Part 1 - Awal

9.2K 729 126
                                    

Sorry for typo .-.

☆☆☆☆

Di suatu pagi di komplek perumahan elit di daerah Gangnam.

/biar ala-ala cerita normal. Padahal mah gak. 🤪

"KAK MINHOOO!!!" Teriak salah seorang dari penghuni rumah mewah itu.

Pemuda yang diteriakkan namanya menenggelamkan kepala ke bantal dan menutup kupingnya dengan bantal tersebut.

"KAK MINHO, IH!!" Suara teriakan itu masih tidak hilang.

Berlanjut ke ketukan pintu yang tak bisa dibilang pelan.

Tok tok tok

Tok tok tok

"KAK..BANGUUUNNN. HEADSET FELIX ILANG NIH!" Teriak suara itu dari luar pintu kamar pemuda yang bernama Minho.

Minho berusaha menulikan pendengarannya. Ia baru tidur satu jam yang lalu karena begadang menyelesaikan tugas kuliahnya yang segunung.

"Bangsat! Kenapa sih idup gue gak pernah tenang satu hari aja." Umpat pemuda tampan itu di dalam selimutnya.

"Kalo kakak gak keluar, Soonie bakal Felix buang ke got." Lanjut suara dari luar kamar dengan nada mengancam.

Minho otomatis melempar selimut tebalnya ke sembarang arah.

Lalu melompat dari ranjang ke arah pintu kamarnya.

Cklek.

Pintu dibuka dan menemukan sang adik yang tengah menggendong Dori - salah satu kucingnya.

"Apa?" Tanya Minho dengan suara parau khas bangun tidur. Dengan kantong mata yang terlihat jelas.

Karena keseringan begadang mengerjakan tugas kuliahnya.

"Headset adek ilang." Rengut sang adik dengan wajah dibuat seperti akan menangis.

Minho menghela nafas berat.

"Coba pinjem headset Jisung." Saran Minho. Felix menggeleng cepat.

Minho berjalan menuruni tangga, diikuti Felix.

"Gak mau. Punya Jisung jelek."

"Aku denger ya." Timpal suara dari meja makan.

"Bodo. Emang jelek." Dengus Felix kepada saudara kembarnya yang sedang sarapan dengan tenang di meja makan.

Minho mengambil segelas air putih yang baru dituangkan Jisung untuknya lalu meminumnya.

Felix masih berdiri di samping meja makan sambil memainkan kaki mungil Dori.

"Coba inget lagi, terakhir kali ditarok dimana." Ujar Minho masih dengan nada pelan.

Felix memasang pose berpikir. "Ah, iya. Kemaren aku liat di kamar Jisung." Pekik Felix lalu berlari ke kamar saudara kembarnya.

Jisung dan Minho hanya menatap dengan wajah datar.

"Nanti pulang les kabarin kakak." Minho mengusak surai adiknya yang paling tua di antara kembar tak identik itu.

"Heum. Felix nanti dititipin ke siapa?" Tanya Jisung.

Minho memijit pelipisnya.

"Suruh langsung pulang aja. Kakak kuliah cuma sampe sore kok." Jisung mengangguk lalu berdiri membawa piring dan gelas kotornya ke westafel.

"Jisuuunngg!" Suara teriakan kembali menggema di hunian mewah itu.

Kedua saudara itu menghela nafas berat.

"Apa?" Jisung menghampiri adik kembarnya ke kamar.

"Kamu kan yang nyuri headset aku?" Tuduh Felix dengan menujuk-nunjuk wajah Jisung.

"Enggak. Emang itu disana dari kemaren-kemaren." Ujar Jisung membela diri.

"Bohong! Kak Minho, marahin Jisung. Dia ambil headset aku." Felix memeluk lengan kakaknya yang tertua.

"Enggak. Aku gal bohong. Kan minggu kemaren kita nonton bareng trus kamu ninggalin headsetnya gitu aja disana." Jisung menunjuk meja dimana banyak barang-barang koleksinya berada.

"Udah. Kan headsetnya udah ketemu. Sana sarapan biar nanti gak sakit pas di sekolah." Minho berusaha mengalihkan atensi adik bungsunya itu.

"Kak Minho pilih kasih. Kalo Felix aja sering dimarahin, Jisung gak pernah. Aku benci kak Minho."

Ia menyentak lepas tangannya dari Minho lalu berlari ke kamarnya untuk mengambil tas lalu turun lagi dan berjalan keluar dari rumah tanpa pamit.

"Aku lagi yang salah." Minho berujar pasrah.

"Biar nanti aku yang bujuk kak." Lalu Jisung pamit untuk mengejar adik kembarnya.

Minho tinggal di Korea bersama dengan dua orang adik kembarnya. Kerusuhan seperti ini ssring terjadi. Karena Felix sering merasa Minho memberikan porsi kasih sayang yang berbeda untuk dirinya dan Jisung.

Padahal itu tidak benar. Hanya saja, Felix masih kekanakkan dan egois.

Kedua orangtua mereka berada di Malaysia, menjalankan Usaha Batu Akik.

Kalian pasti tidak percaya kan? Sebagai bukti, lihat saja jari-jari Jisung. Itu merupakan hasil usaha keluarganya.

Itu bukan batu akik sembarangan!

Putranya ditinggal di Korea karena mereka asli Korea, dan Minho bersama kedua adiknya tidak ingin ikut kedua orangtuanya ke Malaysia.

Terlalu malas menyesuaikan diri, meskipun dulu Jisung pernah tinggal disana beberapa tahun.

Jadilah, mereka hanya tinggal bertiga di rumah mewah itu.

Eh salah, lupa. Ada 3 makhluk lagi. Anak angkat Minho; Soonie, Doongie dan Dori.

2 berwarna jingga, 1 berwarna hitam putih.

Akhirnha mereka tinggal berenam di hunian mewah itu. Jangan salah, keluarga Minho pengusaha batu akik yang sangat sukses di Malaysia.


☆☆

"Muka lo kenapa? Adek kembar lo lagi?" Tanya pemuda dark itu kepada Minho, sahabatnya.

Minho mengangguk. "Heran gue. Tiap hari ada aja yang ganggu tidur gue."

Changbin - sahabat Minho - tertawa terbahak-bahak.

"Lo pindahin aja dua-duanya ke Malaysia." Usul pemuda tampan itu.

"Yakali, trus gue tinggal sendiri. Ogah!" Decaknya kesal.

"Yaudah, kasih ke gue aja satu." Changbin menaik turunkan alisnya.

Minho melempar bantal yang ada di sofa ke muka Changbin.

"Adek gue bukan barang, bangsat!" Sahut Minho.

"Hahahah. Ngopi aja kuy? Lucas tadi nawarin. Dia yang traktir." Minho langsung mengangguk dan berdiri lalu keluar dari apartemen mengikuti Changbin dan menuju tempat nongki yang dijanjikan Lucas, salah satu sohib mereka berdua.

Sayang kalo gratisan ditolak.








Tbc

Gimana tanggapannya buat part 1 ini?

Mau lanjut gak? 😌

Lee Family and Their Weirdness! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang