10. Di Restoran

5.1K 254 2
                                    

Pada akhirnya, Weeby yang kalah. Marcell memang tidak bisa dikalahkan kalau sudah berurusan dengan kamauannya. Seberapun lawan bicaranya menolak ajakannya, Marcell akan bersih kukuh, mencoba berbagai cara agar si lawan bicara lelah dan akhirnya mengiyakan.

Weeby sungguh kesal setengah mati pada Marcell, ia akhirnya memilih untuk diam, menutup mulutnya rapat-rapat, ceritanya ia lagi marah sama Marcell.

Mereka berdua kini sudah berada di kafe yang berada di kawasan Jakarta. Weeby masih enggan berbicara pada Marcell, sialnya lagi, ponsel miliknya sudah kehabisan daya. Weeby berdesis kecil, kini ia tidak ada bahan alihan untuk menyibukkan diri.

"By, lo mau pesan apa?" Marcell bertanya dengan lembut sembari menyodorkan menu makanan di hadapan Weeby.

Weeby sama sekali tidak berkutik, sekadar membalas tatapan Marcell rasanya juga tidak sudi. Well, ini merupakan awal pertama kali bagi Weeby jalan berduaan dengan Marcell.

"By, lo mau apa? Jangan bikin gue pusing deh." Pada akhirnya Marcell sedikit sebal dengan Weeby yang asik mendiami dirinya seperti itu.

Kini tatapan Weeby sepunuhnya terekspos ke arah wajah Marcell, kedua alisnya hampir saja bertaut, "ya udah, biarin gue pulang aja kalo kayak gitu," balas Weeby tak suka dengan perkataan Marcell sebelumnya.

"Ya udah sana pulang!" Marcell berkata tegas, seolah tidak keberatan dengan keputusan Weeby kali ini.

"Yakin lo?" Wajah Weeby tampak berbinar, sebetulnya Weeby juga mau berlama-lama di sini lantaran tempatnya sangat nyaman. Tapi, pikirannya selalu saja teringat Andika, Weeby takut kena marah laki-laki itu.

"Ya udah gih sana pulang," balas Marcell sembari tersenyum miring.

Sedetik kemudian Weeby langsung paham apa arti dari senyuman licik milik Marcell itu. Weeby mendengkus sebal, motornya ia titipkan pada penjaga sekolah, sedangkan untuk pergi ke restoran ini ia membonceng Marcell naik motor besarnya. Ish sial sekali.

Seharusnya Weeby sedari tadi curiga dengan sikap Marcell. Hei, tapi mana mungkin Marcell mempersilakan Weeby begitu saja untuk pulang setelah dia membujuk Weeby tanpa henti. Ah, Weeby sangat menyesal meninggalkan motornya di parkiran sekolah.

Marcell terkikik pelan, melihat Weeby yang mengerucutkan bibirnya seperti itu seketika memancing tawa Marcell untuk keluar. Weeby terlihat sangat lucu hingga membuat Marcell gemas sendiri.

"Udah, lo pesen apa? Buruan kalo lo mau cepet-cepet pulang," ucap Marcell sembari tidak henti terkekeh ringan.

Betul juga apa yang cowok itu katakan barusan, Weeby harus segera memesan makanan, ia tidak boleh terlalu lama di sini agar semuanya cepat beres dan ia bisa pulang.

Beberapa saat kemudian, setelah mereka sudah memesan dan makanan sudah keduanya makan, Weeby berkata, "fue mau pergi ke toilet dulu bentar," pamit Weeby setelah menghabiskan spagetti udangnya.

Tanpa menunggu jawaban dari Marcell, Weeby segera bangkit dari duduknya, berdiri dan melenggang menuju toilet.

Marcell masih sibuk dengan ponselnya, sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa Weeby sudah tidak ada dihadapannya.

Ke mana perginya cewek itu?

Marcell buru -buru menyimpan ponsel disaku celana, lalu mengedarkan pandangan ke sekitar. Sialnya, manik matanya masih belum menangkap cewek cantik itu.

Pada akhirnya, Marcell memilih untuk mencari Weeby, menjelajah setiap sudut restoran yang terbilang cukup luas ini.

Sepuluh menit berlalu, Marcell masih belum menemukan Weeby, ia merasa kesal dengan situasi kali ini.

Too Late To Realize (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang