Breakfeast time.

5 0 0
                                    

Jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Iril, melihat dhifa dari sisi sebelah kanan, sengaja duduk bersila sambil mengamati adik bungsunya yang masih tertidur lelap.

Iril, mengelus kening nadhifa sepelan mungkin, berniat membangun kan tapi tidak ingin membuatnya kaget. Dengan, cepatnya nadhifa mulai mengerjapkan mata nya padahal baru di elus dua kali. Selelap apapun nadhifa sedang tidur, dia sangat sensitif sekali terhadap sentuhan. Jadi tak heran bila dia bisa bangun lebih cepat.

“kok tumben kak iril, pagi-pagi udah ada di kamarku ?” ucap nadhifa sambil menggeliat dan mengucek mata nya. Berharap segera sadar total.

“kok udah bangun sih, tidur lagi aja. Kemarin Abang lihat kamu kecapean banget”

“kok malah nyuruh aku yang lain sih. Aku tadi tanya loh, bukan berharap disuruh ngelakuin hal lain” ucap dhifa memasang wajah cemberut.

Iril yang melihat itu, malah mengambil posisi tidur di sebelah nadhifa. Kini mereka berhadap-hadapan. Mereka hanya saling pandang, hingga terdengar deru nafas masing-masing.

“kak..” nadhifa, akhirnya memecahkan keheningan yang ada diantara mereka berdua

“emm..”

“kemarin.. Em ee.. Ada kak bumi kesini ?”

“iya, kok malah tanya tentang bumi sih sepagi ini ?”

“kakak tuh yang aneh, aku tadi udah tanya yaa. Kenapa, kakak pagi-pagi ada di kamar aku ? Giliran aku tanya tentang kak bumi di sewotin”

“Pagi-pagi udah marah-marah, sarapan yuuk. Kamu mau apa ?”

“nasi goreng bikinannya kak iril. Terus ditambah sama masakan nya mbak sari, yang semalem katanya bakalan disimpenin buat pagi ini”

“yaudah yuk.. Kakak bikinin” ucap iril segera bangkit, berdiri di pinggir kasur

“kak.. Gendong belakang” ucap Nadhifa dengan manja nya sambil tangannya sudah terulur, mengisyaratkan bersiap untuk naik ke punggung

“enggak ah.. Kamu berat”

“yaudah aku gak mau makan, mau tidur lagi aja” ucap nadhifa sudah membenamkan diri kedalam selimut.

Iril yang melihat tingkah adik nya itu hanya bisa menggelengkan kepala.
Iril pun dengan sedikit kasar menyibakkan selimut agar badan Nadhifa  terlihat dari selimut yang menutupi nya.

“Gitu aja marah. Yaudah sini naik. Mana bisa kakak biarin kamu gak makan, apalagi semalem kakak lihat kamu belum makan” cerocos iril panjang lebar, namun tak di balas nadhifa dia hanya memilih menaiki punggung iril, setelah itu bergelayut manja dari posisi gendongan nya.

Mengingat tak ada respon dari nadhifa, iril melanjutkan pembicaraan nya.
“kamu tuh jangan dibiasain gak makan, kalo sakit nanti banyak yang repot dhif. Kakak yang khawatir”

“semalem udah capek banget kak, ngantuk parah. Pasti yang beresin laptop ku, kakak juga ?”

“sibuk boleh, makan itu harus. Bikin  film terus emang gak bosen ?”

“jawaban nya sama, kalo aku tanya ke kakak, distro terus emang gak bosen ?”

“beda kali dhif, udah pinter aja jawab nya”

Tiba-tiba iril membuat dhifa terkejut, melepas pegangan tangannya pada gendong nya. Alhasil membuat dhifa teriak dan mengeratkan pelukannya pada badan iril. Iril malah tertawa puas. Waktu menuruni tangga mereka saling menertawakan kekonyolan mereka.

Tiba di satu tangga terakhir, mereka berdua terkejut ada dua orang yang jarang sekali mereka lihat sepagi ini di rumah.

“ayah.. Bunda” ucap iril dan dhifa bersamaan

Tanpa BingarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang