01 . Thanksgiving

3.8K 253 38
                                    

Musim dingin di ujung kota Ontario. Seharusnya  Kina disibukkan dengan beberapa buku tebal yang harus Kina  ambil intisarinya untuk topik sidang besok.

Berkutat dengan beberapa lembar buku, bolpoint yang menari di genggaman jemari kecilnya, bersama remang cahaya yang meneranginya. Seharunya itu yang Kina lakukan. Namun, ibunya melarang itu semua setidaknya ibunya bilang:   nikmati hari liburmu Nak, jangan pikirkan tugas-tugas itu.

Saat itu ingin Kina berkata: mudah ibu berkata seperti itu kalau sampai mengulang mata kuliah itu semester depan aku tidak mau.

Tapi yah, namanya juga surga di telapak kaki ibu. Dan yah, mulut seorang ibu itu membuat telinga pecah kalau tidak dituruti--bersiplah kalian menerima kepretan Kimchi kering.

Thanksgiving

Sebenarnya Kina —orang Korea, tidak merayakan itu tapi ibunya bilang pencitraan. Mungkin lebih detailnya menghargai. Pada hari Thanksgiving semua keluarga ada di rumah menikmati ayam panggang dan beberapa makan penutup.

Biasanya Thanksgiving selalu bertepatan dengan hari kamis. Dan untuk hari bertikutnyaJumat, disebut hari Jumat  hitam. Di mana, semua orang yang cuti dihari itu akan mendapat gaji walaupun tidak bekerja.

Huh, enak sekali mereka hanya diam saja mendapat gaji.

"Kina, jangan membuat daging itu gosong." Sohwaibu Kina, berujar dari belakang punggung kecil putrinya itu. Aroma coklat berhasil masuk kedalam indranya setelah Sohwa membuka Oven. Dengan piawai ia memindahkan kue itu kedalam loyang setelah itu ia membaginya menjadi bagian-bagian kecil.

"Kina, Ibu minta tolong untuk mengantarkan ini kepada Nenek Chun." Kina hanya mengangguk patuh.

Tepat disebelah kanan. Rumah bercat coklat yang terlihat lusuh itu disi oleh dua orang pasangan manula. Kakek Sam dan Nenek Chun Xiao. Saat itu Kina sempat bertanya kepada mereka. Kenapa mereka beesatu seakan mereka berbeda dalam beberapa halbukan beberapa, mungkin, banyak hal.

Mereka hanya menjawab, kekuatan cinta.

Ada yang mengerti kalimat itu? Sampai sekarang Kina masih tidak memahami hal itu.

Jalanan sedikit licin, hujan reda beberapa jam lalu. Temperatur cuaca naik, Sampai-sampai tubuhnya terasa membeku. Kalau saja tidak ada uap panas yang berasal dari sup dan Tarttlet yang aku bawa mungkin telapak tangannya akan kaku karena Kina tidak memakai sarung tangan. Kina mengetuk pintu bercat coklat tua itu dengan pelan.

"Hai, Kina." Seperti biasa nenek Chung Xiao menyambut Kina ramah.

"Happy Thanksgiving. Nenek Chung." Kina bersungngut untuk memeluknya. Nenek Chung balas memeluknya dengan sedikit kecupan didahi. "Happy Thanksgiving."

"Aku membawa ini untuk kalian, semoga suka." Kina menyimpan mangkuk sup dan loyang berukuran kecil berisi Tarttlet dimeja.

"Tunggu-tunggu! Duduklah dulu. Aku juga punya sesuatu untukmu." Sergahnya ketika ia melihat gerak-gerik Kina yang ingin pergi.

"Kau mau ini? Cucuku membawanya dari Korea." Kakek Sam menyodorkan ginseng merah kepadanya. Kina menggeleng pelan. Walaupun Kina orang Korea yang terkenal dengan ginsengnya. Tetapi dia kurang menyukai itu.

Kina mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Tv kuno, telpon genggam kuno dan radio yang terletak di nakas dengan tanaman kaktus di sampingnya. Terlihat sekali kalau dua orang ini sangat ingin memgenang masa lalu dibanding melihat masa depan.

Coba kalian pikir di 2018 ini masih ada orang yang menggunakan Tv, telpon dan radio kuno. Tidak ada. Tapi entah kenapa Kina menyukai dengan interiort yang terlihat Vintage seperti ini. Atensinya terhenti kearah foto yang tertempel didinding disana terdapat foto kakek Sam dan nenek Chung juga seorang bocah laki-laki yang sangat familiar.

"Kau punya seorang cucu?" Tanya Kina. kemudian seraya membawa kue jahe ke dalam mulutnya setelah mencelupkannya ke dalam teh.

"Yah, putri kami menikah dengan orang Korea."

Korea? Ah, benar pantas saja ginseng itu ginseng merah. "Begitukah? Siapa nama cuc-"

"Kakek, engsel pintu sudah kuperbaiki!" Teriakan yang berasal dari dapur itu menghentikan ucapanku.

"Yoongi kemari."

Yoongi, katanya?

Oh, ini buruk dari yang terburuk. Ia harus pergi sekarang, jantungnya berdegup tak karuan. Tapi tunggu, yang bernama Yoongi itu banyak. Jadi Kina, duduk dan tenanglah. Dalam hati Kina berdoa semoga Yoongi yang kakek Sam maksud bukan Yoongi yang ia kenal. Tuhan, tolong jangan.

"Lho, Song Kina?

Tuhan, kau tidak mendengar do'aku ternyata.

Kina mendonggak melihat wajah pria yang kini menatap dirinya. Sama hal nya dengan pria berambut hitam yang menatap Kina seolah dia ini Valak.

"Kalian saling mengenal?" Mereka memutuskan pandangangan ketika Kakek Sam menyahut.

Bagaimanapun yang Kina inginkan saat ini adalah pergi dari rumah ini. Kina tidak suka bertemu dengan orang di masa lalu. Dan dasar dari ketidak sukaan adalah kebencian.

Nenek Chung memberikan segelas kopi kepada Kina yang tengah terdiam. Setelah mengatakan 'ya' kepada kakek Sam akhirnya dia berhasil dikurung dalam rumah beraroma kayu itu. Hangat yang berasal dari perapian berhasil masuk kedalam pori-pori menambah kehangatan di dalam sunyi.

"Jadi ini wanita yang kau ceritakan Nak?"
Kina sedikit mendongkak tatapannya beradu dengan pemilik si mata kecil dan kulit pucatnya.

Yoongi menyimpan gelasnya. "Jangan bicarakan hal itu kek"

"Kenapa, kau malu?" Goda nenek Chung. Yoongi hanya mengedikkan bahunya kemudian dia meminum kopinya lagi. "Anggap saja begitu"

"Em, maaf aku harus pergi." Sahut Kina.

"Yoongi antarkan dia!" titah kakek Sam. Mendengar itu Kina menggelengkan kepalanya. Dia bukan anak TK—pun rumah mereka berdekatan tidak memerlukan waktu satu jam untuk sampai disana.

Kina menggeleng, "Tidak kek rumahku han-"

"Akan aku antar." Sahut Yoongi cepat

Sebenarnya hanya sepuluh langkah menuju rumah Kina. Namun kali ini terasa sepuluh kali lipat dari biasanya. Berdampingan dengan Min Yoongi memang tidak baik, selain aura misteriusnya Yoongi juga menakutkan. Bahkan dulu Kina pernah menganggap dia psycho.

Bahkan dulu

Min Yoongi tidak seperti ini. Keadaannya sekarang lebih baik di banding dengan dirinya beberapa tahun yang lalu.

"Kina," ia berhenti pada pijakann tangga ke tiga, berbalik menghadapnya. "Jika kau marah karena prihal Jeon Jungkook aku mengerti. Tapi bisakah kita kembali?"

Tidak memberi jawaban apapun. Kina, Membuka Handle pintu. Melihat itu Min Yoongi hanya menghembuskan napas kasarnya. Dari awal itu menjadi alasan kenapa Kina tidak ingin bertemu dengan orang di masa lalu. Tapi takdir membawanya untuk bertemu dengannya. Dengan, Min Yoongi.

Min Yoongi dengan segala penyesalan di masa lalu.

[]

Once Upon a Spring • MYG  [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang