Anneth dan Anastasia sedang bersembunyi di balik tembok dekat dengan kelas mereka, kedua mata cewek itu sibuk bergerak kesana sini, memastikan tidak ada orang yang melihat. Ya, keduanya akan pergi bolos sekarang juga. Padahal tinggal jam terakhir setelah istirahat ini, tapi kata Anastasia 'biar bisa berlama-lama disana nanti'.
Anneth menatap Anastasia di sebelahnya, "Aman gak?"
"Aman,"
"Oke, let's go!!"
Keduanya pun dengan langkah hati-hati masuk ke kelas mereka. Beruntung semua teman sekelasnya sedang keluar.
Anneth segera mengambil tasnya di pojok belakang. Dari kelas X, cewek itu tidak pernah pindah tempat duduk. Selalu memilih di pojok belakang, dekat dengan jendela. Sedangkan Anastasia duduk di depannya, karena meja mereka sendiri-sendiri tidak sebangku. Tapi tiba-tiba saja tas Anastasia berada diatas meja Anneth, membuat cewek itu bingung. "Lo naruh tas lo disini, ya?"
Anastasia yang sedang mencari tasnya menoleh kaget, "Lah kok disini?"
Anneth menggeleng tidak tahu, "Lo yang naruh kali, tapi kelupaan. Masa tas lo jalan sendiri?"
"Mungkin?" kata Anastasia tak yakin.
Setelah bersiap-siap dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal, keduanya pun keluar dari kelas. Karena mereka kelas XI, jadi harus melewati koridor kelas X dulu, seharusnya. Tapi karena sekolah ini yang kelewat luas, pastinya pintu keluar sekolah ini tidak hanya satu. Melainkan tiga; satu untuk tamu, dua untuk murid, dan yang ketiga hanya beberapa orang saja yang tahu. Karena tempatnya yang terpencil.
"Kita pulang naik apa? Terus kemana? Gak ganti baju?" tanya Anneth yang menghentikan langkahnya untuk menoleh pada Anastasia di belakang. "Kok lo jalannya lama amat sih?!" gerutu cewek itu, saat melihat Anastasia berjalan sangat lambat, sibuk dengan ponselnya.
Anastasia mengerucutkan bibir, "Yaelah sabar dong, ini gue lagi minta tolong abang gue nih minta jemput,"
Anneth mengangguk, tidak membalas untuk beberapa detik. Menunggu Anastasia selesai dengan urusannya. Tapi cewek itu tiba-tiba teringat sesuatu, "Abang lo gak sekolah emang?"
"Hehehe, biasanya jam segini dia bolos sama temennya," jawab Anastasia pelan, takut ada yang dengar. Saat itu keduanya sudah di depan pintu keluar, tapi tetap saja tidak aman.
"Ooohhh...., lo udah selesai belum sih? Kalo gak ada kepastian juga, kita naik taksi aja," usul Anneth yang takut mereka akan terciduk guru. Karena tempatnya yang sebelahan dengan WC guru, artinya dekat ruang guru. Benar-benar nyari mati sebenarnya, jadi jarang ada murid yang memilih lewat sini. Semua murid pasti lebih memilih lewat pintu kedua, tinggal mereka menyogok satpam saja.
"Abang gue udah otw nih, yuk!" akhirnya Anastasia memberi kepastian juga, membuat Anneth bernapas lega lalu segera membuka pintu itu.
JRENG..
Hal yang tidak sama sekali di pikirkan keduanya. Mereka harus bertemu dengan cowok yang bertengkar dengan mereka di kantin tadi? Kenapa ia bisa lupa kalau disini ada warung, tempat murid-murid langganan BK tentunya.
"Ken.. N- Neth?" ucap Anneth tak sadar, beruntung suaranya pelan. Hampir tidak terdengar.
Kenneth menoleh, menyadari kehadiran mereka. Cowok itu duduk dengan gaya di naikkan satu kaki di atas kaki satunya, membuatnya mudah menyadari kehadiran Anneth dan Anastasia. Tidak dengan dua temannya yang duduk membelakangi mereka.
Kenneth tidak menoleh lagi, kembali sibuk dengan minuman di tangannya. Tapi hal itu membuat kedua temannya menoleh, menatap Anneth dan Anastasia datar. Dan kenapa.. Kedua teman cowok itu terlihat ganteng secara bersamaan? Membuat Anneth salah fokus saja.
Anastasia menghela napas saat mendengar suara derungan motor nyaring di telinganya. Pasti itu abangnya yang menjemputnya. "Ayo Neth," ajaknya sambil menepuk pundak Anneth, membuat pikiran cewek itu seketika kembali ke dunia nyata.
Sampai Anneth dan Anastasia naik ke motor pun masih di lihati oleh kedua teman Kenneth itu. Membuat Anneth kesal sendiri, "Emang kenapa sih? Ngeliatin sampe segitunya banget," gumamnya. Ia tidak sadar, seorang cowok di depannya menyodorkan jaket ke cewek itu.
"Eh jaket? Buat apa?" tanya Anneth baru sadar, menatap cowok di depannya yang memakai helm full face. Kenapa ia baru menyadari juga ada dua motor ninja di depannya sekarang. Anastasia pun sudah duduk di motor sambil menunggu dirinya.
"Tutupin paha lo," jawab cowok itu akhirnya.
Anneth baru sadar ia sedari tadi pakai rok. Kenapa ia jadi jarang fokus akhir-akhir ini? Sepertinya Anneth harus minum AQUA kalau sudah sampai tujuan nanti.
***
Sampailah di rumah besar berwarna abu-abu di depannya, yang ternyata Anastasia membawa cewek itu ke rumahnya. Tapi kenapa?
Setelah turun dari motor, Anastasia berterimakasih dengan abangnya, sebelum menarik Anneth masuk ke dalam rumahnya.
"Kok kita kesini? Kita bakal ganti baju kan? Gue gak ada baju," kata Anneth bingung.
"Gapapa kan? Lo kayak kita baru kenal sebulan aja, pasti gue pinjemin lo baju kok. Lagian ukuran kita sama," jawab Anastasia sambil melepaskan sepatunya, lalu taruh di rak sepatu. Anneth mengikuti sampai Anastasia yang mengunci pintu kamarnya.
Anastasia mengeluarkan baju-baju di lemarinya, yang menurutnya akan cocok dengan Anneth. "Nah, lo pilih tuh! Ada banyak,"
Anneth tertegun melihat lemari besar di depannya, mungkin lemari tas Mamanya pun kalah besarnya. "Ini baju lo semua?"
Anastasia menjawab tanpa menatapnya, sibuk memilih outfit untuk di pakai nanti. "Iya, cuma ini banyak yang udah kekecilan sih,"
"Kenapa gak di sumbangin ke panti asuhan aja gitu?"
"Gak pernah sempet, Mami sibuk sama kerjaannya terus. Dan gak mungkin kan gue beresin semuanya sendiri?" Anastasia menatapnya sebentar.
"Sayang banget padahal, lo bisa beli baju lebih banyak lagi buat taruh di lemari lo,"
"Gapapa, baju gue udah banyak. Harus hemat dong?"
Anneth diam.
"Udah buruan sana, lo ganti baju!" suruh Anastasia, membuat Anneth dengan beberapa baju pilihannya segera masuk ke kamar mandi.
***
Setelah dirinya selesai, ternyata Anastasia juga sudah selesai saat itu. Membuatnya terpaku, Anastasia kalau sudah pakai baju santai, kesannya seperti bukan dirinya saja.
"Kok lo beda?"
Anastasia terkekeh, "Udah bosen gue denger kalimat itu dari lo," lalu ia berpikir sebentar, "Lo cocok pake baju itu, poto yuk?"
Anneth mengangguk setuju, "Tapi siapa yang potoin?"
"Pakai timer kan bisa dodol," lalu cewek itu mengajak Anneth ke balkonnya. Menaruh ponselnya di kursih dan memasang timer.
"Gaya dong!"
1.. 2.. 3..
Cekrek!
"Bagus gak? Bagus gak?" tanya Anneth penasaran.
Anastasia menatap hasil fotonya cukup lama lalu tersenyum. "BAGUS BANGET!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NETH
Teen FictionKalau Anneth seperti cherry. Kenneth adalah daunnya. "Gue gak mau persahabatan ini hancur, Neth." nb. sori itu covernya typo heheh