4. Dare to Dare

2.8K 342 7
                                    

"Jane, kau melihat selai cokelat ku?" Jiah memekik dari arah dapur. Sekarang aku sedang sibuk mengerjakan tugas kuliah Critical Jurnal di laptopku.

Apa maksudnya?  Apa dia lupa kalau dia sudah menghabiskannya kemarin? "Sudah habis dan tempatnya sudah kubuang ke tong sampah di depan."

Dia mengeluh dan mengambil kunci mobilnya dari dalam tasnya. Aku mengamatinya dari bilik kamar. Dia sedang tidaksabaran hanya karena selai cokelat saja.

"Aku akan ke supermarket. Kau ingin menitip sesuatu?"

Sepertinya iya. Tapi aku bingung apa yang ingin kubeli. Ah aku pikir lebih baik aku membeli permen pereda mabuk. "Permen pereda mabuk. Kau tahu kan?"

Dia memicingkan matanya sambil bertanya-tanya kepadaku. "Kau sungguh baik-baik saja kan? Apa terjadi sesuatu kemarin? V tidak macam-macam denganmu kan?"

Astaga! Aku bahkan tidak menyangka bahwa Jiah bisa memikirkan sampai kesana. "Tidak."

"Well, itu terserahmu jika kau tertarik padanya aku hanya khawatir, kau tahu."

"Iyaiya. Kau jadi pergi tidak?" Aku menggerutu karena ia tidak selesai membicarakan pria itu. Aku bahkan tidak ingin bertemu dengannya lagi. Mengingat dia berbicara bahwa dia tidak menginginkan pertemanan dariku. I hate him.

"Oke-oke."



***

Menjelang malam hari, aku sedang menonton acara televisi kesukaanku yaitu acara K-drama. Oh aku sangat suka menonton itu sampai-sampai aku bahkan terjerumus ke dalam ceritanya.

Kemudian di dalam drama tersebut sang wanita dan sang pria berciuman. Aku langsung melongo layaknya orang bodoh. Apalagi adegan disaat bibir mereka saling bergerak dan sang wanita langsung mengalunkan tangannya di tengkuk leher sang pria. Oh astaga aku bahkan malu jika Jiah memergokiku sedang serius menonton adegan ciuman.

"Jane."

Aku terpenjat kaget saat mendengar Jiah memanggilku dari arah kamar dan langsung saja aku menekan tombol power di remote secara refleks. "Ya, ada apa?"

Dia mendatangiku dan sudah berpakaian cantik dan sudah bermake up sambil memakai anting di kedua telinganya.

"Kau ikut aku ke club malam ini ya?"

Oh tidak tidak. Aku bahkan tidak ingin melihat dia disana. Dia pasti tidak menyukaiku ada disana mengingat aku sudah muntah di atas jaketnya dan dia tidak suka aku mendekatinya seperti tadi pagi di kampus.

"Tidak lagi Ji."

"Kenapa? Ayolah Jane, aku tidak mungkin pergi sendiri." dia memohon-mohon padaku dengan wajah memelasnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SINGULAR (taennie) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang