lembar ke tujuh

172 21 2
                                    

***

"Gua minta maaf na, gara gara gua lu kayak gini" ucap genan sembari menyuapi Gendis bubur yang di beli pria ber almet tadi.

Gendis hanya mengangguk, bete sih tapi mau bagaimana lagi toh smuanya sudah terjadi jika Gendis menuruti emosinya maka itu sangat terlihat kekanak-kanakan

Kringg...

Bel masuk kini tengah berbunyi ,30 menit di habiskan untuk menemani gendis terasa begitu singkat,rasanya Genan tidak ingin meninggalkan Gendis sendirian demi masuk ke dalam kelasnya itu.

"Ke kelas gih nan ,udah bel "

"Ga ,gua mau nemenin lu " genan terlihat menaruh mangkuknya ke atas meja

"Gue mau masuk kelas ini nan,masa lo mau di sini sendirian kuker amat bego! "

Genan hanya menatap gendis tanpa menjawab ocehan ocehan gendis

"yaudah gua anterin ke kelas lu"

"Nan kayak anak TK ajasih pake di anterin segala" jawab Gendis sembari tertawa karna melihat tingkah sahabat satu satunya itu.

"Ya suka suka gua lah " terdengar ketus ,tapi tak apa memang ciri khas seorang Genandra Atmaja jika ketus
Jadi Gendis sudah tidak heran lagi.

Genan mengambil sepatu Gendis yang berada di bawah ranjang milik UKS tersebut
Dan memberikan sepatu tersebut kepada pemiliknya.

"Makasihh peka banget deh Genan" ledek gendis dengan ekspresi wajah yang super duper gemesin!!!
Tapi nihil, raut muka Genan tetap saja masih datar.

Memperhatikan Gendis diam diam,mungkin adalah hobi Genan sejak pertama kali mereka bertemu.
Seorang perempuan yang berhasil membuat Genan tertawa untuk pertama kalinya
Seorang wanita yang berhasil membuat Genandra Atmaja menjadi sosok pria yang sangat cerewet
Siapa lagi kalo bukan Gendis.

"Buruan naik sini " Genan berjongkok tepat di depan Gendis

"Eh mau ngapain,kok jongkok sih nan ?" Gendis terlihat bingung perihal tingkah Genan

"Mau berak "

"Kok disini sih ngaco lo anjir! "

"Ya enggak lah na,sini naik buruan gua gendong"

"Ih apasih nan,gak ah gue bisa jalan sendiri"

"Buruan elah naik ,kayak ama siapa aja sih lu"

"Kenapasih lo tuh slalu merlakuin gue kayak anak TK nan " Gendis mendengus kesal sembari di gendong Genan

Genan tetap tidak merespon dengan ocehan ocehan Gendis

"Kalo di ajak ngomong gini pasti jadi patung huftt" bukan Gendis namanya kalau tidak terus terusan mengoceh sendiri walaupun tidak di respon genan

"Genan ya?" Suara wanita asing yang tidak di kenal mereka kini menghentikan langkah Genan yang sedang menggendong Gendis

Genan hanya menaikan alis sebelah kanannya

"Gue Tania ,temen SD lo dulu " wanita yang bernama Tania tadi terlihat mengulurkan tangannya "Lo inget gue ?" Sambung Tania.

"Ga " ucap Genan cuek kemudian meninggalkan Tania dan segera menuju ke kelas Gendis.

"Duluan ya Tania" teriak Gendis dengan senyuman ramahnya.

Tania yang semula menunduk karena respon Genan ,kini terlihat tersenyum dan melambaikan tangannya akibat melihat betapa ramahnya Gendis.

Tidak heran lagi melihat tingkah sahabatnya yang satu itu, jika orang lain belum mengenal Genan pasti berfikir jika Genan itu tidak memiliki sopan santun.

"Nan itu temen SD lo?
"Kenapa emang ?"
"Ya gapapa sih tanya aja"
"Gua gak kenal dia na, SD aja gua gapunya temen, lebih tepatnya gua males punya temen" jawab genan malas

"Nan jangan gitu lagi,kita tuh makhluk sosial tau harus punya temen"

"Kan gua punya lu na " Genan tersenyum melihatkan gigi kelincinya kepada sahabat satu satunya itu.

"Ih tapi tuh-" ucapan Gendis terhenti karena Genan menurunkan Gendis di depan kelasnya

"Udah sampe ,jangan kecapean na" Genan mengusap kepala Gendis dengan lembut dan kemudian pergi menuju kelasnya.

GenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang