Author's POV
Hari ini Diva sudah boleh berangkat kuliah, sebenarnya tidak ada yang melarang Diva untuk pergi kuliah, mereka hanya menyarankan Diva untuk menenangkan diri serta menyiapkan diri setelah identitasnya dibongkar oleh Dirga. Meski begitu belum ada yang berubah secara spesifik dari diri Diva sendiri, bahkan dia tadi pergi ke kampus dengan mengendarai motornya, jika saja kedua orangtua ataupun om dan tantenya tau pasti akan dilarang tapi hari ini dia cukup beruntung.
Diva hanya menampakan wajah datarnya saat beberapa kali disapa oleh orang-orang yang berpapasan dengannya. Bahkan dia tidak menanggapi permintaan maaf yang sejak tadi didengarnya. Dia memilih mengabaikan dan menganggap tidak ada sesuatu yang terjadi selama beberapa hari ini.
"Hai," sapa Claira yang tiba-tiba sudah berjalan di sebelah Diva.
Diva tersenyum tipis. "Hai," balasnya.
"Kamu tadi berangkat sama siapa?" tanya Claira.
"Sendiri,"
"Nanti pulangnya boleh nebeng nggak? Mobilku lagi di bengkel soalnya,"
Diva berpikir sejenak. "Tapi aku naik motor Clay," katanya.
"Nggak apa-apa kok," balas Claira sambil tersenyum.
"Ya udah nanti kamu selesai kuliah jam berapa?" tanya Diva.
"Jam satu, pinjam hape kamu dong," Diva memberikan ponselnya kepada Claira.
Claira terlihat seperti mengetikan sesuatu kemudian menelfon seseorang. Ponsel Claira berbunyi kemudian Claira mengembalikan ponsel Diva kepada pemiliknya.
"Itu nomor aku, biar kalo ada sesuatu bisa langsung kabarin hehe," kata Claira.
Diva mengangguk. "Aku ke kelas dulu ya Clay," pamit Diva.
Claira tersenyum melihat kepergian Diva. Dia sendiri juga memilih pergi ke kelasnya.
•••
Diva menatap bingung kepada teman-teman sekelasnya yang langsung berdiri ketika dia memasuki kelas. Dia memilih langsung duduk di tempat duduknya dan bukannya kembali duduk teman-temannya justru langsung mengerumuninya. Diva menghela nafas kasar.
"Kenapa?" tanyanya dingin.
"Kita mau minta maaf sama kamu soalnya selama ini kita udah salah sangka, maafin kita Div," kata salah seorang diantara mereka yang langsung diangguki oleh yang lainnya.
"Oh, iya," jawab Diva tidak peduli.
Teman-teman Diva saling pandang. Mereka merasa takut sekaligus bersalah kepada Diva tapi mereka semua bingung harus berbuat apa. Sejak semester pertama atau bahkan bisa dibilang sejak ospek, Diva benar-benar tidak peduli dengan sekitarnya, karena dia berada di kampus ini hanya untuk kuliah, jadi dia benar-benar tidak terlalu ambil pusing dengan kejadian-kejadian yang menimpanya apalagi setelah beberapa hari lalu akhirnya identitasnya terbongkar dan Diva menganggap semuanya sudah selesai.
•••
Diva mengambil ponselnya yang tadi berbunyi, dia tersenyum saat melihat siapa pengirim pesan itu.
Hai, mau ke kantin bareng?
Nggak usah Clay, aku nggak pernah ke kantin soalnya
Nggak pernah? Emang nggak laper?
Nggak
KAMU SEDANG MEMBACA
[C]LOSER
Teen FictionSaat kamu jatuh cinta kamu akan memilih yang mana? Mendekat agar bisa mendekap atau menjauh dan menjadi pecundang? GxG✓