Udah di kasih senyum manis sama Yoongi ayo tekan tanda bintangnya. 😊
.
.
.Semburat jingga tidak terlihat di khatulistiwa, langit tidak memancarkan panorama yang menggugah mata. Tidak ada warna orange kemerahan. Hanya ada awan hitam yang menggumpal.
Kina hanya memangku dagu di kusen jendela melihat orang yang berlalu lalang; membawa hewan peliharan, berjalan terburu-buru, seseorang yang tengah mengigit roti dengan pakaian yang berantakan seolah habis di keroyok masa.
Kina hanya menarik kurva bibi. Begitu lucu. Layak untuk di tertawakan oleh orang lain. Itulah hidup. Satu tarikan napas Kina menarik sudut matanya ke upuk barat di mana sepasang kekasih sibuk bertukar saliva di belakang pohon besar. Dasar manusia tidak tahu malu, pikirnya.
Masih banyak Hotel dan Motel di Toronto kenapa harus di belakang pohon? Tidak elit. Kina mengerjapkan matanya setelah sapuan angin kencang bersama percikan air kecil mengenai wajahnya. Seketika ia ingat pesan ibunya sebelum pergi ke kantor ayah dia berpesan: "Jangan lupa tolong angkat jemuran yang ada di balkon yah, Kina!".
Sial cuciannya.
Sampai di balkon Kina menyimpan cucian bersih tanpa mencopot penjapit cucian yang kini sudah tercecer di lantai beralas semen-japitannya tidak masalah, kalau sampai pakaiannya basah-itu masalah besar dia harus mencuci dua kali kalau begitu caranya. Kina sangat gesit, kelewat gesit malah sampai ia tidak memperhatikan undakan dan membuatnya tersungkur. Ia sedikit mengaduh merasakan kakinya yang sedikit nyeri. Terkilir, sial.
🌸🌸🌸
Nenek Chung tengah memijat kaki kina dengan piawai, bebauan minyak yang terbuat dari rempah-rempah menyurak kedalam hidung. Sedikit bau namun menenangkan. Kini nenek Chung beralih untuk memijat bagian pergelangan kaki Kina yang terasa amat nyerit saat nenek Chung menyentuhnya.
Kedatangan Yoongi tadi cukup membantu Kina setidaknya dia tidak harus mengeluarkan ringisan dengan keringat yang mengucur untuk menuruni tangga karena Yoongi bersedia untuk menggendongnya tadi.
"Sudah, kau akan baik-baik saja."
"Terima kasih, Nek."
"Kalau begiti nenek harus pergi atau pria tua di sebrang sana akan mengamuk minta makan." Nenek Chung beranjak bersamaan dengan Yoongi yang akan mengantar neneknya itu sampai pintu.
Tak lama kemudian dia kembali dengan kedua tangan yang terjejal di dalam saku. Setelah itu Yoongi mengambil tempat di sisi Kina yang kosong. "Penyakit cerobohmu itu belum juga sembuh, yah."
"Ini namanya kecelakaan bukan ceroboh." Yoongi tidak ingin membuang energi yang di milikinya terbuang sia-sia hanya dengan menjawab elakan Song Kina yang tidak mau mengaku kalau dirinya sendiri sembrono.
Memang tidak pernah, sih. Semua orang selalu menganggap kalau dirinya benar bagaikan raja lain hal dengan orang lain yang di lihat seperti rakyat yang selalu salah. Itu manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Spring • MYG [Discontinued]
FanfictionJika saat hari itu tiba. Aku hanya ingin bersamamu. Jika saat itu aku tidak menepati janjiku. Maka kau harus menepati janjimu. Jika aku hilang untuk selamanya maka panggil namaku, aku akan datang walaupun pada saat itu mungkin kita sudah berbeda. S...