23. Saya Pamit

3.9K 384 39
                                    

Happy reading<3

Author's POV

Claira masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan kacau. Untuk kedua kalinya dia merasa hancur karena orang yang sama, Diva, bukan karena Diva menyakitinya tapi karena Diva harus mengulang kejadian beberapa tahun lalu yang mana dalam kecelakaan itu Claira juga harus kehilangan adiknya. Claira tidak bisa membayangkan jika dia harus kehilangan Diva karena kecelakaan ini, dia tidak akan sanggup. Bagaimanapun juga Diva adalah orang yang sejak kecil dia impikan dalam hidupnya.

Mungkin ini kekeliruan, mungkin ini tidak benar, mungkin ini adalah sebuah dosa. Tapi bagi Claira dia akan menerima segala konsekuensi yang ada demi cintanya. Bagaimanapun caranya Diva harus selamat dan kembali padanya. Katakanlah Claira terlalu gila karena Diva, memang begitu adanya. Dulu bahkan dia lebih terpukul saat mengetahui bahwa Diva harus terbaring koma selama beberapa bulan daripada saat tahu adiknya tidak bisa diselamatkan. Claira hancur, yang bisa dia lakukan setiap hari hanyalah diam-diam melihat Diva dari kaca ruang ICU. Dan sekarang kecelakaan itu harus terulang kembali membuat Claira kembali merasa hancur dibuatnya.

"Claira!" panggil suara bariton yang membuat Claira langsung tercekat.

"Papah?" gumamnya tidak percaya.

Claira langsung membalikan tubuhnya menghadap ke pintu masuk. Benar saja di depan sana sudah berdiri Edward Ryzelle ayahnya.

"Apa yang sudah kamu lakukan hah?" tanya Edward marah sambil melempar sebuah amplop besar ke meja.

"Apa salah saya sehingga dua putri saya sama-sama menyukai sesama jenis?!" tanyanya frustasi.

Dengan gemetar Claira mengambil amplop yang Edward lemparkan ke meja. Dia membuka amplop itu dan langsung menutup mulutnya tidak percaya. Di dalam amplop itu terdapat banyak foto dia dan Diva yang terlihat mesra bahkan ada beberapa foto ketika mereka berciuman saat liburan.

"Papah ini nggak--"

"Mau menyangkal kamu?" bentak Edward. "Setelah kamu sendiri melihat foto-foto itu kamu masih mau membela diri?" lanjutnya membuat Claira langsung menunduk, dia tidak sanggup melihat kemarahan ayahnya.

"Saya kira kamu sudah berubah, saya kira kamu sudah melupakan rasa sukamu kepada putri Adam itu jadi saya ijinkan kamu kembali ke Indonesia bersama adikmu. Tapi ternyata bukan hanya kamu yang rusak, adikmu juga sama saja!" maki Edward membuat Claira kembali terisak dalam diam.

"Karena dia saya kehilangan salah satu putri saya dalam kecelakaan, tapi ternyata putri saya yang lainnya masih mencintai dia bahkan berhubungan dengannya. Ini kesalahan saya karena membiarkan kalian pergi kesini, seharusnya saya tidak pernah mengijinkan kalian kemari." lanjutnya dengan nada menyesal dan terluka.

"Pah, Clay suka sama Diva pah. Clay cinta sama dia. Clay mohon sama papah biarin Clay sama Diva seperti kedua orangtuanya mengijinkan kami bersama, Clay mau Diva pah." lirih Claira memohon.

"Omong kosong! Adam dan Vera terlalu memanjakan putrinya dan membiarkan dia jatuh ke dalam jurang dosa seperti ini, dan saya bukan mereka. Saya tidak akan membiarkan putri saya menjadi lesbian." kata Edward dingin dan menusuk.

Claira semakin terisak dengan tangisnya, dia sudah tahu bahwa Edward tidak akan pernah setuju dengan dirinya yang menyukai sesama jenis apalagi setelah Leanna meninggal dalam kecelakaan saat bersama Diva. Edward seolah membenci Diva dan selalu menyalahkannya sebagai penyebab dia kehilangan Leanna. Claira hanya tidak menduga bahwa papahnya akan tahu mengenai hubungan mereka secepat ini.

Claira luruh ke lantai, dia bersimpuh di hadapan Edward yang masih menatapnya dengan sorot kecewa dan marah.

"Clay mohon pah, berbaik hatilah sama Claira. Clay bahagia sama Diva, Clay merasa hidup menjadi lebih sempurna saat sama Diva. Jangan pisahin Clay sama dia pah," pinta Claira.

Edward menggertakan rahangnya. "Kamu pikir saya akan melunak karena kamu terlihat menyedihkan begini hah? Sekarang kemasi barang-barang kamu, kita kembali ke Prancis." katanya.

"Pah!" Claira mendongak menatap Edward. "Kenapa papah jahat sama aku? Kenapa papah mau pisahin aku sama Diva?" tanyanya.

"Saya atau kamu yang jahat? Kamu putri saya, saya harus membawa kamu ke jalan yang benar bukan membiarkan kamu menjadi seorang lesbian menjijikan seperti ini. Cukup saya kehilangan adik kamu karena dia, saya tidak mau lagi berhubungan dengan dia ataupun keluarganya!" teriak Edward.

"Sekarang cepat kemasi barang-barangmu dan kita akan segera kembali ke Prancis." lanjutnya kemudian meninggalkan Claira yang masih bersimpuh di lantai.

•••

Claira berjalan ke arah Dirga yang sedang duduk di depan ruang ICU. Seharusnya dia tidak berada disini sekarang tapi dia melakukan negosiasi dengan papahnya agar mengijinkan dirinya melihat Diva sebelum pergi ke Prancis. Claira menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menyapa Dirga, dia harus terlihat baik-baik saja supaya Dirga tidak curiga.

"Hai," sapa Claira kepada Dirga.

"Kamu kenapa udah kesini?" tanya Dirga heran karena dia pikir Claira akan kesini nanti bersama kedua orangtuanya.

Claira menggeleng. "Aku cuma kangen sama Diva jadi kesini lebih cepet," bohongnya.

Dirga hanya mengangguk sebagai jawaban kemudian kembali menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi. Dia menengok saat melihat pintu ruang ICU terbuka kemudian keluar seorang dokter serta perawat yang baru saja memeriksa keadaan Diva.

Dirga langsung berdiri dan menghampiri dokter itu diikuti Claira. "Gimana keadaan adik saya dok?" tanyanya.

"Sejauh ini belum ada perkembangan berarti dari pasien, benturan di kepalanya cukup keras membuatnya semakin sulit apalagi riwayat kecelakaan serupa beberapa tahun silam. Kita hanya bisa berdoa semoga Tuhan memberikan keajaiban untuk kesembuhannya," kata dokter itu membuat Dirga terdiam.

"A-apa boleh saya liat dia?" tanya Claira penuh harap.

Dokter itu mengangguk. "Bisa, tapi tolong gunakan pakaian khusus. Saya permisi," katanya kemudian meninggalkan mereka berdua.

Claira membuka knop pintu kemudian memakai pakaian khusus yang sudah disiapkan. Dia mengabaikan keberadaan Dirga karena yang sekarang ada dipikirannya hanyalah Diva seorang.

Claira masuk ke dalam ruangan Diva dan menatap sendu kekasihnya. Tangisnya hampir saja pecah jika saja dia tidak menahannya sekuat tenaga.

"Hai sayang," sapa Claira yang sekarang berdiri di sebelah brangkar.

"Aku kangen kamu," katanya sambil mengusap tangan Diva.

"Maafin aku nggak cerita kalo aku kakaknya Leanna, aku cuma belum siap, aku takut kamu nolak keberadaan aku saat tau kenyataan itu." lanjutnya.

Pertahanan Claira ambruk dan sekarang setetes air matanya jatuh di pipi. Claira menggigit bibirnya berusaha menahan isakannya.

"Harusnya hal kayak gini nggak perlu terjadi kalau aja aku jujur dari awal, jadi kamu nggak perlu marah sama aku terus pergi." lirih Claira.

"Aku mau pamit dulu ya sayang, papah nyuruh aku ikut dia ke Prancis. Dia marah karena putrinya lesbian gini hehe. Tapi kamu harus inget ya kalo aku cinta sama kamu, aku pacar kamu jadi nanti kalo kamu bangun, jangan lupa sama aku. Awas aja kalo kamu lupain aku," lanjutnya sambil terisak.

Claira mencium kening Diva lama, menyalurkan segala perasaan yang tertumpuk di hatinya.

"I love you Diva, cepet bangun sayang dan tunggu aku pulang..."

Tbc...

sorry baru update, aku sibuk ceritanya:(
maaf juga updatenya sedikit-sedikit wkwk soalnya dari awal udah dipatok sekitar segitu jadi nggak bisa lebih:v

thanks for reading.

Dip.

[C]LOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang