7. Be Friend or not?

2.6K 307 14
                                    

Dia menggiringku secara paksa keluar dari rumah Lili dan menghentikkan langkahnya di halaman depan rumah Lili dengan kebun bunga dan lampu tumblr yang mengait di sekitaran bunga-bunga hias.

Dia berbalik menatapku saat aku melepaskan tangannya dari lenganku yang tadinya tangannya mencengkram kuat. Dan dia melototi ku sekarang.

"What the hell?!"

"Apa? Kau ingin marah padaku? Kau yang menarikku secara paksa dihadapan mereka dan kau ingin marah padaku?!" Ucapku tak kalah kasarnya daripada dia. Dia memicingkan matanya dan raut wajah 'sudahlah mengalah saja pada wanita'.

"Apa yang ada dipikiranmu sekarang?"

"Hah?"

"Apa yang kau pikirkan saat kau melihatku menciumnya."

Mengapa tiba-tiba dia menanyakan hal itu padaku? Aku bahkan hampir melupakan kejadian itu namun ia malah membuatku membayangkan aksi mereka di dalam ruangan kosong tadi.

Aku melirik keatas sedikit kekiri dengan kikuk, mencoba menyangkal pikiranku tentang dia dan Juhyun tadi. "Tidak ada."

Dia memajukan wajahnya, terlalu dekat denganku. Apa yang hendak ia lakukan? Dia seolah-olah membaca raut wajahku.

"Kau tahu, kau tidak ahli dalam berbohong."

Sial. Aku bahkan hampir mengira bahwa ia akan menciumku disini. Aku langsung mendorong dadanya menjauh dariku. "Terserah apa katamu yang jelas jangan pernah menyeretku sesuka hatimu lagi. Itu menyakiti pergelangan tanganku, kau tahu?"

Dia menyentuh tanganku, tepat dimana ia mencengkamnya tadi, lalu ia mengelusnya pelan. "Kau mau ke rumahku?" Ucapnya masih melihat kearah tanganku.

Aku terkejut karena ia mengajakku ke apartementnya. Apa ini serius? Apa aku sudah melangka maju sekarang? Hey, Jane dia mengajakmu ke rumahnya dan ayolah kau harus mau! Itulah suara batinku.

Tapi aku mungkin harus jual mahal sedikit agar ia tahu bahwa aku sangat kesal padanya saat ini. "Untuk apa pula kau mengajakku ke rumah mu?" Dengan nada mencemoohku, aku jadi menyesal karena tidak bisa mengontrol nada bicaraku.

Dia melepaskan sentuhannya terhadap tanganku. "Terserah kau saja." dan langsung pergi meninggalkanku. Aku kira ia hendak kembali ke rumah Lili, namun ia malah berjalan kearah mobilnya. Sial, jangan pergi!

Oh tidak tidak tidak. That's not good! Aku harus cepat-cepat mencegatnya. Aku tidak ingin ia marah padaku, setidaknya jangan dulu, bahkan aku yang marah padanya saja malah mengejarnya seperti ini sial.

"Tunggu!" Aku langsung mengaitkan tanganku ke lengannya dan ia menatapku aneh sekarang.

Dengan begitu aku langsung melepaskan tanganku darinya, takut ia berpikir bahwa aku terlalu agresif. "Kau mau kemana?"

"Pulang." Jawabnya ketus tapi ia tidam bergerak kemanapun.

"Kalau begitu aku ikut. Apa ini terdengar bagus menurutmu?" Ucapku dengan pedenya sedangkan ia mengacuhkan ucapanku dan masuk ke dalam mobilnya. "Masuk." Katanya tidak sopan.

Dasar pria kasar.




***

Akhirnya kami sampai di jalan Garosu-gil, Sinsa-dong. Sebuah wilayah yang aku sukai di Seoul. Begitu banyak pepohononan berjejeran disepajang jalan dan ini membuat mataku menjadi segar walau berkendara di malam hari, tapi aku cukup menikmatinya. V tidak melihatku sama sekali, ia hanya fokus pada jalanan yang ada.

SINGULAR (taennie) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang