lembar ke dua belas

124 17 0
                                    

"sekarang jika ku beri pilihan apa kamu akan memilih?" -seno

****

Hari ini kantin terlihat begitu ramai ,banyak para siswa yang tengah mengantri untuk membeli makanan seolah membayar rasa lapar mereka di sekolah .

"Ndis lo mau jajan apa?" Tanya Serra memastikan temannya itu ingin membeli makanan apa.

"Bakso kali ya, atau mie?" Gendis menopang tangannya di dagu ,ini artinya dia sedang bingung harus membeli apa?"

"Bakso aja ,makan mie mulu lo" ,sahut tasya

"yaudah deh" Gendis pun memanyunkan bibirnya "gue nyari tempat duduk dulu ya" sambungnya.

Tasya pun mengangguk,kemudian mereka kembali ke ativitasnya masing -masing

Gendis melihat ada tempat duduk yang kosong,letaknya ada di paling ujung sisi kanan kantin.
Gendis pun segera berlari ke sana dan segera duduk di sana.
Di sekelilingnya terlihat banyak sekali kakak kelas ,tapi mayoritas yang ada di situ mungkin kelas 12.

Sekelompok gerombolan lelaki mengahampiri gendis,mereka terlihat seperti anak nakal.
Cara berpakaiannya benar-benar jauh dari kata Disiplin. Ada yang di lipat legannya,celana pensil,sepatu warna warni,hingga baju yang tidak di masukan ke dalam celana.
Dan pastinya mereka tidak memakai perlengkapan seragam seperti dasi dan ikat pinggang.

"Ngapain lu disini?" Salah satu pria maju dan mengebrak meja yang letaknya di depan Gendis.

Gendis menelan ludah,kemudian mencoba untuk tetap bersikap biasa agar tidak terlihat lemah di depan segerombolan pria yang ada di depannya.

"Ya duduk lah" demi tuhan! Cara berbicara gendis benar benar seperti menantang.

" ANJING!! GATAU ETIKA LU " kini pria itu menarik dasi Gendis hingga posisi mereka benar benar sangat dekat ,pria itu benar benar terlihat sangat geram"

"gue gatau etika? Lebih gatau etika siapa sekarang yang berani sama cewe? Cih banci! " Gendis memalingkan wajahnya.

Bugh..

Sekarang tatapan semua orang yang ada di kantin menuju ke sumber keributan.

"Lo gapapa ?"

Gendis kaget,dia bahkan tidak mengerjapkan mata sedetikpun.

"Seno Seno ,mau sok jadi pahlawan kesiangan lagi lu? " pria itu terlihat bangkit dan mengusap darah yang ada di sudut bibirnya.

"ya gimana ya,gua juga males sebenernya berantem begini ,lu nya nyari gara gara mulu heran gua" jawab seno enteng

Bugh

"LU TUH CAPER! GOBLOK! " satu pukulan mendarat ke pipi Seno dari Raksa.

"LU YANG GANGGU CEWE GUA DULUAN BRENGSEK! "

Gendis kaget mendengar perkataan Seno ,tidak! Bukan hanya Gendis namun semua yang melihat kejadian pun ikut terkejut.
seorang Seno yang notabenenya pria paling perfect di sekolahan memiliki seorang wanita.
Jika wanitanya bak model atau artis mungkin tidak akan heran.
Namun ini? Seorang Gendis .
Siswi kelas 10 yang memiliki postur tubuh mungil dan tidak begitu cantik di akui sebagai wanitanya.

"Oh kayak gini tipe lu? " Raksa tertawa mengejek .

Seno sangat geram mendengar itu,ketika hendak menghatam Raksa tangan Gendis menahan Seno agar tidak terpancing lagi emosinya.
Karena bisa bahaya jika berlanjut ,masalahnya kini mereka sedang lingkungan sekolah.

"Udah kak mendingan kita pergi,gak usah di ladenin orang yang ngakunya punya etika tapi kelakuannya kayak orang gak sekolah" Gendis menarik pergi Seno

"Cewek sialan!" Triak Raksa yang hanya di respon senyum sinis dari Gendis.

Gendis benar benar lega karena sudah keluar dari atmosfer gila seperti tadi.

"Kakak gapapa kan?

"Santuy"

"Itu berdarah kak" gendis mengeluarkan tissue dan di berikan kepada Seno"maaf ya kak jadi bikin keributan kayak gini" sambungnya.

"Gak sepenuhnya salah lu kok,gua juga kebawa emosi" Seno tersenyum.

"Gue gatau kak,gimana nasib gue kalo gak ada elo" gendis benar benar pasrah tadi.

"Tapi tadi lu berani tuh gua liat" Seno mengacak-acak rambut Gendis

"Pura-pura berani aja,biar gak makin di injek-injek hahahaha" Gendis tertawa terbahak-bahak.

"Gua juga mau minta maaf ndis"

"Untuk?"

"Ngaku ngaku lu cewek gua" Seno menunduk

"Gapapa kali kak,niat lo juga baik"

"Kalo misalnya gua ajakin lu jadi cewek gua beneran ,mau?"

"Ndisss ... dari mana aja sih lo , tadi gue denger ada ribut ribut di kantin lo gapapa kan?" Tasya benar benar terlihat sangat khawatir ,pasalnya tadi Gendis langsung menghilang begitu saja.

"Astaga ,gue baik-baik aja sya"

"Yaudah yuk ke kelas" ajak Tasya

"Okee" jawab gendis "kak aku duluan ya,makasih sekali lagi" Gendis berpamitan kepada Seno.

GenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang