14. Home Sweet Home

1K 110 18
                                    

Oh, its been five years why cant I let you go~

Musik akustik di padukan dengan suara Maro yang menyentuh mengisi ruang yang cukup luas tersebut. Pria itu masih setia mengisi kekosongan dengan secangkir kopi yang mendingin, hujan masih menjadi tontonan setia dari pukul tiga pagi tadi—saat ia terbangun karena tenggorokannya kering namun alih-alih merengsek masuk ke dalam selimut menedekap gadis yang baru saja ia nikahi dua bulan lalu itu dengan hangat. Tidak, tidak, itu hal buruk. Kalau saja itu terjadi, kasihan Kina yang sempat Yoongi hajar habis-habisan di atas ranjang, gadis itu masih terlelap dalam tidur sesekali pupil mata coklat milik Yoongi melirik gerak tubuh Kina yang sangat menggoda.

Di luar sana hujan mengguyur kota Daegu. Kota kelahiran Yoongi, kota yang menjadi saksi akan perkembangan Min Yoongi yang melesat, kota kenangan Yoongi bersama si gadis. Tepatnya setelah malam natal, setelah Yoongi memutuskan untuk melamar Song Kina. January, 24. Hari di mana Yoongi melamar gadisnya dan tanggal yang sama di awal bulan maret keduanya memutuskan untuk menikah. Selain karena usia Yoongi yang sudah matang dan sang ibu terus saja merengek meminta cucu —Yoongi masih mengingat satu hal yang sampai sekarang Kina belum tahu apapun tentang dirinya. Semuanya.

Pada dasarnya seorang pasangan suami– istri harus terbuka dalam segala hal, kan? Benar sekali, Yoongi akan memberi tahu Kina tentu saja. Tapi nanti, ia tidak ingin kina merasa kalau dia bukan wanita yang beruntung karena menikah dengan seorang yang penyakitan seperti Min Yoongi. Tidak.

"Yoongi!"

Pemuda itu bangkit dari sofa berjalan ke arah ranjang yang di tempati istrinya yang kini terbangun secara mekanis–bukan lebih tepatnya terburu-buru seolah ia baru saja terbangun dari bunga tidur yang mengerikan bahkan ia tidak sadar kalau bagian atas—bagian yang Yoongi sukai—kini sudah terpampang dengan jelas di depan mata.

"Tenang, tenang, aku di sini." Pria pucat itu menenangkan istirnya yang kini terisak dengan keringat yang keluar dari dahinya–tidak hanya dahi tetapi punggungnya juga.

Kina memeluk sang suami dengan erat. Seolah bunga tidur itu akan terjadi, ia ketakukan setengah mati, air matanya semakin mengalir dengan isakan yang lolos dari mulutnya. Ia bahkan tidak peduli akan fakta bahwa dirinya masih belum mengenakan pakaian. "Jangan tinggalkan aku!"

"Kau ini bicara apa tentu saja tidak. Stts, tidurlah lagi." satu kecupan di dahi ternyata belum bisa membuat perempuan itu tenang. Yoongi mengelus punggung polos tersebut, berkali-kali ia melayangkan kecupan di dahi sang istri.

"Denganmu," pintanya lirih dengan isakan tertahan.

"Tentu."

...

Pukul tujuh tepat Kina terbangun. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening, sedikit melirik kearah pria yang masih tertidur dengan pulas posisinya cukup lucu untuk ukuran Seorang Min Yoongi– kandidat utama dalam perkumpulan bad boy. Seperti di novel-novel yang sempat Kina baca. Tangan mulusnya mengambil celana pendek miliknya dan kemeja berwarna maroon milik Yoongi. Walaupun postur tubuh Yoongi tidak terlalu atletis tetapi kemeja yang pas di tubuh Yoongi nyatanya masih bisa mengenggelamkan Kina dalam balutan kemeja tersebut.

Ia mengikat rambut tinggi-tinggi sebelum meregangkan kedua tangannya. Selama dua bulan ini kina cukup merasa aman kalau semua itu menyangkut Min Yoongi kalau saja bukan karena suaminya ia tidak mau kembali ke negeri tempat ia di lahirkan. Ketakutan absolut jelas tercetak kala ia tiba di Daegu entah kenapa ia hanya merasa takut akan kedatangannya ke Korea.

Aroma masakan rumah tercium di penjuru ruangan meringsek masuk ke dalam etalase rumah, luba-lubang kecil bahkan mungkin tikus di atas atap bisa mencium aroma masakan lejat di pagi hari yang dingin.

Once Upon a Spring • MYG  [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang