SWAG - 19

225 28 0
                                    

"APA?!"

Di rumah taman yang berisi empat orang anak smk tengah heboh saat ini perihal...ban sepeda kempes.

"Iya..tapi gue gatau orangnya, ntar pulang sekolah Kak Zikril sama Fariz mau chek cctv di ruang osis," jelas Jennah. Ia menatap sahabat-sahabatnya memasang mimik wajah serius, duarius, tigariburius.

"Mingkem woy!" ucap Jennah keras sambil memukul meja taman, Ia tertawa melihat sahabatnya menganga kecil tiba-tiba langsung mingkem.

"Gaget aing!" kata April kaget yang dibuat-buat.

Rifqi memasang ekspresi datar. "Bangke si Jeje."

"Ka to the get." protes Dicki sambil ga jelas.

Jennah masih tertawa mengundang tawa sahabatnya juga. Bercerita sama mereka membuat moodnya kembali baik, memang Jennah suka bacod jika sama orang terdekatnya, jikalau sengan orang lain jangankan Ia berbicara banyak, senyum saja masih kaku.

Tiba-tiba bel berbunyi mereka seketika langsung diam, hening.

"Jam empat lima?"

"MISS JUNET!!" teriak mereka bersamaan, mereka saling pandang satu sama lain lalu berlari menuju kekelas.

Jennah yang tidak bisa lari cepat tangannya di cekal Rifqi, Jennah melotot ketika pulpen kesayangannya yang Ia bawa kemana-mana tersimpan rapi di kantong seragam kini jatuh dan Ia?
Tetap berlari karna di seret Rifqi.

"PULPEN GUE JATUH!" teriak Jennah tak ikhlas. Benar, Ia sangat menyayangi pulpen itu, walaupun harganya standar tetap saja, itukan pemberian Zikril.

"NTAR GUE BELIIN SEKOTAK!" balas Rifqi.

"GA PEDULI!"

"BODO AMAT!"

Teriak Dicki dan April bersamaan. Jennah memanyunkan bibirnya, kesal.

***

Jennah membasahkan bibir bawahnya, Ia mengusap wajahnya pelan, kepalanya pusing, sakit di bagian belakang. Ia mengetuk pulpen pinjaman ke meja pelan sehingga bunyinya tidak nyaring menghilangkan bosan.

"Ri," panggil Jennah.

Otomatis April menoleh. "Gue pusing, ijinin ke uks yuk!" ajak Jennah.

Jennah tidak bohong, Ia benar-benar pusing saat ini efek kebanyakan mikir.

April menatap Jennah khawatir. "Muka lo agak pucet, apa pulang aja?" tanya April, Ia terlalu fokus pada miss Junet sehingga Ia baru sadar jika Jennah sedang tidak enak badan.

Jennah menggeleng, jika Ia pulang tidak ada siapa-siapa di kos. Lagi pula, jika memanggil Zikril di jam pelajaran Jennah tidak enak, kesannya sangat merepotkan.

Jennah ingin tidur di uks, apalagi setelah ini langsung masuk jam matematika, Ia bukanya sembuh malah tambah pusing, sakit kepala, lelah pikir, lelah batin.
Tujuannya satu saat ini hanya satu,

Tidur.

April berlajan menghadap miss Junet, Ia menjelaskan bahwa Jennah sedang sakit saat ini. Miss Junet melihat Jennah yang kurang fit lalu Ia mengijinkan April untuk mengantarkan Jennah ke uks.

"Gue temenin ya?" izin April ketika melihat Jennah rebahan, wajahnya Ia tutup dengan kedua tangannya.

Jennah menggeleng. "Gausah, lo masuk aja! tugas lo juga belum selesai sana kerjain! lo tau kan miss Junet kaya apa?"

"Tapi kan gue temenin lo ke uks," kekeh April.

"Gue gpp, udah lo kelas aja sana!" April cemberut, bibirnya manyun.

"Yaudah, gue kekelas. Lo baik-baik ya Je!" pamit April.

Tak lama ada dua orang adek kelas anggota pmr datang menyerahkan obat pusing dan sebotol air mineral.

"Kak, ini obat dan minumnya, maaf lama," ucap anak itu tak enak hati.

Jennah tersenyum tipis. "Makasih ya, maaf ngerepotin."

"Kembali kasih kak, ini sudah tugas kami kak," jawab anak yang satunya lagi.

Jennah menggerus obat itu lalu Ia minumnya, jujur Ia belum bisa minum obat langsung telan. Pernah waktu itu Ia belajar satu pil kecil minum air seteko namun hasilnya nihil! tidak masuk malahan yang ada keluar kembali, padahal perutnya sudah kembung air tapi obatnya tidak masuk. Sayang sekali.

Selesai meminum obat Ia dikejutkan dengan suara serak manusia tak dikenal. "Cih! udah smk nggak bisa minum obat," ejek lelaki itu ketika menyibakkan korden pembatas Ia tak sengaja melihat Jennah meminum obat dengan cara anak kecil. Di gerus dulu baru diminum.

Jennah kembali memasang wajah datar, Ia ingat siapa lelaki itu. Lelaki itu yang menjuluki Julpani banci Akl, Jennah ingat wajahnya namun lupa namanya toh, juga tidak penting.

"Makasih ya, gue mau tidur!" ucap Jennah acuh, sebenarnya Ia ingin marah namun Ia urungkan niatnya tersebut. Berdebat sama manusia buangan sama dengan menghabiskan waktunya.

"Cih! bilang aja lo malu, ya kan? ngaku lo! malu-maluin, katanya anak Akl yang jurusannya paling terhormat di SMK eh kok ada yang minum obat kek bocah!" cerocos lelaki itu, siapa lagi kalau bukan Resky badboy BDDP juara satu adu bacot sekecamatan.

Jennah tak ambil pusing, Ia lebih baik tidur supaya pusingnya hilang.

Sedangkan Boby memilih diam sambil bermain ponsel, Ia tak sakit hanya saja malas untuk masuk mata pelajaran yang tak disukanya ditambah sang guru killer. Lebih baik Ia pura-pura sakit dan tidur di uks ketimbang tidak niat belajar dan ngantuk dikelas. Nggak guna.

***

Zikril menyipitkan pandangannya, Ia melihat April sedang membawa makanan sedangkan Rifqi dan Dicki ada disampingnya masing-masing membawa kantong plastik.

Ia mengernyit bingung, di mana Jennah? apakah mereka sedang ada masalah sehingga tidak bersama, atau apa? Zikril dilanda bingung.

Zikril membuka ponselnya mengirim pesan Jennah via Line.

Jen, lo di mana?

Beberapa menit tidak ada balasan, Zikril mengirim pesan ke April.

Aprilia Sinta

April, Jennah di mana?

Uks, kak

Dia kenapa?

Pusing katanya.

Gue on the way bentar lagi.

🍀

Palangka Raya, 24 Juli 2019

SWAG: Single Woles Anti Galau (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang