Sepulang dari sekolah tadi, Anastasia masih tidak berhenti menangis. Ia tentu tidak menerima uangnya habis tak bersisa. Semuanya memang bukan salah Syahla, salah cewek itu sendiri yang lupa menaruh kartu pelajar di dompetnya.
Anneth menepuk-nepuk pundak Anastasia untuk menenangkannya, "Udah, udah, mungkin bukan rezeki elo,"
Saat itu keduanya berada di kamar Anastasia, di atas kasur tepatnya. Tapi Anastasia sedari tadi tidak bergerak masih setia menunduk, menangis.
"Makan yuk? Lo belum makan kan?" ajak Anneth, berharap Anastasia kembali ceria lagi sehabis makan nanti.
Anastasia menggeleng. Membuat Anneth geram.
"Ayo dong...! Nanti abang lo khawatir," ajak Anneth lagi.
"Gamau, Neth. Gue gak napsu makan," tolak Anastasia tanpa menatapnya, cewek itu masih setia menunduk.
"Angkat kepala lo, coba liat ke jendela," suruh Anneth yang akhirnya Anastasia menuruti ucapannya.
Terlihat jelas dari jendela yang terbuka, langit malam yang bertaburan bintang saat itu. Terdapat juga bintang yang bersinar lebih terang dari yang lainnya, bersebelahan dengan bulan sabit yang tak kalah terangnya. Anastasia terdiam sambil menatap langit, langit berhasil menghinoptisnya.
"Udah mendingan?" tanya Anneth memastikan.
"Udah," jawab Anastasia cepat.
"Ayo ke bawah, abang lo udah nunggu daritadi."
Lalu dengan bergandengan tangan, keduanya turun ke bawah. Sudah ada Tante Febi-Mami Anastasia, dan Om Jev-Papinya. Tentu juga Bang Rio yang seketika berseru melihat kedatangan adik tercintanya. "Akhirnya bisa makan yaallahh..,"
Anastasia terkekeh, duduk di kursih berhadapan dengan Rio. Sedangkan Anneth di sebelahnya. "Lebay lu bang!"
Febi tersenyum kearah Anneth sambil mengambil satu sendok nasinya untuk di taruh ke piring cewek itu, "Makasih ya Anneth, udah bujuk Sia buat makan. Tante takut nanti bisa-bisa Sia gak makan sebulan saking keras kepalanya," ucap Maminya Anastasia sangat berterimakasih.
Anneth balas tersenyum, "Gapapa kok, Tan. Tapi Sia siapa, Tan?" lanjutnya lalu bertanya.
Anastasia langsung menaruh jari telunjuknya di tengah bibir, sambil memandangi maminya, "Kok Mami manggil gue Sia, sih? Ntar Anneth ikut-ikutan Mi," protes cewek itu kesal.
Sedangkan Jev dan Rio sedang memakan makan malam mereka, sambil menikmati percakapan ketiga cewek di depannya.
"Oh Sia toh, nama lu di rumah. Tapi gue udah nyaman manggil lu 'Ta', sih," balas Anneth sambil berpikir.
"Nah, gapapa. Panggil aja kayak biasa,"
"Padahal Sia itu nama yang imut loh," nimbrung Febi, Mami Anastasia sambil tertawa.
Anastasia cemberut.
***
Waktu tak terasa sudah menunjukkan pukul 9 malam. Saatnya Anneth untuk pulang ke rumah, karena takut Mamanya akan khawatir padanya. Mana ponsel cewek itu mati, jadi tidak bisa mengabari Mamanya.
Anneth dengan cepat membereskan barang-barangnya di kamar Anastasia setelah makan malam usai, sebelum berlari ke ruang keluarga sambil membawa tas ransel di punggungnya. Menemui Anastasia disana.
"Ta, gue harus pulang nih," mendengar suara Anneth. Jev, Febi dan Rio pun ikut menoleh.
Anastasia menatap Anneth, "Gak mau nginep aja? Besok libur loh," sarannya sambil sesekali melihat jam di dinding.
Anneth dengan cepat menggeleng, kasian Mamanya akan tinggal sendirian di rumah nanti. "Mama gue sendirian, gue gak bisa," tolaknya.
Saat mendengar balasan Anneth, terlintaslah satu pertanyaan di benak Febi. "Papa kamu emangnya belum pulang?" tanyanya. Tapi langsung merasa tidak enak saat melihat raut muka datar Anneth, cewek itu tidak berniat menjawabnya entah kenapa.
"Oh maaf ya, tante gak sengaja," lanjut Febi merasa bersalah.
Anneth tersenyum, "Gapapa tante,"
"Yaudah ayo, gue anterin lo ke rumah bareng Bang Rio," ajak Anastasia kemudian. Cewek itu pergi mengambil kunci mobil di meja, lalu kembali menghampiri Anneth. "Barang lo udah di ambil semua?"
Anneth mengangguk.
"Ayo bang!" lalu Anastasia beralih menatap Rio yang tertawa sendiri di depan TV. Dahi cowok itu mengerut saat namanya di sebut, "Kok gue?"
"Jadi lo ngebiarin adik lo ini pulang sendiri?" tanya Anastasia dengan wajah pura-pura sedih.
Rio jadi merasa tak enak, "Yaudah," cowok itu bangkit mendekati Anneth dan Anastasia di tempatnya. Anastasia tersenyum puas.
Anneth menyalami tangan Tante Febi dan Om Jev sebelum masuk ke mobil. Anastasia mewakili keduanya pamit pergi.
"Hati-hati yaaa..," pesan Febi sebelum mobil sedan mereka hilang dari pandangan.
***
"Makasih ya Ta, sama Bang Rio juga, udah nganterin," ucap Anneth tersenyum setelah sampai di depan pintu pagar rumahnya.
"Sama-sama," balas Rio.
Anastasia mengangguk, "Sana lo masuk!"
Lalu Anastasia pun masuk ke dalam rumahnya. Ia segera menekan bel, lalu keluarlah wanita yang ia tunggu-tunggu. Anneth memeluk Katrine dengan erat, melepas rasa rindunya. Karena tidak bertemu Mamanya seharian.
"Habis darimana, anak Mama gak ngasih kabar bakal pulang malem, hm?" tanya Katrine lembut, sambil mengunci pintu.
Anneth melepaskan sepatunya lalu menaruhnya di rak sepatu. "Ada masalah bentar tadi, makanya lama,"
Katrine jadi penasaran, "Masalah apa?"
"Ceweknya Kenneth ngambil dompetnya Anastasia," jawab Anneth cepat. Ia lupa kalau Mamanya tidak tau siapa Kenneth.
Anneth baru tersadar dan cepat menatap wajah Mamanya yang kebingungan. "Maksudnya tadi ada cewek yang ngambil dompetnya Anastasia, Ma," koreksinya.
Katrine mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, "Terus sekarang udah ketemu dompetnya?"
"Udah,"
"Emang kenapa ada yang ngambil sih. Bukannya SPP di sekolahmu itu mahal Neth? Pasti isinya orang kaya semua, tapi kenapa masih suka mencuri ya?" tanya Katrine tidak mengerti, ada apa dengan jalan pikiran anak jaman sekarang.
"Anneth juga gak tau, Ma. Capek nih, Anneth ke kamar dulu ya. Hari ini Anneth boleh tidur sama Mama ya?"
"Haha, oke-oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
NETH
Teen FictionKalau Anneth seperti cherry. Kenneth adalah daunnya. "Gue gak mau persahabatan ini hancur, Neth." nb. sori itu covernya typo heheh