"aku berperan sesuai peranku, kamu seharusnya begitu juga. Adil kan !"
🌍🌍🌍
"Lah ntar dalam sehari kita bisa take sekaligus. Usahakan Jumat besok kita ngosongin jadwal , masing-masing " ucap dhifa saat memimpin rapat.
"Iya , tinggal kesiapan kita buat eksekusi aja" ucap rino meyakinkan
"yaudah kalo kayak gitu. Pembahasan kita sampai sini aja, kita sambung obrolan di ruang chat" dhifa pun mengakhiri rapat nya.
"oke, kita semua balik dulu kalo gitu dhif" ucap tara. Hanya di balas anggukan oleh dhifa.
Dhifa pun menghabiskan segelas es teh manis nya. Saat dhifa ingin pergi dari kantin tersebut, tiba-tiba ponsel nya berbunyi. Ternyata coco menelpon, meminta maaf malam ini tidak bisa menemani dhifa untuk melihat konser. Padahal penyanyi nya favorit mereka.
"ayolah co, gak kasihan padahal kita nunggu dia untuk konser disini. Kenapa sih, harus mendadak padahal kita udah janjian. Iy-iya paham yaudah, gue berangkat sendiri aja. Tapi lihat nanti deh" setelah mengucapkan itu dhifa pun mengakhiri percakapan nya.
Dhifa segera bangkit dari duduk nya, bertepatan pada saat itu. Dhifa melihat Aryo seperti berjalan menuju dirinya. Hanya satu yang ada di benak Nadhifa, dia harus pergi dan kabur dari aryo.
Saat dhifa bangkit dan meninggalkan meja itu ada seseorang yang memegang tangan nya. Reflek Nadhifa menoleh, sedetik kemudian dia kaget siapa yang memegang tangannya.
"ahh ... Kamu rel, aku kira siapa" ucap Nadhifa sedikit lega.
"kamu kira Aryo ya" ucap farel sambil mencubit pipi Nadhifa.
"sakit rel... Hahahaha enggak sih" dhifa pun reflek mengusap pipi nya
"gak salah ka--" tiba-tiba ucapan farel terpotong begitu saja. Farel dan Nadhifa pun saling membalas tatapan masing-masing.
"ekhemm ... Gue mau ngobrol sama dhifa bentar" ucap Aryo dengan sikap dingin nya.
"eh .. Aryo, gue mau balik ke kelas dulu. Udah ada jam" sebelum meninggal kan dhifa berdua, dengan Aryo. farel hanya membisikkan satu kalimat untuk dhifa “sudah waktunya diselesaikan. Jangan menghindar terus”. Setelah mengucapkan itu farel benar-benar pergi.
Dhifa hanya bisa memasang raut wajah jengkel terhadap farel. Selalu saja sikap sahabat nya itu. Kabur !
Dhifa pun, mulai berjalan pergi seakan-akan tak menganggap ada aryo disitu.Namun tangan Nadhifa dengan cepat segera di gapai oleh Aryo. Nadhifa pun hanya bisa pasrah. Dia tak bisa kabur dari Aryo. Mungkin ini lah saatnya.
"ada masalah sama aku ? Kenapa kamu kabur terus sih" ucap Aryo sambil tetap memegang pergelangan tangan Nadhifa.
"ya, itu perasaan kamu aja" ucap Nadhifa cuek.
"ada yang salah dari kita"
"kita ? Sejak kapan kata-kata itu ada ?" ucap Nadhifa, sambil menarik paksa tangannya. Setelah itu Nadhifa menarik nafas secara perlahan. Melanjutkan pembicaraan nya.
"kasih aku waktu yo, buat bisa berdamai dengan semua yang telah kamu pilih. Jangan pernah sebutin 'kita' emang Lo siapa ? Lain kali kalo emang enggak berniat buat netap jangan ngasih harapan ke semua orang. Karena hati mereka gak sebecanda itu nerima itu semua"
"tapi dhif, kamu aneh sekarang. Rasanya aneh, aku gak paham" ucap aryo sambil menggaruk kepalanya
"itu lebih baik, karena aku juga gak bermaksud membuat lu ngerti. Lagian lu juga, gak bakalan paham" ucap dhifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Bingar
General FictionDari semua keramaian yang ditawarkan ternyata lebih banyak kesepian yang dirasakan. Ini cerita tentang Nadhifa tentang keramaian namun merasa sepi. Ini masih tentang semesta nya bukan tentang semesta mu, tentang Dunia Nadhifa yang katanya lebih berw...