Part 5 : Pelukan Hangat Bilal

238 4 0
                                    

Seminggu terakhir yang membuatku sangat bersemangat bertabur haru karena akan meninggalkan keluarga yang memiliki chemistry yang kuat denganku ini ( feeling ku sih) akan ku manfaatkan semaksimal mungkin. Meskipun sesekali karakterku yang sebenar-benarnya ini ingin ku tunjukkan pada mereka semua, namun itu terpadamkan oleh tugas yang tinggal seminggu lagi aku harus laksanakan . Wanita yang  kutemui sejak awal pertama ku injakkan kediaman ini juga tiba-tiba berencana tinggal sedikit lama dari biasanya, mungkin salah satu alasan nya adalah karena menurut gossip bibi rumah ini sewaktu kami duduk dan sarapan pagi bersama (seperti aktivitas pagi hari biasanya dirumah ini),mama Bilal akan berulang tahun yang 60 tahun ini. Tak banyak persiapan yang kulihat sejauh ini (hari ini adalah H-1 sebelum acara dimulai).

            Siang ini yang berbeda dari biasanya hanya pada Bilal dan Si Wanita bermata silet itu (seperti yang dikatakan Feni Rose di infotaiment silet, setajam silet). Bilal yang tidak berada di rumah sakit untuk bekerja, malah ia terlihat lebih menikmati hidupnya dengan bermain game  Mario Bross si manusia pipa. Sesekali tertawa sendiri dan sesekali mengunyah cemilan keripik yang berada disamping kamar mamanya. Suara tawanya yang membuatku sedikit bergetar (mendramatisir keadaan yang kenampakannya tak terjadi apa-apa) entah salah tingkah sendiri karena begitu mengaguminya atau karena kecerobohanku yang selalu kulakukan, akhirnya, gelas yang kupegang,jatuh,dan untungnya gelas yang kujatuhkan hanya terbuat dari bahan melamin.

            Malam itu juga ku rogoh dompet ku untuk mengambil selembar dua lembar uang seratus ribuan untuk model kado yang akan kuberikan tante mia. Mungkin terlalu berlebihan jika kuberikan kado dengan merek yang branded, cukup mencari di tempat yang murah namun unik, ya dimana lagi, kalau bukan di pasar. Aku menawarkan diri untuk mandiri (maksudnya naik angkot sendiri), untuk membeli kebetulan tante mia tiap harinya kepada Bilal. Di pasar itulah syal cantik berwarna merah ku dapatkan , warna merah yang paling menarik perhatianku (meskipun hijau toska selalu menjadi yang pertama yang selalu membuatku jatuh cinta), bentuk yang sederhana, motif yang klasik, juga harga yang cukup murah untuk bahan berbahan halus ini. Segera aku mengambilnya , namun tiba-tiba seseorang merebutnya dahulu dariku, hanya kurang beberapa detik dari seseorang itu aku harus merelakan warna merah itu. Tapi tunggu dulu, bukan Sheila namanya kalau menyerah begitu saja.

“permisi mba’, syal warna merah itu, cantik yah mbak?” aku memegang syal itu dan memberikan senyum hangat (bahkan nyaris membakar wajah ibu’ itu)

“ia, saya tau, kan saya yang duluan liat barang ini, jadi saya dong yang dapetin barang ini” sumpah wajahnya sangat menyeramkan, bahkan lebih seram daripada film hantu yang pernah kalian nonton

“kasihan anak saya, beberapa hari yang lalu syal itu selalu dia idam-idam kan, namun sayang, uang kami baru terkumpul hari ini, hiks” suara tangisan aktingku akhirnya keluar juga

“sabar yah annakku” tambahku,sembari melihat wajah adik sepupuku yang berpakaian sedikit kucel yang berada di handphoneku ,dan beradu acting ala-ala Kate Winslet

“ouh gitu yah, bu’, kalau begitu ibu saja yang ambil syal itu, nanti saya yang akan membayarkan syal itu bu’, tapi ibu sama anak ibu harus tetapkuat, hidup memang keras bu’ “ memang aku selalu menjadi pemenangnya, syal itumenjadi milikku dan uangku aman pula. Memang aku pantas mendapatkan piala Oscar.

            Sepulang dari pasar tadi , aku memilih untuk jalan melalui pintu belakang, ku taruh syal itu di bawah tempat tidurku dan bergegas ke kamar tante mia untuk menaruh segala keperluannya untuk seharian ini. Senyum tante mia hari ini sangat lebar, entah karena besok hari lahirnya atau karena besok cucunya (cucu dari sodara pertama Bilal, yang aku tau dari foto keluarga yang ada diruang keluarga) akan datang menemuinya,entahlah, namun setidaknya hal ini memberikan energi positif juga kepadaku untuk selalu menganggap diriku akan sehat dari sakit yang kuderita saat ini dengan dukungan keluarga kecilku.

Conquer Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang