Le Bonheur

327 9 1
                                    

Apa itu kebahagian?


Juli 2008

Mentari pagi menelisik masuk melalui celah jendela ruangan itu. Berusaha untuk membangunkan seonggok daging yang sayangnya tak berdampak apapun padanya. Malah semakin menyusupkan kepalanyalebih dalam pada selimuthangatnya.

Tak lama terdengar derit pintu terbuka menampakan anak yang terlihat lebih tua masuk ke kamar itu. Ia menggelengkan kepala, tampak tak percaya  melihat buntalan dibalik selimut yang tak bergeming sama sekali.

Langkahnya berlanjut menuju jendela di sudut kamar. Dibukanya lebar-lebar hingga cahaya yang masuk mampu membuat buntalan itu sedikit menggeliat.

Ya, hanya sedikit.

Tak mendapat respon yang diinginkan, sekaligus gemas melihat tingkah sang adik. Ia ikut menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang. Memeluk sang adik erat berusaha membuatnya tak nyaman.

Bagaimana dia bisa bertahan didalam selimut saat cahaya matahari sudah sepenuhnya masuk?

Si kecil tak tahan, lantas membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Matanya mengerjap mencoba menangkap jutaan cahaya yang seketika mengenai retinanya. Hingga penglihatannya mulai jelas, didapatinya wajah sang kakak yang tengah tersenyum kecut memandangnya.

"Hei bocah nakal, mau sampai kapan kau seperti ini hm...?" Bocah itu mendengus kecil saat mendengar ocehan kakaknya.

"Sebentar lagi kak..., lagipula ini masih terlalu pagi." Ia menutup kembali matanya yang mana membuat sang kakak tambah gemas.

Farhan mendengus kesal lalu menegakkan tubuh adiknya. Kemudian mendudukkan paksa adiknya yang kelewat pemalas itu.

"Kau bilang terlalu pagi. Tidak lihat mataharinya sudah menjulang tinggi?"

"Dan juga, bukankah ini hari pertamamu masuk sekolah dasar?...Kau tak ingin terlambat kan?" Butuh beberapa saat hingga bocah itu akhirnya tersadar dari lamunan tak berfaedahnya.

Demi rambut Ipin yang tak kunjung tumbuh, matanya membulat sempurna menatap sang kakak tak percaya. Mengamati kakaknya yang sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Ia langsung melompat turun dari ranjang menuju kamar mandi sambil mengoceh tak jelas, membuat kakaknya menggeleng tak percaya untuk kedua kalinya di pagi ini.

Heol...lupakan.

"Kenapa kakak tidak membangunkanku dari tadi? Bagaimana jika aku terlambat di hari pertama masuk sekolah? Ini pasti akan memalukan...blabla..." Protesan tak berujung yang ditujukan kepada sang kakak dari dalam kamar mandi.

Siapa yang salah sebenarnya disini???...hanya si bungsu yang tau.

"Kau pikir apa yang kakak lakukan dari tadi, Rehan Adijaya... Bahkan saat ada gempa bumi atau angin topan pun kau tetap akan sulit dibangunkan." Suaranya yang keras terdengar oleh adiknya yang saat ini memberengut kesal.


Cklekkk



Sang kakak yang sedang menyiapkan pakaian sekolah adiknya berbalik, begitu mendengar suara pintu terbuka. Disana adiknya keluar dengan handuk yang masih tersampir di pinggang, memberenggut kesal menatap sang kakak. Melihat adiknya mulai mendekat ia hanya dapat tersenyum memberikan tiap helai pakaian yang akan dikenakan sang adik.

"Kenapa Kak Farhan tidak bilang kalau ini masih jam 06.30?" Rehan baru sadar saat melihat jam yang bertengger di sudut kamarnya.

"Jika kakak mengatakannya apa kau akan langsung bangun? Tidak kan? Mungkin yang akan kau katakan, 5 menit lagi kak tiap kali kubangunkan." Ia meniru cara adiknya berbicara dengan tampang menyebalkan.

"Berhentilah bersifat menyebalkan, kakak tidak lucu."

Siapa yang melucu? gumam Farhan.
Oh ayolah...ini masih pagi dan mereka sudah kegaduhan entah yang keberapa kalinya...hahhh...

"Jika kau terus menggerutu seperti itu maka akan kutinggal nanti," ujar Farhan yang masih bisa mendengar gerutuan tak bermanfaat Rehan. Kemudian ia membereskan kamar adiknya yang sudah seperti kapal pecah ini.

"Cepatlah turun setelah selesai atau sarapanmu akan bersarang diperutku."
Farhan segera melesat pergi dan menutup kencang pintu kamar Rehan.


Brak!


"Kak Farhannnn...."

Farhan terkikik geli mendengar suara menggelegar Rehan yang memanggil namanya. Hahhh... sehari tanpa berbuat jail itu tak seru, itulah yang selalu dipikirkan kakak beradik ini.

Sungguh kompak bukan???...

Melihat tingkah si sulung yang sudah turun setelah membangunkan si bungsu yang diakhiri teriakan cempreng itu, kedua orangtua mereka hanya bisa menggelengkan kepala. Karena tiap hari, itulah yang mengawali kegiatan pagi mereka sebelum sarapan bersama.

Berharap saja tidak mati muda.

Diletakkannnya koran sebelum mengalihkan fokusnya kepada si sulung yang masih cekikikan bahkan saat sudah mendudukan diri di kursi kosong samping kanannya.

"Apa sudah selesai dengan acara mari menjahili adik kecil...nya, hm...?" tanya ayah kedua kakak beradik itu.

"Hehehe.....bukankah ini sudah biasa Ayah? Lagipula dia sendiri yang susah sekali dibangunkan," jawabnya cengengesan.

"Ya, dan itu membuat Ibu tak bisa menikmati waktu tenang saat memasak," timpal satu-satunya sosok wanita di keluarga itu dengan membawa sarapan yang sudah siap dihidangkan.

"Kau lihat saja, saat dia turun nanti sampai selesai makan hanya akan ada gerutuan tidak jelas yang keluar dari mulutnya, membuat telinga berdengung saja."

"Aku mendengarnya Ayah..." ucap si bungsu yang dari tadi menjadi objek obralan itu. Turun dari tangga dengan memulai gerutuan kecil membuat semua yang di bawah hanya bisa menghela napas.

"Ohh...adik kakak yang tampan, tapi tidak setampan kakak, sudah siap ya?" Kakaknya berkata sembari mengusap gemas surai adik kecilnya itu dengan tampang yang luar biasa menyebalkan itu.

"Kakak jangan merusak tatanan rambutku, nanti aku tidak tampan lagi," protesnya memberenggut kesal. Membuat kakaknya terkekeh lucu.

"Farhan berhenti mengganggu adikmu!" Mendengar perintah ayahnya ia hanya mendengus pasrah.

"Hmm.....baiklah..." pasrah Farhan.

"Wleee...rasakan!" Oh...Rehan memulainya lagi.

"Awas kau ya..."

"Diam...!!!"

Melihat anaknya sudah tenang, Tuan Adijaya kembali berbicara. "Sekarang ayo makan dulu atau Ayah tak akan mengantar kalian ke sekolah, mengerti!!..." Mereka berdua mengangguk patuh.

Dan acara sarapan pagi itu akhirnya dimulai dengan diselingi canda dan tawa dari kakak beradik yang membuat keluarga kecil itu tampak lebih hidup dan berwarna.




Welcome to my story
~ Rehan Adijaya ~




Jangan lupa tekan bintangnya ya...💜




@putrimarcel77

[END] Butterfly : Hope For HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang