"Kok lo gak ngasih tau sih, kalo gebetan lo itu anak nakal?" tanya Anastasia kesal, tapi suaranya tetap pelan.
Aku mengangkat bahu. Aku juga tidak tahu, seingatku Kenneth dulu masih polos, tidak banyak tingkah, lembut, dan perhatian. Tidak seperti sekarang, entah kenapa sekarang sifatnya berubah drastis. Apa yang membuat cowok itu berubah? Aku jadi ingin tahu.
Anastasia melambai-lambaikan tangannya padaku, membuat lamunanku buyar. "Ih, kok malah bengong? Jadi kita gimana nih? Daritadi gak di peduliin, padahal kan asik kalo mereka bisa di ajak ngobrol bareng," katanya, aku tahu cewek itu tidak suka suasana canggung.
Tapi karena suara Anastasia yang lumayan besar. Membuay salah satu cowok yang duduk di sebelah kami menghentikan obrolan dengan kedua temannya. Cowok itu meletakkan sendok dan garpu di piring, lalu menoleh padaku dan Anastasia bergantian. Ia tersenyum, sepertinya ia mendengarnya.
"Sorry, gue lupa memperkenalkan diri ya?" katanya, lalu dapat pelototan dari Kenneth di sampingnya. Tapi ia menghiraukannya.
"Panggil aja gue Erpan. Yang sebelah kiri gue; Alan, dan sebelah kanan gue ....," perkataan Erpan terputus, ia menatap Kenneth sebentar. "Gak mungkin lo berdua kagak tahu," lanjutnya beralih menatap kami lagi.
Anastasia tiba-tiba berdiri, membuat aku bertanya-tanya.
"Salken, gue Anastasia. Sebelah gue Anneth. Tapi kayaknya kita gak bisa ngobrol panjang ya? Waktu istirahat udah mau habis," kata Anastasia ikut memperkenalkan diri, lalu menatapku. Tatapannya seakan mengajakku untuk pergi dari sini, dan aku menggangguk saja.
Aku dapat melihat dari sudut mataku, ketiga cowok itu terus memperhatikan kami sampai kami benar-benar keluar dari kantin.
"Dasar cewe, mana ada istirahat mau abis. Masih setengah jam lagi padahal," kata Erpan lalu terkekeh pelan.
"Gak lucu lo," balas Kenneth yang sepertinya kesal.
Erpan tidak peduli dengan balasan Kenneth, ia malah menghadap Alan yang sibuk makan di sebelahnya. "Lu gak tertarik tuh ama Anastasia? Bukannya dia tipe lu banget?"
Alan menjawab tanpa menoleh, "Gak."
***
Rasanya aku lebih memilih berbaring di lapangan, terlalu melelahkan mengejar cewek gila di depanku ini. Kenapa ia senang sekali berlari, kenapa tidak berjalan santai saja? Mungkin kalau Anastasia ikut lomba lari, ia akan juara satu. Mengingat ia pintar sekali lari, dari kenyataan.
"Woi, Neth! Kok diem?" tanya Anastasia yang sepertinya menyadari aku berhenti, tidak mengikutinya.
"Capek gue, lu ngajak gue olahraga mulu," balasku setengah ngos-ngosan. Ku taruh kedua tanganku di lutut, membuat badanku jadi sedikit membungkuk sekarang.
"Ah gitu aja ca-
"AWASSS BOLAA!!!" teriak Anastasia tiba-tiba. Membuatku panik, dan spontan menoleh ke belakang. Dan pas sekali, bola basket itu mengenai keningku. Aku jadi kehilangan keseimbangan untuk kedua kalinya hari ini. Aku bisa melihat walaupun samar, Anastasia yang berlari kearahku.
"Lo gapapa? Gapapa kan? Apanya yang sakit?" aku bisa tahu, Anastasia pasti sangat mencemaskanku, terlihat jelas dari nada bicaranya. Dan terkutuklah wahai anak yang melempar bola padaku barusan, karena Anastasia sedang tidak mood hari ini.
"WOI!! LO MAEN PAKE MATA APA BOKONG?!" teriak Anastasia pada anak yang sepertinya tidak sengaja melempar bola itu kearahku.
Karena malas mendengarnya, aku lebih baik tidur saja. Lagipula pusing di kepalaku sudah tak bisa kutahan lagi. Bola basket itu sudah mengenai kepalaku dua kali untuk hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NETH
Teen FictionKalau Anneth seperti cherry. Kenneth adalah daunnya. "Gue gak mau persahabatan ini hancur, Neth." nb. sori itu covernya typo heheh