1: Arisan

41 2 0
                                    

Pagi ini para ibu-ibu sudah berkumpul di tempat biasa. Dengan wajah penasaran, mendengar gosip dari ibu-ibu yang lain. Dari tentang Pak RT yang jalan-jalan ke London, sampai suara bayi menangis di malam hari.

Anneth juga tak mengerti kenapa Mamanya senang sekali ikut rombongan ibu-ibu seperti itu. Belum tentu semua gosip ada benarnya, tapi kenapa harus sebegitu penasarannya mendengar gosip.

Ini bukan sekalinya Katrine-Mama Anneth memalukan cewek itu. Katrine selalu membawakan bekal, datang ke sekolahnya hanya sekedar ingin tau kegiatan anaknya, dan lain-lain. Sampai cewek itu kesal sendiri di buatnya.

Kalo bukan Katrine adalah ibunya. Anneth sudah mengeluarkan sumpah serapahnya dari dulu. Janji dengan temannya akhirnya di undur besok, karena Mamanya yang ada jadwal arisan hari ini.

Bukan arisan seperti biasanya. Tapi arisan menyebar-nyebarkan gosip dari mulut ke mulut. Dari orang ke orang. Dari individu ke kelompok.

"Mama kamu seneng banget ya dengerin gosip kayak gitu?" tanya Kenneth yang berbaring di kasurnya, sambil menatap ponsel.

Anneth berjalan keluar menuju balkon. Menatap pondok yang tidak jauh dari rumahnya, sudah penuh dengan ibu-ibu penyebar gosip. "Mama lo juga,"

"Tapi mama kamu lebih parah," balas Kenneth sudah duduk di kasurnya. Anneth kembali masuk kamar, melahap snack di meja yang ia buat tadi.

"Enak gak?" tanya Kenneth tergiur melihat cewek itu makan.

Anneth hanya mengangguk. Akhirnya Kenneth ikut makan bersamanya. "Tumben bikinan kamu enak, berapa kali ngulang?"

Anneth seketika menatap cowok itu tajam. Jelas ada maksud tertentu dari pertanyaannya.

Kenneth terkekeh pelan, tidak perlu di jawab ia sudah tau. Pasti Anneth sudah susah payah membuat ini, bisa sampai sepuluh kali mengulang karna cewek itu salah memasukkan bahan.

"Aku tebak kamu udah sebelas kali ngulang!" tebak Kenneth lalu tertawa keras. Anneth mengerecutkan bibirnya, "Gak lucu ya Neth,"

Kenneth menghentikan tawanya, tersenyum jahil. "Siapa yang ngelucu?"

Lalu keduanya terdiam kembali. Asik dalam pikiran masing-masing. Sampai suara Anneth terdengar.

"Besok udah sekolah ya? Pisah dong?" tanyanya sedih.

Kenneth mengangguk mengiyakan, "Gapapa kan kamu kalo gak ada aku?" tanyanya iba menatap Anneth. Cewek itu susah bergaul dengan orang baru.

"Gapapa kok. Kan masih bisa ketemuan di rumah," jawab Anneth memaksakan senyum. Padahal jawaban dari mulut dengan hatinya sangat berbeda.

"Bener? Gak bakal sampe nangis minta pindah sekolah lagi kan?" tanya Kenneth menahan tawanya. Teringat Anneth pernah melakukan itu saat SD dulu. Memaksa Katrine untuk pindah sekolah yang sama dengannya.

"Gak!!! Gue udah besar!" jawab Anneth cepat. Kenneth tersenyum.

Tidak ada yang tahu, bahwa percakapan singkat itu adalah akhir dari cerita keduanya.

***

NETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang