Dengan harapan yang penuh dengan keyakinan, Weeby masih setia menyeret langkahnya ketika pandangannya menangkap dua sosok manusia yang dirinya kenal. Senyumannya seketika mengembang tanpa bisa dicegah, lesung pipitnya juga tampak terlihat.
Dengan tergesa, Weeby lantas mempercepat kakinya, ia sekarang setengah berlari.
"Kenya! Netta!" Weeby berteriak, memanggil nama dua sahabatnya yang sedang berjalan ke arah kantin. Sudah lama sekali mereka tidak berkumpul bersama-sama dengan dirinya lagi.
Weeby yakin dan percaya, kedua sahabatnya ini pasti beda sama yang lain. Walaupun Weeby masih diterjang kasus kehamilan itu, niatan untuk menemui Netta dan Kenya tidak lantas hilang. Weeby sangat hafal tipikal mereka, Netta maupun Kenya tidak mungkin percaya akan fitnah yang menyebar atas nama dirinya.
Ketika pendengarannya menangkap namanya disebut, sejurus kemudian, degan kompaknya Netta dan Kenya menoleh ke belakang. Lalu Netta menyipitkan matanya, mencoba menangkap gestur tubuh seseorang yang berjalan tergesa ke arahnya, sementara Kenya sudah tahu siapa gerangan cewek itu, sedari tadi mulutnya sudah terbuka.
"Apa kabar kalian berdua? Gue kangen banget!"
Setelah berada tepat dihadapan Netta dan Kenya, tanpa dikomando lagi, Weeby segera menghambur ke pelukan sahabatnya itu. Kedua tangannya ia kalungkan dileher mereka masing-masing. Weeby melepas kerinduan, sudah cukup lama tidak ada interaksi diantara dirinya dan mereka berdua. Weeby benar-benar menahan haru.
Netta tersenyum dengan getir, raut wajahnya nampak jijik dengan pelukan dari Weeby, sementara Kenya juga tampak tepaksa dengan serbuan tiba-tiba itu, giginya juga bergemelutuk.
Secara kompak, mereka berdua segera melepaskan ikatan tangan dari Weeby yang membaur dileher. Weeby terheran untuk sesaat, senyuman hilang bersamaan dengan kepalan tangannya. Pikiran Weeby sejurus kemudian langsung tidak kondusif saat Netta menyentak tangannya begitu sarkas.
Apa mereka juga sama seperti yang lain? Tetapi kenapa? Weeby tidak percaya dengan itu. Weeby kemudian segera menangkis pikiran buruk itu, selang lima detik ia menggelengkan kepalanya penuh yakin seraya memejamkan matanya.
"Kalian berdua mau ke mana? Ke kantin, ya? Gue ikutan dong, udah lama nggak ngumpul bareng." Weeby tersenyum penuh arti, sangat berharap keinginan itu terwujud dengan anggukan kepala dari mereka berdua.
Ya, keinginan itu seketika langsung pupus saat gelengan kepala dari Kenya serta helaan napas kasar yang keluar dari hidung Netta. Bersamaan dengan itu, perasaan Weeby langsung dongkol, hatinya seperti tertampar begitu saja menerima kenyataan ini.
Kenapa begitu sakit merasakan seperti ini? Kalian semua pasti juga sama merasakan sskit jika sahabat terdekat kalian sudah tak mau menerima kehadiran kalian hanya karena kalian mempunyai setitik noda kecil yang menghinggapi didiri kita. Dan yang lebih parah, sebenarnya kalian nggak salah apa-apa, tapi mereka tetap menjauh.
Weeby menundukkan kepalanya, menahan air mata lebih tepatnya. Ia tidak mau menangis.
"Sori By, gue nggak ngijinin lo ikut dengan kita, lo tau sendiri kan kalo lo sedang digosipin hangat-hangat di sini?"
Weeby hanya diam seraya berusaha mati-matian menahan air matanya yang sudah bertumpuk dipelupuk matanya.
"Iya, kita berdua juga nggak mau digosipin kayak lo By, kalo semua murid lihat gue sama Netta temenan sama lo lagi, apa kata mereka? Gue nggak mau ya kalo itu terjadi. Gue nggak mau dijadikan bahan gosip."
Kini giliran Kenya yang melontarkan perkataan yang begitu memohok, batu berukuran besar seperti menimpa dada Weeby begitu saja. Tiba-tiba saja kedua pipi Weeby terasa hangat saat bulir cairan bening lolos dari pelupuk mata yang sudah tak bisa dibendung lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Late To Realize (END)
Roman pour AdolescentsWeeby tahu, Marcell itu cowok yang menyebalkan. Kerjaan setiap harinya adalah mengganggu dirinya. Sialnya lagi, Marcell satu kelas dengan Weeby, dan cowok itu juga merangkap menjadi teman sebangku dengannya. Namun, saat kedatangan Resti. Murid sorti...