“Selalu ada yang pertama, sebelum menjadi yang ke dua, tiga bahkan angka lain nya”
🚨🚨🚨
“Please lah scene terakhir ini, gue tau lu semua udah pada capek. Tahan bentar lagi dong. Break 5 menit kalo gitu” ucap dhifa sedikit kesal mencoba menahan amarahnya.
Badan dhifa sudah hampir remuk rasanya. Bagaimana tidak, dari tadi pagi dhifa seperti di uji kesabaran. Seharusnya syuting ini sudah berakhir dari jam 6 sore tadi, tapi nyatanya sampai jam 7 malam ini belum ada tanda-tanda bahwa ini akan segera berakhir.
Dhifa, sadar ini sudah diambang batas. Bisa saja dhifa memilih break dengan resiko dilanjut esok hari tapi hanya karena kurang satu scene saja dhifa enggan melakukan nya.
“Dhif..” ucap Tara ragu-ragu. Di hanya dibalas anggukan oleh dhifa sambil memijat pelipisnya.
“Gue rasa take nya dilanjut besok aja deh. Kita kehilangan banyak moment dan kita semua termasuk lu, juga udah capek dhif. Daripada hasilnya gak maksimal” ucap Tara dengan penuh keraguan.
“kumpulin semua talent dan crew” ucap dhifa kepada Tara dan hanya di balas anggukan sembari tara melesat cepat memanggil yang lain.
Semua crew dan talent sudah berkumpul. Project film ini sebenarnya, untuk memenuhi nilai salah satu mata kuliah.
Dhifa menarik nafas sangat dalam dan perlahan menghembuskan nya. “Makasih buat kerjasama nya hari ini, thanks banget buat temen-temen yang bersedia buat jadi talent. Tapi, kalo boleh jujur. Gue sempet kecewa kenapa kalian semua hari ini telat ? Dua jam bayangin, gue nunggu disini dua jam, ditambah set alat sejam gak kelar-kelar. Sorry, kalo gue banyak bacot, gue tau kalian pasti paham letak salahnya dimana dan banyak moment yang gak keambil” ucap dhifa
“sorry, dhif.. Gue dan -” ucap Rino tapi terpotong oleh dhifa.
“sorry, no gue belum selesai ngomong” ucap dhifa dan dibalas anggukan oleh Rino
“Gue gak tau apa yang terjadi sama kalian tadi pagi baik crew dan talent. Kita semua tau, keberadaan kita disini emang buat menuhin tugas. Tapi, sebenarnya banyak harapan lebih yang gue harapin dari kita semua yang disini. Tapi, buat gue hari ini kalian udah luar biasa.. Sorry, banget buat sikap gue. Gue cuma mau kita bener-bener ngelakuin yang terbaik. Hari ini sampai disini, kurang satu scene lagi dan mungkin akan take dua hari lagi setelah ini. Sambil gue sama yang lain ngelihat, hal apa aja yang kurang. Kalo gak ada berarti kita cuma take satu ini. Kalo ada yang kurang berarti kita re-take. Okee.. Terimakasih buat hari ini dan semangat. Yuk kita tepuk tangan kalian hebat !!! Dan gue harap kesalahan hari ini gak terulang lagi” setelah dhifa mengucapkan itu. Crew dan talent ikut bertepuk tangan menyemangati diri mereka yang sudah melakukan hal terbaik hari ini.
Ya, itulah hebatnya dhifa si hebat pembaca situasi. Seseorang yang sangat memimpikan menjadi sutradara hebat pada suatu hari nanti. Semua crew dan talent sedang berkemas tak terkecuali dhifa. Dhifa, sangat menahan rasa kantuknya. Dia sudah membayangkan empuknya kasur di dalam kamar nya.
“dhif” ucap Rino, membuat dhifa menghentikan kegiatannya yang sedang berkemas, mengemasi kamera dan micboom.
“iya no” ucap dhifa sambil menguap
“sorry, buat hari ini bikin lu bete. Sini biar gue aja. Lu, duduk aja sambil minum nih soalnya kelihatan banget elu ngantuk berat” ucap Rino, mengambil alih pekerjaan dhifa
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Bingar
General FictionDari semua keramaian yang ditawarkan ternyata lebih banyak kesepian yang dirasakan. Ini cerita tentang Nadhifa tentang keramaian namun merasa sepi. Ini masih tentang semesta nya bukan tentang semesta mu, tentang Dunia Nadhifa yang katanya lebih berw...