Semenjak kejadian di konser kemarin. Mulai dari tadi malam hingga pagi ini dhifa hanya bisa tersenyum-senyum tidak jelas. Ada rasa menyesal di hati dhifa walaupun itu sedikit, dia menyesal tidak bisa berkenalan dengan manusia tinggi itu. Ahhh... Dhifa menghela nafas kasar
"Woy, ngelamun aja. Nabrak pintu syukur lu" ucap coco sambil memegang pundak dhifa.
Nadhifa hanya diam saja dan terus berjalan. Coco merasa aneh dibuatnya , tidak seperti biasanya.
"Dhif, Lo marah soal kemarin ?" ucap coco ragu-ragu.
Dhifa menghela nafas dengan malas dan berhenti berjalan lalu menghadap coco. Dengan pandangan mata tajam menatap mata coco, dhifa mulai melayangkan protes nya.
"lo itu udah tau ini band favorit dari kita, kita juga udah lama banget nunggu dia. Malah Lo seenaknya batalin gitu aja. Gue sebel sama lu co"
"dhif gu-"
"gue belum selesai ngomong co, gue capek kemarin kemana-mana harus sendiri, kemarin gue hampir pingsan gara-gara banyak penonton cowo gak bisa keluar" ucap dhifa menggebu-gebu sambil menarik nafasnya kembali
"ma-" belum selesai coco berbicara sudah dipotong lagi oleh Nadhifa. Coco hanya bisa mendengus kesal.
"Gue udah bilang, gue belum selesai bicara co ! Nyebelin tau gak Lo, gue gak mau tau Lo harus traktir gue makan hari ini. Titik gak ada bantahan" Nadhifa hanya menampilkan wajah masam nya di depan coco sambil memainkan alis nya.
"hahaha ... Siap, udah marah nya takut gue, lu marah kayak gini. Mau makan apa ? " ucap coco dengan rasa bersalah, bagi coco sahabatnya yang satu ini hampir tidak pernah marah. Jika dia marah berarti dia benar-benar dikecewakan. Karena Nadhifa sangat pintar menutupi rasa di hatinya.
"emm.. Aku mau burger, ayam plus nasi, mie pedes enak juga. Minumnya es teller, semangkok bakso terus sam-" ucapan Nadhifa di potong begitu saja oleh coco. Nadhifa hanya bisa merengut kesal.
"itu sih bukan traktir, itu namanya Lo lagi nguras semua isi dompet gue" ucap coco sebal hanya di balas suara tawa dari Nadhifa.
"eiits... Tapi bentar hari ini Lo beda banget. Serius.. Kesambet apaan lo dhif" dhifa hanya menggelengkan kepala lalu menarik tangan coco untuk terus berjalan.
Bahkan disaat hari sudah berganti dan jam terus berjalan, Nadhifa masih saja memikirkan laki-laki itu. Dhifa hanya bisa menggelengkan kepala agar senyum nya, genggaman tangannya dan kepergian laki-laki itu menghilang begitu saja. Dia tidak boleh memikirkan terlalu banyak, tidak boleh !
Kini coco dan Nadhifa sudah duduk manis di kantin. Di hadapannya kini, ada 2 mangkok bakso, 1 piring buah-buahan, 2 gelas es degan dan 1 mangkok seblak. Hati Nadhifa seakan membuncah senang tak henti-henti nya dia makan sambil tersenyum. Semua gerakan yg Nadhifa lakukan tidak luput dari penglihatan coco yang lebih banyak menatap Nadhifa, aneh satu kata yang dapat menggambarkan Nadhifa kini.
Senyum indah itu termasuk jarang diperlihatkan Nadhifa seingat coco senyum terakhir itu hanya untuk, dulu seseorang yang dia cintai sebelum seseorang itu meninggal kan Nadhifa dan selama itu juga Nadhifa hanya memberikan senyum yang biasa tidak seperti kini. Hati coco menghangat ada yang mengembalikan senyum dhifa pada akhirnya, padahal coco masih belum tau dia tersenyum karena apa.
"kok Lo gak makan sih co, lihat tuh bakso Lo masih banyak. apa sih yang lu liat ?" ucap Nadhifa sambil menoleh melihat dibelakang sana.
"gak ada dhif, udah ah .. Makan lagi" ucap coco sambil menyendokkan bakso ke dalam mulut nya. Dhifa pun, melanjutkan acara makan nya.
"dhif, hari ini Lo beda tau gak. Senyum terus kenapa ? Gak kesambet kan ?" ucap coco merasa khawatir
"enggak co" ucap Nadhifa sambil tersenyum ikhlas sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Bingar
General FictionDari semua keramaian yang ditawarkan ternyata lebih banyak kesepian yang dirasakan. Ini cerita tentang Nadhifa tentang keramaian namun merasa sepi. Ini masih tentang semesta nya bukan tentang semesta mu, tentang Dunia Nadhifa yang katanya lebih berw...