengagumi. Tapi yang sekarang entahlah sangat sakit, terlalu dalam mungkin.
           Aku rasa aku terlalu emosi menulis ini hingga membuat ku semakin kesal, mengomel pada diri send......."

“dhifa, astaga... Lu, itu yaa. Makan ! lihat tuh makanan lu. Jangan-jangan dari tadi gue ajak ngobrol. Gak, lu denger ya” kata coco sambil menggelengkan kepala dan melotot.

“iya ini makan, nih ...”  kata nadhifa sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya.

“udah ya jangan marah-marah Mulu. Emang tadi ngomong apa sih ?”

“gak tau ah .. Males, ngomong tuh sama pesawat terbang ” ucap coco sambil menatap nadhifa sebal.

Tiba-tiba nadhifa menatap coco dengan tatapan tajam.

“co, apa bener. Gue gak bakalan bisa bahagia soal cinta ? Apa bener takdirnya bakalan selalu seperti ini ?” buru-buru nadhifa melanjutkan makanannya, sambil me-masa bodoh kan perkataan nya barusan.

“dhif, apa bener lu harus terus tanya kayak gini ? Enjoy, your life.. Hidup gak selalu tentang cinta kan. Semesta akan tau kapan saat itu datang dengan tepat. Semesta akan tau itu, tapi enggak buat sekarang”

Untuk kesekian  kalinya, nadhifa hanya sanggup diam tanpa bisa menjawab. Lagi.. Lagi dan lagi ... Bicara tentang semesta. Harus berapa kali untuk yakin lagi pada  kenyataan itu.

Nadhifa, menatap sekeliling nya. Ada yang tertawa, ada yang duduk sendiri, ada yang memasang raut muka sendu dan bahkan ada yang binar matanya terlalu optimis dan satu lagi
“ada yang .. Aahh , kenapa ada dia. Menyebalkan !!!” ucap Nadhifa dalam hati.

Ingin menghindari, malah melihat dia. Terkadang semesta memang seaneh itu.

“co, udah yuk..” ucap nadhifa sambil berdiri, mengajak coco pergi.

“kenapa sih dhif, buru-buru banget ?” ucap coco dengan sebal.

Nadhifa, sudah berjalan meninggalkan coco yang masih kebingungan. Bagi Nadhifa, bukan perihal ikhlas atau tidak namun ini perihal waktu.

“Hey, yo duluan yaa” ucap coco sambil melambaikan tangan

Nadhifa yang mendengar itu, langsung bertambah sebal. “Dasar coco gak bisa banget, ngertiin keadaan gue” ucapnya sambil menggerutu

Dari arah belakang coco mengejar langkah Nadhifa, coco berusaha keras merangkul leher Nadhifa.

“Kenapa sih kudu ngehindar terus. Sikap lu salah loh dhif” ucap coco disebelah telinga

“kenapa juga, lu harus nyapa dia. Udah diajak pergi masih ajak sok asik pake nyapa pula” ucap Nadhifa

“cuma nyapa doang, apa salahnya sih. Udah ah gak penting juga” ucap coco

“lu tuh co.. Heran gue” ucap Nadhifa

“mau diterusin apa, udahan nih” ucap coco yang masih erat merangkul leher Nadhifa seperti di piting.

“lepasin dulu leher gue. Sakit elah ..” ucap Nadhifa sambil melepas tangan coco

“iya nih, udah. lu gak usah marah-marah. Kayak ibu-ibu tau gak. Iihhh” ucap coco disebelah Nadhifa. Nadhifa hanya diam tak menjawab.

Aku hanya berusaha agar waktu berbaik detiknya kepada ku. Hanya itu saja

🌍🌍🌍

“semesta aku harus merelakan berapa kali lagi, sampai aku dapat merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Tidak kasihan ceritanya hanya berputar tentang ini”

24 Juli 2019
20 agust 2020 (revisi)

Wnarulita

Tanpa BingarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang