Claira's POV
Aku menatap tajam ke arah Diva yang sekarang sedang berjalan berdampingan dengan seorang wanita. Diva juga menggendong seorang anak kecil entah siapa itu. Rasanya kesal mendapati dia bersama orang lain saat aku jauh-jauh menghampirinya kemari karena merindukannya.
"Beraninya kamu jalan sama cewek lain." geramku dengan masih menatap kesal ke arah mereka.
Dengan tergesa aku berjalan menghampiri mereka. Aku tahu Diva bukan seorang playgirl, jadi aku yakin bahwa wanita yang bersamanya adalah tersangka tunggal dengan dakwaan menggoda kekasih orang.
Aku tersenyum kecut saat melihat Diva tertawa bersama wanita itu. Hatiku terasa panas padahal sekarang aku sedang berhenti di bawah pohon yang cukup rindang. Siapa sih wanita itu? Berani-beraninya dia mendekati Divaku.
Diva melambaikan tangannya saat akhirnya wanita itu pergi dengan mobilnya. Aku menghela nafas lega tapi juga masih dengan rasa cemburu yang sama. Astaga anak itu, bisa-bisanya dia bersama wanita lain saat aku sudah mengatakan bahwa aku akan menemuinya.
"Seneng ya jalan sama cewek lain," ketusku saat dia sedang berjalan kembali ke taman.
Dia terlihat kaget melihat keberadaanku disini tapi kemudian tersenyum. "Loh kamu udah disini?" tanyanya.
"Udah, dari kamu anterin selingkuhan kamu sama gendongin anaknya sampe mobil terus dadah-dadah aku udah sampe disini." jawabku datar.
"Dia bukan selingkuhan aku Clay astaga, itu juga bukan anak dia tapi adiknya," katanya mencoba menjelaskan.
"Oh jadi itu tadi gendong adik ipar kamu? Iya?"
"Eh bukan gitu, dia itu Asya temen kuliah aku,"
Aku menatapnya datar. "Terus kenapa tadi kamu sama dia?" tanyaku yang jelas masih kesal.
"Nggak sengaja ketemu, dia lagi disini juga sama adiknya," jawabnya tenang.
"Oke," kataku pada akhirnya karena enggan memperpanjang masalah sepele yang bisa saja membuat hari kami jadi buruk.
"Mau jalan?" tanyanya.
Aku mengangguk. "Kamu bawa mobil? Tadi aku kesini naik taxi soalnya,"
"Bawa kok," jawabnya kemudian menggenggam tanganku. Peka juga dia hehe.
"Yuk!" ajaknya bersemangat membuatku langsung tersenyum.
Kami berjalan menuju mobilnya, dia langsung membukakan pintu untukku dan mempersilakanku masuk sebelum akhirnya dia masuk dan duduk di kursi pengemudi.
"Kamu mau nyalain radio atau puter lagu?" tanyanya.
"Lagu aja tapi sambungin ke ponsel aku," jawabku.
"Iya, mana ponselnya?" aku langsung memberikan ponselku kepadanya.
"Nih," katanya sambil memberikan ponselku yang sudah terhubung dengan audio player di mobilnya.
Aku langsung membuka aplikasi spotify dan memutar lagu yang ada di playlist favoritku. Dimulai dengan lagu Jazz - Dari Mata, kemudian Yura Yunita - Berawal Dari Tatap, dan lainnya. Beberapa kali Diva ikut menyanyikan sepenggal lirik dari lagu yang sedang diputar dengan sesekali melirikku dan tersenyum yang jelas saja membuatku salah tingkah karenanya.
Bahkan saat lampu merah dia dengan sengaja membawa tanganku yang ada pada genggamannya untuk dicium. Wanita mana yang pada akhirnya tidak merasa tersanjung saat diperlakukan selembut dan seolah seistimewa itu oleh kekasihnya. Diva adalah cintaku yang pada akhirnya bisa kugapai setelah menunggu sekian lama, dia adalah cinta yang selalu aku dambakan di setiap waktunya. Saat raga ini akhirnya bisa merengkuhnya dalam dekap, maka aku berjanji akan melakukan segalanya untuk dia. Cintaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[C]LOSER
Teen FictionSaat kamu jatuh cinta kamu akan memilih yang mana? Mendekat agar bisa mendekap atau menjauh dan menjadi pecundang? GxG✓