Bismillah

36.1K 1.5K 65
                                    

Ini Cerita baru lagi. Bertema poligami.

Enth itu klise seperti kisah poligami pada umumnya, atau tidak. Tergantung pendapat kalian.

Ngapain bikin lapak baru Ry?

Cause, ini ide ngelunjak di kepalaku. Kasihan kan kalo di diemin 😭

Terus tetangga sebelah gmn?

Masih lanjut kok!

Oya. Mamas Bara, sudah dipinang juga. Yeaayyy 😄😄 Tanpa kalian, aku hanya rumput tak bertetangga.

Oya... Ry mau ngucapin, selamat datang followers baru. Semoga kita jadi keluarga, besanan juga boleh 😂

Cusss langsung saja ya 💋💋

Nisan putih bertuliskan nama pria yang sudah menemaniku sepuluh tahun yang lalu, masih kuusap di senja jumat sore. Pahatan huruf tersebut mengagungkan pemilik jasad dalam liang yang mulai ditumbuhi rumput hijau dan bunga dahlia yang kusemai mulai menampakkan putiknya.

Semilir angin yang semakin menyejukkan sumsum tulang, tidak membuatku bergerak dari pusara itu.

Fahmi Nandakusuma.

Pacarku, cinta pertamaku.

Yang menikahiku sepuluh tahun yang lalu. Dan, memberikanku dua jagoan yang sangat mirip dengannya.

Fathan dan Nathan.

Buah cinta kami, nafas kami, kebahagiaan kami dan penyejuk mata kami.

Kini, ia telah pergi lima bulan yang lalu.

Ia pergi tak kembali. Pergi menemui-Nya.

Aku di sini, menantinya.

Bukan jasadnya. Tapi jiwanya, jiwa yang akan selalu bergumul dengan alam mimpiku.

Begitu saja, aku sudah bahagia.

Panggilan mas Deo, menyentakkan konsentrasiku. Meleburkan asa tanpa harapan yang sedang kurajut.

"Sebentar lagi hujan!"

Kupandangi pusara mas Fahmi sebelum beranjak dari pelabuhan rasaku. Air mata tak bisa kubendung, setiap kali menelusuri huruf yang merangkai namanya.

"Vi!!"

Aku berdiri, dalam hati berpamitan kepada suamiku. Jum'at depan aku akan kembali, seperti biasa.

"Fahmi juga sedih melihatmu seperti ini!" suara mas Deo mengiringi langkahku menuju ke mobil.

Kupasang seat belt sebelum mas Deo melajukan mobilnya, masih dengan omelan rutin ketika melihatku seperti ini. Sepupuku itu, tak ubahnya pengganti abang kandung.

"Jum'at depan, aku pergi sendiri saja."

"Nggak ada. Ada aku saja kamu lupa pulang!"

Air mataku kembali memaksa keluar. Kamu nggak tau Mas, gimana perasaanku. Aku bukan lupa, tapi tubuhku berat meninggalkan mas Fahmi.

Madu Iparku (Tamat- Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang