rencontre

493 41 4
                                    

Jakarta 2014

"Hai? Gendis duduk di sini boleh?" Ucap wanita itu terhadap pria mungil berseragam putih biru.

"Terserah," jawab pria itu acuh.

"Gue Gendis, lo siapa??"

"Genan."

"By the way, Nan. Gue baru pertama kali sekolah di Jakarta."

"Gua ga nanya," tukas pria itu dengan nada acuhnya.

"Rumah lo dimana, Nan?"

"Kepo amat kenapa sih?"

"Ya... Karena lo temen gue satu-satunya di sini, jadi gue mau lebih kenal sama lo."

***

"Gak ada yang minta lu jadi temen gua juga." Lagi-lagi pria itu masih ketus.

Aku yang mendengar kalimat waktu itu seketika terdiam, sakit sih!
Tapi gak papa, namanya juga baru kenal hehe.

Gak lama kemudian kakak-kakak OSIS akhirnya datang.

"Hai adik-adik gimana nih masih semangat gak??" Ya kurang lebih seperti itulah basa-basi mereka.

Ku perhatikan Genan diam-dia, dia sama sekali gak tertarik sama kegiatan MOS waktu itu. Mukanya tetap aja jutek!!

"Masih kak!!!" Para murid serentak menjawab dengan nada yang sangat semangat terkecuali Genan.
Si pria super duper jutek yang butuh tenaga ekstra kalo mau ngomong sama dia.

"Yaudah adik-adik biar kita lebih akrab kalian kenalan satu-satu dulu ya, dari yang paling kanan." Kakak OSIS itu kini memberi arahan untuk peserta didik baru yang berada di kelas itu.

Sekarang giliran Genan, awalnya Genan terlihat acuh. Tapi tetap saja dia tidak dapat menolak permintaan dari kakak seniornya tersebut.

"Nama gue Genandra Atmaja, panggil aja Genan." Tak lama banyak sorakan dari wanita-wanita di kelas. Ya, Genan memang lumayan tampan sih... Tapi ini kan masih pada bocah kenapa udah pada tau mana yang ganteng mana yangg engga? Dasar generasi micin!!

Kini giliran ku untuk memperkenalkan diri, gak tau kenapa aku sedikit gugup. Cuma ya aku harus berani, udah jadi anak SMP!! Gaboleh cemen lagi!!

"Halo, namaku Geana Dista Syazeva, panggil aja Gendis." Aku tersenyum semanis mungkin.

"Nama lu kok gak nyambung?" Ucap pria jutek itu siapa lagi kalo bukan Genan.

"Eh lo ngomong sama gue?" Dengan ekpresi bingung sembari nengok ke kanan dan kiri ku.

"Ya menurut lu aja Geana?" Kini Gean kecil membalikan wajahnya ke arahku.

"Jadi gimana mau temenan sama Gendis gak, nan?" Kini aku mulai mengangkat jari kelingkingku tepat di hadapannya.

"Boleh, tapi gua manggil lu Nana aja biar gak ribet gimana?"

"DEALL!!" Tanpa aba-aba aku segera mengaitkan jari kelingkingku dengan jari kelingking miliknya dengan pertanda bahwa hari ini kami resmi berteman!!

GenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang