Tetap Berusaha

97 9 2
                                    

"Ibu banyak yang ku sembunyikan pada mu tentang perasaan ku tapi aku tidak sanggup mengungkap kan nya , kuharap suatu hari kau mengerti hati ku ~ i love you"

Sekolah baru ku sangat ramai meski sekolah ini bukan sekolah elit yang biasa di tinggali anak pejabat tinggi.

Aku sendiri masuk ke sekolah ini bukan melalui jalur prestasi seperti adik ku ,yah aku bukan dia terkesan bohong tapi itu fakta nya aku di sini hanya karena keringat ibu ku yang bersusah payah menyekolah kan ku.

Aku sendiri merasa sedih dan tidak berguna bagi nya tapi bagaimana pun aku berusaha aku tidak bisa seperti adik ku yang bersemangat dan tidak menyusahkan ibu ku.

Otak ku ini tidak mencapai kadar yang tinggi hingga mungkin aku pantas di sebut sampah , sayang nya karena kata-kata tersebut lah aku ingin berusaha lebih lagi untuk bisa setara dengan mereka seberapa pun sakit nya aku harus tetap bangkit dari kegelapan dan mengejar cahaya itu hingga menggapai nya.

Semua orang berseri dan menyambut teman baru mereka begitu ceria dan mulai merasa nyaman satu sama lain .

Sedangkan diri ku hanya menunduk diantara banyak nya orang tersebut tidak ada yang bisa ku banggakan dari diriku , aku bukan si pemeran utama dalam cerita novel seorang gadis miskin yang berparas cantik nyatanya meski kulit ku putih itu hanya membuat ku tampak pucat seperti mayat hidup karena di dukung oleh tubuh ku yang kurus karena kekurangan gizi .

Akhir nya aku mengabaikan mereka mungkin dengan begitu rasa sakit ku akan berkurang , aku menyusuri lorong demi lorong untuk menemukan ruang utama dari sekolah ini , hari ini adalah pertama kali nya aku masuk dan tahun ajaran baru yang biasa nya diadakan masa pelatihan sekolah dan itu sangat menyebalkan.

Aku tau bahkan aku akan menjadi pusat perhatian sama seperti pada waktu aku smp dulu , seorang pria tegap dengan tubuh sedikit berisi memegang mic nya dan mulai memberikan arahan kepada kami untuk membawa bahan-bahan yang ia perintah kan seperti membuat name tag , pita , dan membawa alat lain nya , dan tentu saja aku tidak akan pernah membawanya.

Aku hanya akan terkena hukuman pada hari berikut nya , bukan aku tidak mau tapi bahkan mulut ku enggan memintanya kepada ibu bahkan aku merasa sangat malu kepada adik ku yang terbiasa membeli kebutuhan nya dengan uang hasih dia kerja paruh waktu.

Saat seperti itu biasa nya aku hanya bilang "sekolah ku bukan sekolah besar seperti dong bin bu jadi tidak ada yang menyuruh kita membawa persyaratan sekolah" hanya seperti itu , "HAN DONG BIN" adalah nama adikku dia sangat pintar dalam bidang apapun dia pun pintar berhemat dan membagi waktu sehingga dia bisa bekerja sambil sekolah dia dua tahun lebih muda dari ku tapi kini dirinya sudah berada di tingkat akhir masa smp nya.

Berbeda dengan ku dia mendapat kan beasiswa penuh masa smp dan sma nya dari pemerintah karena prestasi nya itu meski begitu dia tidak pernah meremehkan ku hati nya sangat tulus menyayangi ku dan menghormati ku sebagai seorang kakak.

Beruntung hari ini aku tidak banyak berinteraksi dengan banyak orang mereka pun terlalu pokus dengan orang-orang di sekitar nya sehingga siang hari terasa lebih cepat dari sebelum nya akhir nya pelatihan di bubarkan dan aku pun memutuskan untuk segera pulang untuk membantu ibu menjahit baju pesanan.

Terik matahari tidak menyurutkan semangat ku untuk segera sampai ke rumah , mungkin bagi orang lain jalan yang ku tempuh sangat jauh tapi bagi ku selama kaki kita masih berfungsi kenapa tidak memanfaat kan nya.

Akhir nya setelah satu jam menempuh perjalan aku sampai pada teras yang begitu sempit dan sepi itu tapi karena ibu rajin teras itu menjadi indah karena keajaiban tangan nya.

Aku mengetuk pintu dan ibu segera beranjak dari kursi duduk nya untuk membukan pintu untukku aku tau ibu sedang menjahit tapi dia menghentikan aktifitas nya hanya untuk menyemangati ku.

Langkah itu seakan menjadi dua sisi untuk ku ku aku merasa bersalah karna tidak pernah bisa membalas semua kebaikan ibu namun di sisi lain aku merasa senang mendapat banyak perhatian dari nya.

Wajah nya berseri sangat indah bila di bandingkan denga bunga yang sedang mekar seakan tidak sabar dirinya bertanya akan hari ku.

"Yhun-a bagaimana hari pertama mu disekolah" senyumnya semakin merekah membuat ku tidak sanggup untuk melihatkan kemurungan ku seakan sudah terbiasa aku menggantinya dengan senyuman palsu di wajah ku.

"ibu sekolah itu sangat indah meski tidak terlalu ramai kurasa aku akan betah disana". Dia lalu memeluk ku dan merangkul ku untuk akhirnya pergi memasuki rumah.

TO MY YOUTH - (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang