Sorry for typo ~~
☆☆☆☆☆
Jisung mengantar Hyunjin kedepan. Pemuda Hwang itu tadi terbangun setelah tidur 1 jam, lalu membiarkan Felix tetap tidur. Dia tahu Felix butuh istirahat.
"Makasih. Maaf ngerepotin lo." Ucap Jisung setelah sampai di teras depan.
"Hm. Btw, nanti kalo Felix udah bangun, tolong kabarin ya." Hyunjin menyerahkan ponselnya ke hadapan Jisung.
Pemuda seperti tupai itu bingung.
"Nomor lo. Nanti gue chat biar lo bisa ngabarin gue."
Jisung akhirnya menerima ponsel Hyunjin lalu mengetikkan nomornya dan kembali menyerahkan ponsel tersebut ke pemiliknya.
"Kok gak langsung hubungin dia?"
"Gapapa. Felix butuh waktu sendiri. Gue gak mau ganggu dulu."
Jisung yang tidak paham hanya mengangguk, pura-pura paham.
Lalu Hyunjin naik ke motor sportnya. Dan meninggalkan kediaman keluarga Lee.
Setelah Hyunjin hilang dari pandangan, Jisung masuk kembali ke rumahnya.
Ia berjalan ke kamar si bungsu. Dia mengambil kursi belajar Felix, lalu membawanya ke pinggir ranjang sang adik.
Lalu ia duduk disana dan memeriksa suhu tubuh Felix.
Felix masih tidur, namun wajahnya kini sedikit pucat dan hidungnya merah karena menangis. Jadi Jisung khawatir, jika ternyata nanti adiknya juga demam. Ternyata benar.
Suhu tubuh si bungsu meningkat melebihi suhu tubuh normal. Tapi tidak separah si sulung.
Ia mengambil air kompresan ke dapur lalu meletakkan kain sedikit basah di dahi adiknya. Agar panasnya turun.
Jisung memperbaiki selimut Fekix, lalu menggenggam tangan mungilnya. Mengusapnya pelan.
"Jangan ikutan sakit. Gue takut kalo kalian dua-duanya sakit. Nanti siapa yang bantu gue ngasih makan trio kucing." Gumam Jisung, air bening mengalir pelan di pipinya lalu jatuh di punggung tangan sang adik yang ada dalam genggamannya.
Merasa ada gangguan, Felix kemudian terbangun, membuka matanya perlahan lalu mengerjap beberapa kali. Menyesuaikan cahaya.
"Eh, Icung kok nangis?" Felix bertanya lirih namun ada nada khawatir.
Jisung yang ketahuan adiknya hanya bisa mengusap air mata lalu menggeleng.
"Aku gak nangis, cuma kelilipan kok. Kamu mau apa? Dibikinin bubur?" Jisung berusaha mengalihkan pembicaraan.
Felix menguap lalu menggeleng pelan.
"Mau mandi dulu. Tadi abis main belom sempat mandi." Ucapnya.
Jisung mengangguk. Meskipun demam, Felix tidak biasa jika tidak mandi. Karena kulitnya sensitif. Jika dia tidak mandi, nantinya kulitnya merah-merah.
"Yaudah, biar aku siapin air hangat dulu. Tunggu bentar." Jisung akan berdiri namun ditahan si bungsu.
"Gendong. Nanti biar aku duduk di westafel pas Icung nyiapin air hangatnya."
Jisung dalam hati rasanya ingin mengumpat. Padahal Felix bisa berjalan dengan Jisung membantu memapahnya nanti.
Untung adiknya ini masih sedikit panas, jadi dia diam aja dan menuruti keinginannya.
Felix menyibak selimutnya, lalu melingkarkan kedua lengannya ke leher Jisung dan melingkarkan kakinya ke pinggang yang lebih tua.
Otomatis Jisung sedikit kaget. Kenapa jadi gendongan ala koala? 🙃
"Sabar. Untung gue sayang." - batin Jisung.
Jisung melingkarkan satu tangannya ke pinggang ramping sang adik dan satu lagi menahan bokongnya lalu berdiri dan berjalan ke kamar mandi.
"Wangi Icung harum. Adek suka." Felix menghirup wangi vanilla yang menguar di leher Jisung.
Yang lebih tua beberapa menit menyentil kecil dahi yang lebih muda dan tersenyum mendengar ucapan sang adik. Lalu meletakkan si bungsu di atas westafel.
Ia menyiapkan air hangat di bathub dan juga sabun. Lalu kembali menurunkan Felix agar berdiri di lantai kamar mandi.
Kemudian dia keluar dari kamar mandi meninggalkan adiknya itu.
Jisung mengambil beberapa potong pakaian yang bersih dari lemari Felix lalu meletakkannya di pinggir ranjang.
Felix jika sedang tidak enak badan memang manjanya menjadi-jadi.
Jisung sudah hapal. Bahkan dia sering lupa jika beda umur mereka cuma beberapa menit. Jisung merasa Felix seperti adiknya yang masih sangat kecil.
Ia merebahkan dirinya di ranjang si bungsu lalu memejamkan matanya, menunggu Felix selesai mandi.
Setelah setengah jam, Felix berteriak memanggil Jisung. Namun saudara kembarnya itu tidak menyahut.
Felix akhirnya keluar dengan bathrobe masih melilit tubuhnya.
Ia berjalan pelan dengan memegang kepalanya yang masih sedikit pusing tapi tidak terlalu. Ia masih sanggup berjalan.
Melihat Jisung tertidur di ranjangnya dengan pose telentang.
Felix terkekeh pelan. Merasa bersalah karena sudah menyusahkan yang lebih tua.
Ia mengambil baju yang sudah disiapkan Jisung dan mengenakannya.
Ia mengeringkan rambutnya sebentar dengan pengering rambut lalu kembali duduk di samping Jisung yang tertidur. Sepertinya kelelahan karena merawat Felix dan juga Minho.
Karena tidak ada pergerakan dari yang lebih tua, akhirnya Felix naik ke ranjang dan ke tubuh Jisung lalu memeluk kembarannya tersebut.
Meletakkan kepalanya di dada Jisung. Mendengarkan detak jantungnya yang teratur. Felix tersenyum.
Jisung jika tertidur memang susah dibangunkan. Apalagi jika sudah lelah, Felix heran apa saudaranya itu tidur atau mati.
Menciumi rahang bawah Jisung lalu ke pucuk hidungnya. Kemudian ke dahinya.
"Makasih. Felix sayang Jisung. Maaf udah ngerepotin hari ini heheh. Icung kalo tidur kayak orang mati, ya. Padahal aku berat, tapi gak keganggu." Ucapnya kemudian mengecup kilas bibir Jisung yang terbuka sedikit, lalu bangkit kembali dan menyelimuti tubuh Jisung sebatas leher.
Kemudian Felix keluar dari kamarnya menuju kamar sang kakak sulung.
Tbc
Krn kemaren2 konflik mulu, part ini mau yg adem2 dulu dan manis2 dr si kembar 😌🥰💕
Makasih yg udah baca dan vomen ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Lee Family and Their Weirdness! [COMPLETED]
DiversosKehidupan Lee Minho dengan kedua adik kembarnya, Lee Felix dan Lee Jisung beserta tiga Kucingnya yaitu Soonie, Doongie dan Dori. Juga termasuk kisah percintaan ketiga Lee. 😌 Mau tau cerita kehidupan mereka? Dibaca kuy! ♡♡♡ #17 in 2min #4 in 2min #3...