"Lah kok lesu gitu?" Mamanya yang melihat anak sematawayangnya itu melewati ruang tamu pun bertanya. Ia sedang sibuk mengepel lantai pun terganggu, melihat Anneth yang berjalan melewatinya tanpa sepatah kata pun. Bukan seperti dirinya yang biasanya.
Anneth memberhentikan langkahnya, menoleh malas. "Gapapa, Ma. Ada masalah kecil aja," jawabnya sambil berkacak pinggang.
Mamanya mengangguk, tidak banyak bertanya. Mungkin hanya masalah remaja-remaja seperti biasanya, galau, Pikirnya. "Yaudah sana istirahat, udah sore. Nanti gak sempet tidur siang, loh!" ingatnya pada Anneth. Cewek itu mengangguk tanpa membalas, menuju ke kamarnya.
Sampai di kamar. Anneth segera mengganti bajunya dengan baju santai. Mood-nya masih hancur, padahal kejadian itu sudah beberapa jam yang lalu. Ia jadi teringat lagi muka tak bersalah Kenneth saat itu, membuatnya reflek melempar baju yang habis di pakainya ke sembarang arah.
"Brengsek, ah! Brengseeekk! Kenneth brengsek!!!" amarahnya tidak bisa di tahan lagi. Untungnya kamar cewek itu kedap suara. Bisa gawat kalau Mamanya dengar.
Anneth tiba-tiba teringat satu hal penting, membuat cewek itu panik seketika.
"ANASTASIA??!!!"
***
Di tempat lain, seorang cewek duduk termenung di kursih panjang di salah satu lantai di mall itu. Siapa lagi kalau bukan Anastasia, yang sedang menunggu Anneth yang menghilang.
"Aduhh..... Tuh anak kemana, sih?" ujarnya kesal. Apalagi saat melihat tatapan aneh orang-orang saat melihatnya, mengira dirinya adalah anak hilang.
"Bisa hancur nih image gue kalo begini!" ujarnya lagi.
Anastasia mengecek HP-nya, pas sekali saat itu terlihat nama Anneth di layar. Cewek itu menghela napas lega, menjawab panggilan di telepon.
"ANNETHHH!! LU DIMANA WOI? LU NYASAR?!" tanyanya cemas.
Terdengar cengiran khas Anneth di sebrang sana, membuat Anastasia bingung. "Duh, maap Ta! Gue udah di rumah nih. Hehe," jawab Anneth.
Anastasia tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya, cewek itu tidak bergerak seperti patung. Membuat salah satu pegawai toko segera menghampirinya karena khawatir. "Dek? Dek?"
Anastasia tersadar, langsung nyengir kuda menatap pegawai toko itu. "Maap kak, gue gapapa kok,"
"Oh, yaudah..," pegawai itu pun kembali ke tempatnya sesudah mendapat jawaban.
Sedangkan Anastasia, menatap kembali layar HP-nya. Mendekatkan benda bercahaya itu ke telinganya, "Lu gila ya?!"
"Yaampoonnn..!! Gue beneran lupa sumpah! Tadi kebawa emosi sih," balas Anneth menyesal. "Lu bisa pulang sendiri kan, Ta? Apa perlu gue pesenin gojek?"
Anastasia menahan kekesalannya, tidak sabar menendang bokong cewek itu di sekolah besok. "Lu kira gue gak ada kuota, gak bisa mesen sendiri?"
"Yahh.., jangan marah-marah dong. Gue bener-bener lupa bangett!! Besok lu gue traktir dah, sepuasnya! Mau?"
"Lu kira gue anak kecil, bisa di sogok-sogok?" balas Anastasia masih kesal.
Anneth sudah kehabisan ide, untuk membujuk sahabatnya ini. Anastasia kalau lagi marah memang sangat keras kepala, seperti anak kecil.
Jadinya Anneth terus membujuk sahabatnya itu, sampai pulsanya habis. Ia menghela napas, berbaring di kasur empuknya sambil menatap langit-langit kamar.
Liat yang lu perbuat, Neth! Gue jadi marahan sama sahabat gue, gara-gara lu! Batinnya kesal.
Awas aja kalau gue ketemu lu besok, habis lu!! Kesalnya lagi.
Tapi dalam lubuk hatinya yang paling dalam, terdapat satu pertanyaan yang terus berkeliaran di otaknya.
Lu darimana aja sih, Neth? Gue kangen banget, tak terasa air mata cewek itu menetes, tapi langsung di usap olehnya. Anneth menggelengkan kepalanya beberapa kali, berusaha meyakinkan dirinya. Move on! Move on!
***
Keesokkannya di sekolah. Anneth tidak bergerak dari tempatnya. Terdiam sambil menatap pintu kelasnya ragu-ragu. Seakan ada pembunuh yang sedang menunggunya di dalam.
"Kok perasaan gue gak enak ya?" tanyanya pada diri sendiri. Anneth menelan ludah, akhirnya ia putuskan untuk masuk ke kelas.
Saat pintu kelas terbuka, Anneth bisa melihat Anastasia dengan mata elangnya berdiri, melihat kearah cewek itu. Tatapan membunuh, yang membuat Anneth menelan ludahnya berkali-kali.
"Ha..., hai?" sapa Anneth tak sadar.
"Hai, hoi, hai, hoi, palalu!! Lu kemaren kenapa pulang duluan, Ha?!!" tidak di sangka, Anastasia langsung melampiaskan kemarahannya. Mendekati Anneth sampai tinggal sejengkal jarak di antara keduanya.
"Wah, apani? Apani?" murid-murid yang lain di kelas itu langsung bersorak. Sepertinya ada adegan romantis yang akan terjadi, pikir mereka.
"Apa lo semua?! Mau ikut gue marahin juga?!" teriak Anastasia malah ikut memarahi teman-teman sekelasnya.
Seketika semua murid langsung terdiam, takut dengan ancaman cewek berambut ikal itu. Anatasia kembali memandang Anneth, tapi lebih santai sekarang. Tidak seperti tadi.
"Lu kemarin darimana sih, Neth? Gue nunggu lu berjam-jam, ampe gue di kira anak ilang disono. Tapi lu gak ngasih kabar apa-apa ke gue,"
Anneth sudah mengira Anastasia pasti akan marah besar. Cewek itu, seperti yang ia bilang di part sebelumnya. Anastasia paling tidak senang menunggu, bisa sampai berminggu-minggu membujuk cewek itu untuk tidak marah lagi.
"Gini ya, Ta. Gue bakal jelasin semuanya, tapi lu jangan marah sama gue, ya?" usul Anneth.
Anastasia berpikir sebentar sebelum menjawab, "Yaudah, yaudah!!! Apaan? Lu mau jelasin apa?"
Anneth mengambil napasnya dalam-dalam, ia segera menjelaskan sangat detail pada cewek itu kejadian kemarin. Dari ia bertemu dengan Kenneth, sampai Anneth yang di bentak cowok itu. Jelas Anatasia terlihat murka saat mendengarnya. Asap seakan keluar dari lubang telinga dan kepalanya.
"Anjir!! Pokoknya kita harus nemuin tuh cowok sekarang, Neth! Gak bisa di biarin. Itu sama aja kayak ngerendahin lo tau, gak!?" kata Anastasia emosi.
"Waahh.., jangan gitu, Ta! Ntar malah nambah masalah aja. Apalagi tuh Kenneth banyak fans-nya, lu mau di serbu?" tolak Anneth.
Anastasia menggaruk kepalanya, ragu. "Enggak sih...,"
Anneth menggangguk, "Mending kita pilih cara lain, gitu. Jangan pake kekerasan,"
Cewek itu menggeleng kuat, "Ah, lu Neth. Udah di sakitin, masih aja baik. Kalo cowok, gak bisa tau di omongin. Harus di kasarin, biar ngerti!" Anastasia tiba-tiba berdiri dari kursihnya, hendak keluar kelas. Tapi Anneth terlebih dulu menarik tangannya, membuat langkahnya terhenti. "Apa?"
"Lu aja ya, gue gak ikutan. Males gue ketemu tuh cowok, bikin ilang mood aja," beritahu Anneth.
"Yaudah. Lu tunggu disini ya, tunggu gue balik."
"Oke. Hati-hati, Ta! Awas ntar di ma'am!" pesan Anneth sambil terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
NETH
Teen FictionKalau Anneth seperti cherry. Kenneth adalah daunnya. "Gue gak mau persahabatan ini hancur, Neth." nb. sori itu covernya typo heheh