12. Aroma Permusuhan

5.3K 474 60
                                    

Author's POV

Seorang anak pernah bertanya kepada ayahnya. "Papah, cinta itu seperti apa?"

Sang ayah tersenyum. "Cinta adalah ketika kamu bahagia saat melihatnya bahagia," katanya.

Anak itu menatap ayahnya tidak mengerti membuat sang ayah tersenyum. "Suatu saat, ketika kamu tersenyum hanya karena hal sederhana yang orang lain lakukan, ketika kamu merasa bahagia saat berada disisinya, ketika kamu merasa lengkap saat bersamanya, itulah cinta." katanya kemudian mengusap kepala putrinya.

"Papah kalau aku menyukai dia boleh atau tidak?" tanya anak itu sedikit takut sambil menunjuk seorang anak lainnya.

Ayahnya terkekeh. "She is girl, like you sweet heart. Kamu harusnya suka sama yang itu tuh, ganteng kayak papah kan?" ujarnya sambil menunjuk anak laki-laki yang sedang duduk di bangku taman.

Anak itu menggeleng. "But I don't like him, pa."

Pria itu memaksakan senyumnya. "It's okay darling, nanti saat kamu sudah lebih besar kamu pasti menyukai pria tampan seperti papah," katanya.

Anak itu hanya mengangguk. "May I?"

"Sure,"

Anak itu tersenyum kemudian berlari menghampiri anak yang sedang bermain bersama kakaknya. Sang ayah hanya bisa tersenyum simpul melihat tingkah anaknya.

"Hai Ed, sedang memikirkan apa?" tanya seorang pria dewasa yang baru saja menghampiri pria tadi.

"Apa yang akan kau lakukan jika ada seorang perempuan yang menyukai putrimu?" tanya orang yang dipanggil Ed.

"Ah putriku memang menggemaskan jadi wajar banyak yang menyukainya,"

"Tidak Dam, maksudku bagaimana jika perempuan itu mencintai putrimu?"

Orang yang dipanggil Dam tampak berpikir. "Biarkan saja, selagi putriku bahagia aku tak masalah. Nanti aku yang akan menjelaskan pada Vera kalau putri kita ternyata istimewa," jawabnya kemudian terkekeh.

Ed tersenyum tipis. "Adam, bagaimana kalau putriku yang menyukai putrimu? Apa kau benar-benar akan membiarkannya?" tanyanya ragu.

Adam menepuk bahu Ed. "Ayolah, kalau itu terjadi kita tidak hanya bersahabat, ikatan kita berubah menjadi besan." jawabnya enteng.

"Kenapa kamu bisa semudah ini mengatakan semua itu Dam?"

Adam tersenyum simpul. "Karena sejak aku tahu kehadirannya dalam kandungan istriku, aku sudah berjanji akan mengutamakan bahagianya. Apapun yang terjadi dia harus bahagia, dia hidupku Ed, seluruh duniaku ada padanya," lirihnya sedikit berkaca.



Setiap orang punya tiga wajah. Wajah yang ditunjukan kepada semua orang. Wajah yang hanya ditunjukan kepada orang-orang terdekatnya. Seta wajah yang hanya ditunjukan kepada dirinya saja.

Claira tersenyum melihat seorang gadis yang sudah sejak lama menarik perhatiannya sekarang berada di sebelahnya. Matanya tidak bisa berhenti untuk mencuri pandang kepada gadis yang diam-diam sudah mencuri hatinya.

"Clay,"

Claira tersentak saat merasakan seseorang menyentuh tangannya, tapi sebisa mungkin dia berusaha untuk terlihat biasa saja.

[C]LOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang