Malam Puncak.

7 0 0
                                    

“Dhifa.. Gimana aman kan, sesuai rundown ? 10 menit lagi” ucap dana dari sebrang sana. Dana yang dari tadi mengabsen setiap persiapan hari ini, wajar sih dia sebagai ketua dari acara ini.

“dhifa.. Lagi briefing, mc nih. Tanya time keeper lah” ucap Tara

“Oh iya gue lupa” ucap dana. Sebenarnya dhifa, mendengar apa isi percakapan di HT nya tapi dia sedang sibuk mem-briefing mc, Untung saja tadi Tara tau apa yang dilakukan dhifa. Jadi dana di sebrang sana tidak kebingungan jika dhifa tidak menjawab.

Waktu cepat berjalan, akhirnya malam puncak ini sudah di depan mata. Dhifa dan seluruh panitia lainnya sudah mulai bersiap-siap. Setelah dhifa tadi mem-briefing dia melipir ke pinggir untuk menyaksikan pembukaan acara dan melihat ke kondusif an acara. Dhifa tak menyangka, yang hadir malam ini semua nya terlihat antusias. Dhifa rasa sangat tegang dibuatnya.

Tara yang mengetahui ketegangan dhifa berusaha menenangkan.
“Jangan tegang, semua nya bakalan lancar. Percaya” ucap Tara yakin, di sebelah nadhifa. Nadhifa hanya mengangguk tanpa melihat Tara.

“Abang jadi kesini ?”

“Gatau, sejauh ini sih masih belum kelihatan”

“oh iya udah.. Tambah rame nih dhif, kamu ikut aku terus ya sambil ngambil moment” ucap Tara sambil mengangkat kamera nya.

“Jangan deh tar, ribet. Lagian aku juga kudu mobile ke anak-anak yang butuh.”

“Duh .. Gak bisa dhif, aku kepikiran kamu. Di deket aku aja.”

“Tar.. Percaya deh aku bakalan aman disini. Kan banyak anak-anak yang lain” dhifa berusaha meyakinkan Tara, bahwa dia akan baik-baik saja.

“Iya udah kali ini aku percaya, kalo ada apa-apa telepon ya. Kalo gak, pake HT ini buat manggil aku”

“menyalah gunakan kekuasaan. Gak baik tar. Udah ya, dadaa” setelah mengucapkan itu dhifa menghampiri temannya yang lain, yang tadi ingin menanyakan sesuatu kepadanya. Dari kejauhan Tara terus saja melihat Nadhifa, dirasa aman Tara pun mulai mobile untuk mengabadikan moment yang ada.

Seluruh ruangan gelap, lampu sorot fokus menyorot di sisi panggung. Dhifa kini berada di tengah-tengah auditorium tapi paling belakang, HT nya dari tadi berbunyi memastikan semua siap. Sebentar lagi acara di mulai. Terdengar suara dari HT mulai menghitung mundur.

Di panggung mc masih belum naik, namun terdengar suaranya yang menghipnotis setiap telinga yang mendengar nya.

“SELAMAT DATANG” ucap salah satu mc, lampu sorot seakan bergerak sesuai suara dan mencari keberadaan mc

“DI MALAM PUNCAK” kali ini suara mc laki-laki dominan menguasai auditorium

“GALA PREMIER TWO THOUSAND NINETEEN, PRODI ILMU KOMUNIKASI”

“FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK” setelah mengucapkan itu dari sisi kanan dan sisi kiri mc mulai naik ke panggung, saat mc sudah berada tepat di atas panggung. Dhifa yang melihatnya sangat tegang, tiba-tiba kaget dibuatnya,saat tangannya ditarik oleh seseorang hingga dhifa menoleh kebelakang dengan kaget.

“Aryo..” ucap dhifa kaget

“Dhif, kasih gue kesempatan buat minta maaf ke elo” ucap Aryo memelas

Kali ini dhifa, hanya diam saja. Mendadak di sekitar Nadhifa berubah hening, bahkan suara dari mc seperti tidak terdengar lagi. Ada jeda diantara keduanya.

Hingga nadhifa mulai berusaha menguasai tubuh nya lagi. Detik itu juga aryo mulai berbicara

“Jujur dhif, sebenarnya gue udah mulai suka sama elo. Tapi gue takut, ini terlalu cepet bahkan hebatnya elo, berhasil nguasai pikiran gue bikin lita tersingkir. Saat gue mulai ragu, Lita malah nunjukin hal sebaliknya ke gue” setelah mengucapkan hal itu aryo dan nadhifa terjebak dalam keheningan sesaat. Sampai akhirnya Aryo mulai berbicara lagi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tanpa BingarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang