lembar ke empat belas

118 15 2
                                    

Gendis masih senyum senyum sendiri perihal kejadian kemarin.
Bagaimana tidak senang? novel yang di inginkannya di belikan oleh Seno.

namun,perkataan Tania tadi membuat Gendis berfikir kado apa yang cocok untuk Genan.
Kalo masalah mengingat Gendis itu memang payah jadi sangat dimaklumi jika dia lupa dengan ulang tahun Genan.

"Pah bisa bikin kue gak?"

"enggak ,kenapa emang?"

"Mau bikin kue buat Genan"

"Loh emangnya kapan genan ulang tahun?"

"Lusa pah"

"Kenapa gak beli aja?"

"Niatnya mau bikin sendiri biar spesial"

"cie ,anak papah udah gede nih"
Bramesta menarik hidung putri satu satunya.

"Apasih pah" gendis senyum senyum sendiri dan segera berlari ke kamarnya.

Gendis menjatuhkan tubuhnya ke kasur
Sebagian diri gendis seperti hilang ,dia rindu Genan bahkan sangat rindu.
Kapan Genan akan kembali ke Jakarta dan kembali bersama Gendis?
Gendis ingin sekali merasa egois.
Menarik paksa Genan pulang ke Jakarta untuk menemani waktu-waktu hampanya.

Gendis membuka ponsel ,melihat layar yang sama sekali tidak ada notif pesan dari Genan.

Gendis rindu saat bermain hujan dengan Genan,gendis rindu di belikan novel oleh genan ,gendis juga rindu perihal sikap lucu Genan kepadanya.
Intinya Gendis rindu Genan.

                                ****
Ini sudah hampir seminggu Genan di Lampung bersama keluarganya , lantas ulang tahun Genan adalah lusa
Jika Genan belum juga balik ke Jakarta maka benar saja! Bahwa Genan tahun ini tidak merayakan ulang tahunnya bersama Gendis

Gendis benar benar bertekad  membuat kue untuk Genan.
Ide cemerlangnya pun berfungsi, ia segera menelfon Seno ,satu satunya pria yang kini ia andalkan selain Genan.

Banyak yang bilang jika Seno itu pandai sekali memasak, maka dari itu Gendis segera menghubungi pria itu.
Berharap jika Seno akan mengajarinya resep resep kue terenak di dunia !

Seno pun tidak menolak,justru dia sangat senang dan merasa sangat bahagia ketika gendis menelfonnya dan meminta bantuannya.

Seno segera bergegas ke rumah Gendis.

Tidak biasanya Seno memakai baju yang terlihat sangat rapi ,dengan setelan kaos oblong hitam dan celana jeans ,padahal ia hanya kerumah Gendis dan mengajari Gendis membuat kue,namun memperhatikan penampilan penting bagi Seno, apalagi di depan wanita yang ia sukai.

Tak sampai 20 menit Seno sampai di depan rumah Gendis ,beruntungnya Seno kali ini ,karena aktivitas di jalan sangat lancar.
Padahal biasanya sangat macet maklum namanya juga tinggal di ibu kota wajar saja sangat bersyukur jika aktivitas lalulintas sepi.

Ning... Nong.....

Gendis segera membuka pintu ,wanita kini tengah memperhatikan penampilan Seno dari atas hingga bawah.
Bagaimana tidak heran, hanya mengajari Gendis memasak saja Seno benar-benar berpenampilan sangat rapi .

"Widih ganteng amat mas,mau ngapel siapa nih" ledek Gendis.

"Bukan mau ngapel mbak tapi mau ngepel " Seno hanya membalas candaan Gendis.

Mereka berdua terus tertawa di depan pintu,hingga akhirnya Gendis menarik tangan Seno untuk segera kedapur ,khawatir jika di tunda lagi maka waktu yang terbuang sangat banyak .

Sesampainya di dapur Gendis segera mengeluarkan bahan-bahan dari kulkas yang di butuhkan untuk memasak kue namun ada beberapa bahan yang harus mereka beli.

"Yah ada yang " kurang maksud Gendis.

Seolah mengerti Seno mendekat dan bertanya kepada Gendis

"Apa yang kurang ndis?"

"Terigu kak, abis" Gendis mengerucutkan kan bibirnya pertanda kini ia tengah kecewa karena terigu yang ingin ia gunakan justru malah sudah habis.

Seno mengusap kepalanya ,menatap dengan lekat dan tersenyum seolah  berbicara "tidak apa apa" lewat  manik mata Gendis.

Gendis mengalihkan tatapan Seno ,bisa-bisa ia mati karna serangan jantung mendadak jika terus di lanjutkan.

Letak lokasi pasar tidak jauh dari rumah Gendis,maka Gendis menyarankan untuk menggunakan sepeda daripada motor Seno ,itung-itung mengurangi tingkat polusi bukan?

Seno pun hanya menurut dengan perintah Gendis, toh justru membuat peluang besar Seno untuk lebih dekat dengan Gendis.

Seno segera mengambil sepeda gendis dan menghampiri Gendis.

"Eh Abang ojek,anterin Gendis ke pasar dong bang!" ledek Gendis

"Bayar neng"

"Buat saya gak geratis nih bang?"

"Karena cantik, oke deh geratis "

Gendis tertawa sekencang kencangnya tanpa ia sadari ada yang sibuk melihat aktivitas Gendis dan Seno dari tadi.

Seno melingkarkan tangan gendis di pinggang ,takut jika wanita yang di sayangnya itu terjatuh dari sepeda.

"Biar ga jatoh ,oke neng cantik?"
Gendis hanya tertawa dan menyenderkan kepalanya di punggung Seno karena di rasa nyaman.

                                ***
Genan baru saja tiba dari Lampung ,akhirnya dia kembali ke kota yang sangat ia rindukan itu.
Dia sangat ingin bertemu dengan Gendis ,ya karena beberapa hari sudah tidak bertemu dengan wanita itu, ia hendak menengok pemandangan dari kamarnya.
Dia membuka jendela untuk lebih puas menghirup udara di Jakarta.
Namun, ada satu titik dimana membuat hatinya sangat sakit.
Gendis yang tengah memeluk Seno dari belakang.

Patah

Hati Genan seakan terbakar bara api,ia CEMBURU.

Ternyata Genan selama ini hanya merindu sendiri.
Wanita yang dirindunya justru tertawa bersama pria lain.
Ini seperti sebuah kenyataan yang sangat menampar untuknya.


Padahal Genan sudah bersiap di saat ulang tahunnya ,dia akan mengungkapkan rasanya untuk Gendis namun jika sudah seperti ini Genan pun mengurungkan niatnya.

Apakah memang seharusnya Genan menjauhi Gendis untuk sementara agar Genan terbiasa akan kehadiran seseorang baru di kehidupan Gendis.

Genan sadar,selama ini ia hanya mencintai sendiri ,wanitanya tak lebih dari sekedar menganggapnya sebagai sahabat.

Untuk apa di paksakan jika tidak dapat mendapat cinta dari seseorang yang di sayang itu.

Genan menatap punggung sahabatnya itu hingga tak terlihat.

"Ternyata kamu ga kangen aku na" gumamnya.

Genan segera menutup tirai kamarnya,kemudian bergegas merebahkan tubuhnya di atas kasur kemudian menatap singkat fotonya bersama gendis yang terpajang di meja samping lampu tidurnya.

Genan tidak dapat berfikir jernih, ia membuang fotonya bersama Gendis ,seakan kesalahan gendis tadi sudah benar-benar membuat hatinya sangat patah.
Mungkin sikap Genan kali ini sangat berlebihan , namun percayalah ini kali pertamanya patah hati.

GenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang