Maksudnya ucapan-ucapan cowok itu dulu apa? Hanya untuk membuat nge-fly dirinya? Seakan bilang hatinya hanya terisi nama Anneth seorang. Anneth kira, Kenneth masih mengingatnya. Dan menyuruh cewek itu untuk kembali ke sisinya. Tapi sepertinya Anneth terlalu sering menonton kartun, malah cowok itu sendiri yang menyakiti hatinya. Muncul di depan Anneth dengan muka tak bersalah. Terlalu sakit mencerna semua ini, karena Anneth sendiri tidak mengerti apa maksudnya.
Kalau boleh, Anneth ingin menampar muka Kenneth saat itu. Tapi tangannya seakan beku, yang ada hanya air matanya yang memaksa keluar.
***
Tiga jam yang lalu...
"Kan gara-gara lu, Ta! Kehilangan jejaknya kan kita?!!" kesal Anneth sambil mengusap rambut panjangnya ke belakang. Sudah hampir satu jam ia dan Anastasia mengintari mall itu, tapi batang hidung cowok itu belum juga kelihatan.
"Daripada gue pipis disini? Lu mau tanggung jawab?" balas Anastasia ikut kesal. Padahal itu tidak sepenuhnya salahnya, ia hanya ke toilet sebentar. Harusnya Anneth tetap membuntuti Kenneth dengan cewek asing itu.
Anneth memutar bola matanya, pura-pura tidak dengar. Tidak ada gunanya juga adu bacot dengan Anastasia, hanya membuat suasana tambah keruh saja.
"Yaudah, kita pencar?" usul Anastasia beberapa detik kemudian. Anneth menoleh, seketika matanya berbinar. "Tumben pinter?"
Anastasia mengangkat bahu, "Lu ke sana, gue ke sana! Nanti ketemuan di depan pintu masuk! Mau?"
"Pintu masuk mana?"
Anastasia berpikir sebentar, "Pintu masuk west!"
"Oke!"
Keduanya pun berpisah. Anastasia menuju lantai atas, dan Anneth ke lantai bawah.
Anneth terlihat fokus mencari keberadaan Kenneth dengan cewek asing itu. Rasa penasarannya lebih tinggi, daripada rasa capeknya. Padahal sudah hampir tiga jam, ia dan Anastasia hanya jalan mengintari mall. Menunggu ketidakpastian.
Saat cewek itu berdiri di dekat dengan pintu keluar. Ia samar-samar melihat cowok bertopi dengan baju yang sama seperti yang ia lihat beberapa jam yang lalu. Itu jelas Kenneth. Masih setia bergandengan dengan seorang cewek yang tak di kenalinya.
Anneth pun pura-pura membeli ice cream yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Hanya untuk melihat muka cewek di sebelah Kenneth itu, siapa tau ia mengenalnya.
"Halo dek, mau beli apa?" tanya pelayan ice cream itu. Anneth diam tak menjawab, sibuk menggerak-gerakkan kepalanya kesana kemari. "Dek?"
Cewek itu terbelalak, "Eh iya, mbak. Mau beli choco chip-nya aja, satu scoop ya mbak,"
"Baik, mohon di tunggu sebentar,"
Dalam hati, Anneth merasa was-was melihat Kenneth dan cewek itu mulai berjalan melewatinya. Ia barusan melihatnya. Anneth melihat jelas muka cewek itu.
Tidak salah lagi. Cewek itu satu sekolah dengannya, tapi beda kelas. Anneth mengenalnya. Cewek yang famous di angkatan mereka karna suaranya yang bagus itu, walaupun mukanya biasa-biasa saja.
Anneth terlalu lama melamun, sampai tidak sadar Mbak pelayan ice cream beberapa kali memanggilnya. "Dek! Dek! Dek! Dek!! Woi, dek!!"
Anneth terperanjat kali ini, ia mengelus-ngelus dadanya karena kaget. "Yaampun mbak, santai aja napa,"
"Adeknya sih daritadi gak denger,"
Anneth nyengir kuda, "Maap mbak, lagi nyari orang soalnya,"
Mbak itu mengangguk, "Ngeliatin cowok bertopi tadi ya dek? Yang sama pacarnya? Hehehe,"
"Mbak tau darimana itu pacarnya?" tanya balik Anneth, terlihat tidak senang mendengar kalimat itu.
"Ya gak mungkin saudaraan kan, dek. Mana mesrah begitu, pegangan tangan," jawab Mbak itu sambil mengikuti arah pandang Anneth.
"Kan bisa aja sepupuan, mbak!!" balas Anneth meninggikan nada suaranya.
"Yaudah, yaudah. Terserah lu dek, mbak cuma mau bilang. Jangan mau stuck di masa lalu, masa depan lu tuh masih panjang. Dan pasti lebih indah,"
"Hah?" Anneth melongo tidak mengerti. Tidak ada satupun kata mbak itu yang bisa di cerna otaknya.
***
Anneth melanjutkan kembali aksinya. Membuntuti Kenneth dan Syahla-cewek asing yang ternyata ia kenal itu. Ternyata keduanya menuju parkiran mobil, dan tak mungkin Anneth mengikutinya. Parkiran mobil yang di ruangan terbuka itu, hanya akan membuat dia tertangkap basah nanti.
Punggung kedua pasangan itu menghilang di pandangannya. Di tutupi ribuan-ribuan mobil yang terparkir disana. Anneth dengan setia menunggu sampai ada mobil yang lewat di depannya, karena pintu keluar mall itu pas dengan tempatnya sekarang berdiri. Siapa tau ia akan melihat mobil cowok itu.
Tanpa Anneth sadar, Kenneth berjalan ke arahnya. Raut wajahnya terlihat penasaran campur jengkel, cowok itu menyentuh pundak Anneth. "Woi!"
"Nasi goreng Mbak Jeni ENAAKKK!!" reflek Anneth kaget. Lalu ia menoleh ke belakang, malah tambah kaget. "Kenneth?" ucapnya tak sadar. Anneth cepat-cepat menutup mulutnya.
"Ngapain lu ngikutin gue?" tanya Kenneth dengan nada datar. Hati Anneth seketika teriris, mendengar panggilan gue-lu dari cowok itu. Salah satu bukti Kenneth sudah melupakannya.
"Idihh.., siapa yang ngikutin elu? Gue lagi nunggu jemputan kali," kata Anneth membela diri, walaupun ia sedikit gelagapan mengatakannya.
Kenneth terkekeh pelan, "Bukannya gue gatau lu daritadi ngikutin gue," alis cowok itu naik yang membuat Anneth menelan ludahnya. Apalagi yang bisa di jadikan cewek itu alasan sekarang?
"Mungkin ketidak sengajaan," kata Anneth lagi.
"Gausah ngeles-ngeles dah lu, ngikutin gue kan?"
"GAAKKK, YA!!!" balas Anneth meninggikan suaranya.
"Gue gak suka di ikutin, jadi jangan ngikutin gue," tekan Kenneth padanya. Membuat hati Anneth kembali sakit.
Mana Kenneth yang dulu? Yang selalu bicara lembut padanya, yang selalu memanggilnya dengan aku-kamu, yang selalu khawatir padanya, yang selalu menampilkan senyumnya setiap hari, yang selalu menunjukkan kedua lesung pipinya, pada Anneth seorang. Anneth rindu masa-masa itu. Ingin ia bertanya cowok itu darimana saja, kenapa tidak sedikit pun mengabarinya. Harusnya Anneth yang marah saat ini, kenapa malah cowok itu?
"Lu berubah banget ya, Neth," lirih Anneth, matanya mulai berkaca-kaca. Tak peduli dengan tatapan bingung Kenneth padanya sekarang. "Lu darimana aja sih? Gue selalu nungguin lu pulang, tapi sekarang lu aja gak inget gue siapa," lanjut Anneth sambil membiarkan air mata itu keluar.
Kenneth terlihat kebingungan dengan reaksi Anneth, kenapa cewek itu malah menangis? Perasaan dirinya sudah mengatakan dengan sehalus mungkin bahwa dirinya memang tidak suka di buntutin oleh siapapun. "Maaf kalo gue kasar, tapi-"
Perkataan itu belum selesai, tapi Anneth sudah berlari meninggalkannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
NETH
Teen FictionKalau Anneth seperti cherry. Kenneth adalah daunnya. "Gue gak mau persahabatan ini hancur, Neth." nb. sori itu covernya typo heheh