Part 2 - Ipin Ngambek

5.4K 627 93
                                    

Typo itu seni :(

☆☆☆☆☆

Jisung menoel-noel pipi adiknya dengan sumpit. Untung sumpitnya tumpul dan tidak tajam. Jadi, pipi gembil sang adik tidak bocor.

"Jauh-jauh. Gak mau deket Upin sekarang." Ucap Felix sambil mendorong tubuh sang kakak menjauh.

"Yaudah, gak jadi aku kasih duit. Padahal tadi kak Minho ngasih duit jajan lebih." Jisung berdiri seolah-olah akan pergi.

Felix mendengus kesal. Ia berusaha menahan diri agar tidak tergoda dengan kalimat kakak kembarnya.

"Paling cuma 2 ringgit doang. Ih, gak level. Mending minta Papa ngirimin 1Juta Ringgit." Balas Felix sambil mengirim pesan ke Papanya yang ada di Malaysia sana.

"Papa udah ganti mata uang." Ujar Jisung. Felix mendongak.

"Hah? Jadi apa?" Tanyanya penasaran.

"Dollar Zimbabwe." Lalu Jisung berlari keluar kantin untuk menuju kelasnya dan untul menghindari teriakan sang adik.

"Jisuuungg!" Teriakan yang lebih muda menggema di seluruh kantin.

Jisung bertingkah seolah tidak mendengar. Tinggallah Felix yang memasang wajah kesal.


☆☆

Felix mengipasi wajahnya dengan kipas bergambar wajah idolanya. Maklum, Felix seorang fanboy. Fanboynya Jackson salah seorang kakak kelas yang menurut Felix begitu berkharisma.

Dia tidak tahu saja jika kakak kelasnya itu bobrok hingga ke ginjal.

Jangan biarkan Felix tahu. Nanti dia menangis, Minho yang susah.

Tiin..tiin..

Tiin..tiin..

Suara klakson mobil membuyarkan konsentrasi Felix.

"Siapasih. Berisik amat. Bikin zombienya makin banyak aja." Rutuknya.

Pemuda manis itu melirik sekilas lalu kembali fokus memainkan ponselnya.

Ia tengah memblok zombie-zombie nakal yang ingin merusak bunga mataharinya.

Tap tap tap

"Dikode biar dateng malah diem disini." Ujar pemuda yang baru saja menghampiri Felix.

Si manis itu mendongak.

"Siapa?" Tanyanya dengan wajah bingung.

Pemuda itu dengan lancang mencubit pipi gembil Felix.

"Heh, gak bole pedo, om." Dengus Felix sambil menyentak tangan pemuda yang kini sudah memasang tampang tak percaya.

"Om? Gue masih muda. Ayo balik." Ajaknya.

Felix menggeleng.

"Gak mau. Nanti diculik trus dijual atau gak dijadiin budak." Serunya.

"Yakali, gue yang disleding Minho ke Somalia, kalo berani nyulik adeknya."

"Eh? Kenal sama kak Minho? Kok bisa? Pacarnya kak Minho ya?" Tanya Felix antusias. Membuat pemuda itu sweat drop.

Ia menjitak kecil kepala Felix. Felix meringis kecil. Ia mengusap hasil jitakan pemuda tampan di depannya.

"Ogah gue sama kakak lo. Ayo buru masuk mobil."

Felix tetap menggeleng. Terpaksa pemuda itu menelfon Minho.

"Nih, ngomong kalo gak percaya." Pemuda itu menyerahkan ponsel Iphone X Plus2 nya kepada Felix.

/Holkay bebas. Mau merk belom ada juga dia jadiin ada. 🤪


"Halo kak Minho, kok gak jemput adek? Udah nungguin 5 menit nih." Rengut Felix kesal.

"Baru lima menit anjir." Batin pemuda yang diminta Minho untuk menjemput adiknya dalam hati.

"Tapi kok temen kakak kayak om-om pedo sih. Kan adek gak percaya." Felix memperhatikan pemuda di depannya dari atas hingga ke bawah.

"Sabar. Untung manis." Batin pemuda tadi.

"Ih, kak Minho pilih kasih. Jisung dianterin ke tempat les. Adek disuruh jemput orang lain. Pokoknya gak mau ngomong sama kakak lagi." Tuuutt..sambungan dimatikan sepihak oleh Felix.

Felix melemparkan Iphone X plus2 mahal milik pemuda tadi. Untung saja bisa ditangkap. Kalo gak, yaudah, tinggal beli lagi. Jangan kayak orang susah.

"Nama om siapa?" Tanya Felix yang masih memanggil pemuda itu dengan "om".

"Changbin. Gue masih kuliah semester 4 anjir. Panggil kakak aja." Sahutnya. Lama-lama menghadapi Felix, bisa bikin umur pendek.

"Yaudah, kak Changbin. Kakak laper gak?" Tanya Felix dengan nada pela, ia kini sudah duduk manis di jok penumpang mobil Changbin.

"Laper sih. Kenapa? Lo laper?" Changbin bertanya balik, sembari melajukan mobilnya keluar dari area sekolah.

"Iya, tapi Felix gak ada uang." Ujar pemuda manis itu sendu. Ia menunduk dan menepuk-nepuk kecil perutnya.

"Ck. Laper aja baru ngomong manis-manis." Batin Changbin.

"Mau makan apa emang?" Tanya Changbin. Felix menoleh dengan wajah berbinar.

"Kakak yang bayarin?" Changbin mengangguk.

"Mau makan dimana?"

"Lupa namanya, tapi Felix hapal jalannya. Sering diajak Jisung kesana. Heheh." Ucap pemuda manis itu dengan girang.

Makan gratis siapa yang gak seneng.


☆☆


Jisung masuk ke mobil dan langsung bertemu wajah lesu sang kakak. Jisung baru selesai les.

"Kakak ada masalah?" Tanyanya.

"Felix ngambek lagi. Karena gak dijemput tadi."

"Lho? Terus siapa yang jemput dia?"

"Changbin. Karena tadi dia lagi gak ada kuliah. Dan kakak lagi ada tugas bareng temen."

"Yhaa..yang kemaren aja dia masih ngambek." Timpal Jisung.

"Gak mempan dikasih duit?" Tanya Minho.

"Enggak. Dia malah minta ke Papa."

"Alamat Doongie dianeh-anehin ini. Harus cepet nyampe rumah." Minho menaikkan laju mobilnya ke arah hunian mewah mereka.

Sebelumnya jika Felix ngambek, Doongie atau Soonie selalu jadi korban.

Dikurung dalam gudang tanpa sepengetahuan Minho. Sedangkan snag kakak sudah berkeliling dengan Jisung mencari kucing malang itu sampai dibuatkan selebaran kucing hilang.

Dicat warna warni seperti ayam piloks juga pernah. Sudah sering Felix menjadikan dua kucing itu sebagai kelinci percobaan.

Kecuali Dori, karena Felix sayang dengan Dori.

Poor Doongi dan Soonie. 😥

Jisung hanya bisa menggeleng-geleng mengingat tingkah kembaran dan kakaknya.

"Dosa apa gue punya kakak gak beres dan adek ngambekan." Batin Jisung.

Padahal sendirinya Jisung juga bobrok. Jisung seperti tidak punya kaca walau orangtua pengusaha batu akik yang sukses.












Tbc

Member lain nanti masuk ke cerita sesuai alurnya ya. 😉

Thank you 😘🥰💖



Lee Family and Their Weirdness! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang