Sengaja Anneth berbalik badan sebentar untuk melihat tatapan bingung Askar saat di tinggal olehnya. "HAHAHAHA, mukanya lucu banget..," Anneth menutup mulutnya, tertawa. Ia tidak sadar ada bola mengarah padanya saat itu.
BRAK!!
Bola itu mendarat tepat diatas kepalanya. Badan Anneth jadi bergoyang-goyang tak jelas, cewek itu terduduk lemas. Rasanya kepalanya saat itu sudah lepas dari tempatnya. Matanya berkunang-kunang, Anneth punya feeling ia akan jatuh pinsan sebentar lagi. Tapi Anneth berusaha menahannya dengan tenaga yang tersisa. Tidak lucu ia berbaring di tengah-tengah lapangan seperti ini.
Ini si Askar mana lagi, kan tempat dia sama gue belom jauh-jauh banget, pikir Anneth sambil memegang kepalanya. Berharap rasa pusing itu akan hilang. Dan benar saja, cewek itu bisa lagi merasakan kepalanya ada di tempatnya, padahal ia sempat takut akan kehilangan kepala selamanya.
Tidak di duga, rasa sakit itu turun ke perutnya. Membuat Anneth tak berhenti batuk sampai ia mual sendiri. Setelah membaik, cewek itu menarik napasnya dalam-dalam, "INI BOLA SIAPA WOI!! NGAKUUU!"
Mendengar suara lantang Anneth, gerombolan cowok yang jaraknya tidak jauh darinya jadi merinding. "Nah, mampus lu!" kata salah satu cowok, menoleh pada temannya.
"Bantuin gue minta maaf lah anjir,"
"Gak mau, ah! Ntar dateng temennya yang rambut pendek, abis gue,"
Cowok itu berkacak pinggang, "Ah, gak setia temen lu,"
Ternyata Anneth sedari tadi memandang kedua cowok itu, dengan tatapan tajam langsung menusuk mata keduanya. "SINI LO BERDUAA!"
"Mampus!"
"Selamat tinggal dunia..,"
Keduanya menurut, berjalan lambat menghampiri Anneth sambil menunduk. Tidak berani menatap wajah cewek itu.
"Cepetan jalannya!" perintah dari Anneth membuat keduanya melangkah lebih cepat. Dan sampailah di hadapannya.
Anneth berdecih, berdiri dari tempatnya sambil menggosok area belakang roknya yang kotor. Lalu cewek itu beralih menatap Anton dan Zain di depannya. Ia tersenyum, "Kayaknya kita sekelas ya?" tanyanya lembut.
"Iya Neth," jawab Anton masih dengan kepala tertunduk.
"Angkat kepala lo berdua, liat gue!" pinta Anneth lagi. Tapi kedua cowok itu hanya diam saja, membuat Anneth geram untuk mengangkat kepala keduanya memakai tangannya sendiri.
"Lo tau harus bilang apa sekarang?" tanya Anneth tepat di depan wajah mereka, sedang kedua tangan cewek itu mengangkat dagu keduanya supaya menatapnya.
Anton dan Zain mengangguk lambat, "Maaf, Neth. Gak sengaja," ucap mereka serempak lalu kembali menunduk.
"Iya, gak apa-apa," balasan dari Anneth membuat keduanya reflek mengangkat kepala lagi, terkejut. Sikap Anneth langsung berubah tiga ratus enam puluh derajat.
Anneth tersenyum tipis, "Gue udah ketinggalan nih, duluan ya," lalu ia pergi meninggalkan kedua cowok itu dengan tanda tanya di kepala mereka.
Di perjalanan menuju kantin, Anneth beberapa kali tertawa sendiri. Mengingat sudah tiga cowok ia bikin bingung hari ini. Pertama Askar, setelah itu si dua ayam; Anton dan Zain. "Rasain dah mereka! Suka banget ganggu orang lagi sibuk!" kata Anneth dan tertawa lagi.
Sesampainya di kantin, langkah cewek itu langsung terhenti. Keningnya mengerut, melihat ramai sekali orang di dalam. Ada apa nih?
Anneth bersusah payah menerobos kerumunan itu, ingin melihat apa yang terjadi. Orang-orang yang beralih menatapnya saat cewek itu lewat, adalah salah satu bukti ini ada hubungan dengannya. Anneth mempercepat langkahnya, sampai ia berdiri di paling depan. Terdiam, menatap datar sahabatnya sedang beradu mulut dengan cowok di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NETH
Teen FictionKalau Anneth seperti cherry. Kenneth adalah daunnya. "Gue gak mau persahabatan ini hancur, Neth." nb. sori itu covernya typo heheh