18. Weeby Vs Marcell, Lagi

4.7K 241 0
                                    

Mendesah ringan sambil memandangi dirinya dipantulan cermin yang tertera di toilet, akhirnya Weeby memilih beranjak dari tempat itu setelah tiga obat sudah ditelan dalam satu waktu. Tidak mungkiri, semua obat itu harus sudah habis dalam tiga hari sesuai perintah sang ayah.

Weeby tercekat, langkah kakinya mendadak terhenti begitu saja saat berada diambang pintu. Sorot matanya memandangi Resti yang akan memasuki toilet. Weeby masih diam, menatap Resti begitu dalam hingga senyum tipis Resti tiba-tiba terbit. Mau tak mau Weeby membalasnya dengan senyuman kikuk, sedetik setelah itu Weeby memilih langsung menghindar, menjauh dari hadapan Resti.

Resti kemudian melangkah masuk ke dalam bilik toilet, mengecek semua tempat dan memastikan tidak ada orang lain selain dirinya. Setelah dirasa aman, Resti segera masuk.

Tiba-tiba Weeby terkejut, matanya sudah membola, tidak lama setelahnya ia dapat menetralisir deru napasnya. Weeby memejamkan matanya sekejap sembari mengelus dadanya dengan lega.

"Ngagetin aja sih lo kerjaannya," omel Weeby, menatap sarkas ke arah Netta, lalu tangannya menepuk pundak temannya itu dengan keras.

"Lo aneh banget, abis lihat setan apa dikejar maling lo?"

"Hush, jangan kenceng-kenceng kalo ngomong." Weeby membulatkan matanya, jari telunjuknya ia tempelkan dibibir Netta, Weeby tidak akan membuat Netta angkat bicara lagi.

Netta segera menyingkirkan jari Weeby, lalu ia berucap, "emang kenapa?"

"Ayo ikut gue ke taman, di sana pasti sepi," ajak Weeby, lalu ia mulai berjalan, meninggalkan Netta yang masih bengong terheran-heran. Netta lantas mengerutkan dahinya dan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak merasa gatal.

Langkah kaki Netta menyeretnya untuk mengikuti Weeby, tak butuh waktu lama baginya untuk mengimbangi langkah kaki cewek itu. Weeby tampak sangat fokus, memperhatikan jalanan di depannya. Sebenarnya apa yang akan Weeby lakukan? Netta masih merasa aneh, entahlah ia pasti akan tahu tidak butuh waktu lama lagi.

Butuh waktu lima belas menit bagi Weeby untuk menceritakan dari A sampai Z tentang Resti yang berpacaran dengan Marcell, tentang Resti yang sudah hamil karena perbuatan Gama, sang mantan pacarnya. Sejenak, Netta berpikir, larut dalam lamunannya, mencerna setiap inci apa yang dikatakan oleh Weeby.

Pada saat detik ke sepuluh, barulah Netta menoleh, menyoroti wajah Weeby dengan raut wajah yang diselimuti banyak pertanyaan.

"Jadi kalo sekarang Marcell pacaran sama Resti, bisa jadi tuh cowok nanti dituduh sudah bikin Resti hamil?" kata Netta sembari berpikir sejenak, dan tidak ada yang salah dalam ucapannya barusan.

"Nah itu yang gue takutin Nett, Marcell bisa aja disuruh tanggung jawab atas kehamilan Resti, secara kan bukan dia pelakunya."

"Kalo gitu lo harus menyusun rencana supaya Marcell putus sama Resti, kan cuma lo yang tau kalo Resti lagi hamil."

"Iya, gue bakalan ngomong sama tuh cowok," sahut Weeby, terdengar penuh semangat.

"Kayaknya lo kok semangat gitu sih By, lo naksir sama Marcell?" Kedua alis Netta terangkat ke atas, sorot matanya menyipit, curiga dengan gelagat Weeby.

"Nggak, gue cuma kasihan aja sama dia," balas Weeby singkat. Tetapi penuh dengan penekanan.

"Serah lo aja deh, masih sering berantem sama Marcell nggak?"

"Selalu malah," ketus Weeby.

Netta hanya nyengir tanpa dosa, lalu ia berucap lagi, "lagian kalo lo sering kena keusilan tuh cowok, ngapain juga lo mau nolongin dia dari jeratan Resti? Apa coba kalo nggak suka? Asal lo tahu, orang yang suka sama orang lain, pasti orang itu nggak rela kalo orang yang disayang dalam keadaan bahaya, sekalipun hal sekecil apapun. Ya, kayak lo ini misalnya," kata Netta, terdengar sangat serius, mendadak ia berubah menjadi Netta teguh.

Too Late To Realize (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang