PROLOG

14.4K 644 39
                                    

Sayup-sayup terdengar kicauan burung yang bernynyi merdu. Pemuda dengan surai hitam legam itu masih nyaman berada di tikar kusam miliknya. Bahkan sinar mentari yang menyelinap masuk melalui celah jendela tak dapat membangunkannya. Hingga hujan badai menimpa dirinya.

Byur

Guyuran air membasahkan tubuh kurus Dafin. Air yang terasa sangat dingin menyentuh secara live permukaan kulitnya. Bajunya juga basah serta tikar kusam miliknya yang juga basah bahkan merembes ke lantai kamar. Karena tidak ada ranjang sebagai penopangnya.

"A-ayah? " Dafin mendongak menatap wajah ayahnya.

"Dasar anak tidak tau diri! Bisa-bisanya kamu masih tidur, Hah?!" Sanjaya,yang merupakan ayah dari Dafin menarik kuat rambut hitam legam itu.

Dafin meringsi saat kulit kepalanya merasakan nyeri begitu hebat. Rambutnya seakan dicabut paksa. Belum lagi tubuhnya yang diseret keluar kamar menuju kamar mandi.

Brak

Tubuh ringkih pemuda itu terbentur dinding kamar mandi. Sakit menjalar di punggungnya. Kepalanya ikut berdenyut seiring dengan nafasnya yang terengah-engah. Pasokan oksigen seakan tak sudi dihirupnya.

"Jongkok! " titah Sanjaya yang dibalas gelengan oleh Dafin.

Dafin tidak mau merasakannya lagi. Tidak mau. Di mana hari kemarin menjadi tahun ke lima dirinya diperlakukan tak selayaknya manusia. Pagi yang disapanya setelah kejadian masa lalu. Kejadian yang menjadi penyebab ayahnya membencinya.

"JONGKOK! " Sanjaya meninggikan suaranya.

Dengan gerakan pelan Dafin mulai mengambil posisi berjongkok. Kepalanya terus tertunduk. Netranya tak berani untuk sekedar menatap mata elang sang ayah.

Geram dengan gerakan lamban Dafin, Sanjaya melepas paksa kaos yang di pakai pemuda itu. Dibuangnya ke sudut kamar mandi.

Bugh

Hantaman rotan sepanjang satu meter menyentuh kulit punggungnya. Dafin meringis saat merasakan kembali rotan yang menyentuh tubuhnya. Satu bulan belakangan, ayahnya tidak memukulnya menggunakan rotan. Melainkan ikat pinggang yang terbuat dari kulit hewan asli.

"Ahgtssss... "

"Berani kamu mengeluarkan ringisan saat saya sedang memberi hukuman?!"

Dafin lupa. Ia lupa jika jangan sampai suaranya terdengar saat ayahnya sedang menghukumnya. Meskipun itu hanya sekedar ringisan pelan. Jika ayahnya sudah mendengar, maka konsekuensi baginya.

Bugh

Bugh

Bugh

Cukup punggungnya sakit dan nyeri. Dafin tidak bisa membayangkan luka baru yang tertoreh pada kulitnya nanti. Menciptakan lukisan absrak yang menyayat hati. Dafin menggigit bibir bawahnya saat punggungnya kembali merasakan pukulan dari rotan itu.

Bugh

"S-sakit ay-ayah..." Dafin meringis saat dua kata itu keluar tanpa perintah dari bibirnya.

BUGH

Pukulan itu bertambah kuat dan bunyinya  pun sangat menyakitkan. Dengan tak merasa iba sedikit pun, Sanjaya menarik rambut Dafin. "Berani kamu bicara dan mengeluh sakit?! Ini belum seberapa dengan rasa sakit kehilangan saya! "

BUGH

Sanjaya kembali melayangkan rotan pada tubuh ringkih Dafin. Bukan. Bukan di punggung, tapi di bagain perut dan dadanya. Dafin meringis kesakitan saat merasakan gejolak pada lambungnya yang belum terisi dari kemarin selain air putih. Nafasnya lagi-lagi tercekat. Dengan rakus,Dafin mengambil oksigen. Dadanya sakit saat penyakit asma yang dideritanya kambuh.

Sanjaya yang melihat itu hanya bisa tersenyum miring. Puas akan perlakuannya tadi. Ia tidak merasa kecewa atau pun menyesal telah melakukannya. Dengan kasar di hempaskannya tubuh ringkih pemuda yang faktanya adalah anak kandungnya sendiri.

Tubuh ringkih Dafin terhempas dan menyentuh lantai basah kamar mandi. Kepalanya juga ikut terbentur dan menimbulakan rasa sakit luar biasa. Nafasnya masih tak beraturan. Bahkan kini semakin sesak dirasanya.

"T-tolong Daf-fin a-ayah.... " lirih Dafin sembari menatap punggung tegap milik ayahnya yang menjauh.

Tangan Dafin meremas kuat dadanya. Sesak dan sakit yang dirasanya. Berharap ada yang mau membantu atau sekedar bersimpati padanya.




~~~~~
Assalamualaikum....
Saya datang kembali dengam cerita baru lagi:) hehe
Mumpung ada ide, jadi apa salahnya jika saya menuangkannya. Ya kan? Ya dong. Dari pada nanti hilang idenya:v

Oke, segini dulu yak. Baru prolog... Nanto kapan" dilanjut:v

Tinggalkan jejak kalian sebagai pembaca yang bijak,biak hati, dan tidak sombong:)

Terima kasih

P A T E R ? [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang